Ekuitas = Setoran Modal + Laba ditahan
Jadi sekarang kita memahami bahwa "resources" yang dimiliki oleh perusahaan, sumbernya (sources) ada 2 yaitu "utang" dan "ekuitas". Sehingga dapat dibuat suatu persamaan yaitu:
Asset (resources) = Utang (sources) + Ekuitas (sources).
Persamaan tersebut dapat dibulak-balik menjadi;
Utang = Asset - Ekuitas
Jadi jika ingin menurunkan nilai utang, dengan asumsi "nilai asset tidak berubah", berdasarkan persamaan tersebut; shareholder harus menaikan "nilai ekuitas". Dengan demikian "ekuitas" selain dapat digunakan untuk "sources" penambah "nilai asset", "ekuitas" juga dapat digunakan sebagai "sources" untuk menggantikan "sources" lainnya, yaitu dengan "membayar kewajiban atau utang", sedemikian rupa sehingga "nilai utang" turun.
Kemudian dimanakah posisi laba dan rugi?
Hasil dari pengelolaan sumber daya (asset) adalah "laba" dan "rugi". Adapun "Pemilik Laba" adalah shareholder, oleh karena itu, otomatis laba akan dicatat sebagai penambah "ekuitas". Selanjutnya laba yang diperoleh dapat diberikan kepada shareholder atau yang lebih dikenal dengan nama "dividend", atau tetap ditahan sebagai "laba ditahah" atau "retained earning".
Yang kemudian karena prinsip "double entry" sehingga kita salah menginteprestasikan bahwa "laba digunakan untuk menambah asset (ekspansi)", atau "membayar utang". Padahal laba tidak kemana-kemana, masih tetap dalam ekuitas, terakumulasi dan dicatat dalam "laba ditahan".
Adapun ketika ada yang bilang bahwa "laba digunakan untuk menambah asset" atau "bayar utang", maka maksudnya seperti yang telah saya uraikan dalam konsep diatas, seperti sebagai berikut;
Asset = Utang + ekuitas, maka laba menaikan ekuitas, dengan asumsi jumlah utang tetap, sehingga otomatis nilai asset naik (ekspansi)