Mohon tunggu...
Putu Galuh Kinasih
Putu Galuh Kinasih Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Ilmu Komunikasi, Universitas Airlangga

Menulis adalah minat sejak saya masih duduk di bangku SD dan rasanya, kini saya perlu mengasahnya kembali. Saya menyukai buku, khususnya buku pengembangan diri dan komik. Saya juga menyukai musik dan film yang sering dikatakan "di luar tren" oleh teman-teman saya. Mungkin saya memang pribadi yang seperti itu. Sekian, terima kasih!

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Prinsip "Take and Give" dalam Hubungan Asmara: Pentingkah?

4 Juni 2022   00:47 Diperbarui: 4 Juni 2022   00:52 22284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pexels/Văn Thắng

For to the bee a flower is a fountain of life,

And to the flower a bee is a messenger of love,

And to both, bee and flower,

The giving and the receiving of pleasure is a need and an ecstasy. -Khalil Gibran

Suatu hubungan tidak terlepas dari kondisi timbal balik. Dalam hubungan kekeluargaan, pertemanan, persahabatan, juga percintaan – semuanya membutuhkan respons timbal balik agar hubungan tersebut dapat berjalan dengan selaras. Singkatnya, dengan adanya suatu hubungan, berarti telah terjalin suatu ‘mutual connection’ antar pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.

Bukan hal yang aneh ketika kita sebagai individu mengharapkan sesuatu dari individu lain dalam hubungan yang sama. Dalam buku Interpersonal Communication and Human Relationships – 7th Edition (2013) oleh Knapp, dkk., dijelaskan bahwa, setiap individu akan memasuki fase Initiating ketika akan memulai interaksi dengan individu yang lain sebagai permulaan dari adanya suatu hubungan. Dalam fase tersebut, setiap individu tidak hanya menaruh harapan atau ekspektasi kepada individu lainnya yang dijumpai, tetapi juga memunculkan stereotip dan penilaian tertentu.

Oh, si A sangat ramah, aku ingin dekat dengannya. Kalau si B itu terlihat galak, aku pun tidak ingin dia menyapaku. Kalimat tersebut adalah bentuk dari proses Initiating. Munculnya penilaian terhadap orang lain akan membuat kita secara tidak langsung menaruh ekspektasi kepada orang yang kita jumpai. Ekspektasi tersebut muncul ketika individu memutuskan untuk melanjutkan interaksinya dengan orang yang dianggapnya atraktif dan sebaliknya.

via GIPHY


Ekspetasi turut hadir menghantarkan individu kepada suatu proses interaksi. Akhirnya, terbentuklah suatu hubungan selama proses interaksi berlangsung. Pada dasarnya, dalam setiap hubungan, terdapat ekspektasi yang dibangun oleh setiap pihak yang terlibat di dalamnya. Semakin dalam, akan tumbuh prinsip interaksi tertentu, seperti ‘take and give’, yakni sebagai pihak penerima dan pihak pemberi – atau sebaliknya.

Jika dijelaskan dalam hubungan percintaan, ketika kita menjalin kasih dengan orang yang kita pilih sebagai pasangan hubungan kita, tentu terdapat ekspektasi yang kita berikan kepada pasangan. Sebagai contoh, kita tentu ingin pasangan kita menyayangi kita, pun sebaliknya. Pasangan kita juga akan menaruh harapan-harapan kepada kita selama menjalani hubungan tersebut.

Dalam suatu hubungan asmara, penerapan suatu prinsip adalah hal yang penting. Dengan adanya prinsip yang dipegang teguh oleh kedua belah pihak, akan tercapai keselarasan dan tujuan yang ingin dicapai dalam hubungan. Tidak hanya itu, prinsip pun bisa berperan agar pasangan dapat saling mengerti satu dengan yang lainnya.

Istilah ‘take and give’ telah menjadi prinsip yang berkembang di dalam suatu hubungan, tidak terkecuali dalam hubungan percintaan. Ketika kita mampu memberi dan menerima dengan porsi yang tepat, tidak akan ada hubungan yang satu sisi (one-sided) atau dominan. Tidak berarti jika menerapkan prinsip ini, terdapat tolok ukur atas hubungan asmara yang dijalani. Justru, dengan adanya prinsip ‘take and give’ yang sesuai, hubungan akan menjadi seimbang karena setiap individu akan berusaha untuk memenuhi apa yang diharapkan pasangannya, begitu juga sebaliknya.

Sebagai kunci hubungan yang harmonis, ‘take and give’ secara simple adalah mengutamakan makna kata ‘saling’. Saling memberi, saling menerima, saling berkomitmen untuk menyelaraskan suatu hubungan yang ada. Suatu hubungan tidak akan menjadi berat pada satu pihak, tetapi dipikul bersama-sama oleh setiap orang yang terlibat di dalamnya. 

Tidak ada yang lebih mengutamakan kepentingan dirinya sendiri, melainkan ‘saling’ mengutamakan kepentingan bersama. Tidak ada pula yang terlalu mengorbankan dirinya sendiri demi tercapainya suatu tujuan tertentu yang diharapkan dalam sebuah hubungan, melainkan ‘saling’ berusaha untuk mencapainya.

Dengan adanya ‘take and give’, kedua belah pihak akan berperan sama untuk melengkapi satu sama lain. Tidak ada yang lebih dominan, juga tidak ada yang lebih runduk di dalam hubungan tersebut. Setiap hal di dalam hubungan dijalankan bersama atas dasar kebersamaan – terjadilah hubungan timbal balik yang selaras, sesuai dengan porsi timbal balik yang seharusnya dirasakan setiap orang yang terlibat.

Namun, jangan sampai salah mengartikan prinsip 'take and give' dalam suatu hubungan. 'Take and give' bukan berarti harus mematok suatu harapan tertentu kepada pasangan dengan harapan mendapatkan balasan yang sama. Prinsip 'take and give' merupakan bentuk usaha setiap individu di dalam hubungan untuk selalu memberikan yang terbaik bagi kelangsungan hubungan tersebut, terlepas dari respons pasangan hubungan kita. Intinya, selalu berusaha memahami ekspektasi pasangan dan mengusahakan yang terbaik, tidak hanya berfokus kepada hasil yang ingin didapatkan. 

Perlu diingat pula, prinsip ‘take and give’ bukanlah sebuah tuntutan, melainkan bentuk sikap saling menghargai sebagai pasangan. Selain itu, dengan menerapkan prinsip ‘take and give’, kita juga bisa menetapkan batasan juga mengutarakan keinginan yang jelas kepada pasangan kita. Pasangan kita akan jauh lebih mengerti apa yang ingin kita terima di dalam hubungan. Kita pun akan dapat memahami apa yang pasangan kita inginkan di dalam hubungan yang sedang dijalani. Sehingga, tidak akan mustahil untuk menciptakan hubungan asmara yang timbal balik alias tidak sepihak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun