Mohon tunggu...
PSP Watch
PSP Watch Mohon Tunggu... Akuntan - Kalo kagak mampu mendirikan perusahaan, terus kenapa saham orang lain lu jual-jualin?

hobby menulis dan membaca laporan keuangan. Jika ada pertanyaan seputar laporan keuangan, financial engineering, emiten, saham, corporate action, silahkan tinggal pesan di komentar, jika ada waktu luang saya akan respond.

Selanjutnya

Tutup

Financial

IHSG - Tenggelamnya Akun Surplus Revaluasi Asset

20 Juni 2022   23:52 Diperbarui: 21 Juni 2022   00:03 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang saya mau memulai dengan menggunakan logika pedagang, mungkin lebih gampang anda cerna.

IPO adalah jualan modal untuk yang "pertama kalinya" kepada publik.  Satuan modal adalah "saham".  Oleh karena itu IPO merubah saham menjadi "barang dagangan".

Proses selanjutnya setelah IPO, terserah bapak PSP, apakah akan ikut-ikutan menjual sahamnya kepada publik atau tidak.  Yang pasti, karena "saham" telah menjadi "barang dagangan", maka PSP diberikan kesempatan untuk jualan saham.  

Untuk dapat menjual saham, tentu saja para PSP telah paham harus menerbitkan "saham baru" terlebih dahulu, sebanyak-banyaknya bila perlu.  Saham baru tersebut yang kemudian akan dijual kepada investor publik.

Jika biaya produksi saham baru = uang yang disetorkan, maka agar supaya untung, PSP harus jual saham baru miliknya di atas harga setoran modal.  Dan tentu saja kalau mau langsung untung, maka setoran modal saham baru pakai modal dengkul!!

Praktik paling umum untuk mencetak saham baru tanpa perlu setoran modal dari PSP adalah dengan cara revaluasi asset, atau dengan cara memasukan nilai goodwill dalam pengegelembungan nilai asset.  Hasil penggelembungan tersebut kemudian dikapitalisasi menjadi setoran modal dengan cara mencetak "saham baru". 

Tentu saja penggelembungan harus menggunakan cara yang beradab, misalnya dengan mengajak KJPP untuk menilai ulang asset milik perusahaan yang akan menjual saham.

Tetapi kalau cara "restrukturisasi-nya tidak canggih" akan meninggalkan jejak yang tidak perlu, seperti munculnya akun "goodwill" atau "revaluasi asset pada neraca".  

Sehingga investor yang "apatis" alias tidak perduli dengan nilai tersebut, misalnya terhadap nilai "goodwill" pada buku $GOTO akan langsung dikeluarkan dalam penilaian, maka nilai 100% modal / ekuitas / saham sebelum IPO sebesar = total ekuitas -- goodwill = 130,48 triliun -- 93,87 triliun = Rp. 36,7 triliun. 

Karena GOTO melepaskan 3,43% saham nilai ekuitas (buku) hanya sebesar = 3,43% X 36,61 triliun = Rp. 1,26 triliun.  Tetapi karena kebaikan hati publik, GOTO memperoleh pendanaan dari menjual saham baru (yang diproduksi pada saat IPO) sebesar Rp. 13,73 triliun.  Dengan demikian perusahaan untung = 13,73 triliun / 1,26 triliun = 11 kali lipat.

Apa buktinya perusahaan untung, faktanya GOTO rugi tiada akhir?!?!?  Tentu saja yang untung adalah para pemegang saham sebelum IPO (PSP).  Karena terlalu repot untuk menghitung keuntungan dari banyak "level investor", saya anggap semua pemegang saham sebelum IPO adalah PSP saja ya?!?!? 

Lihat gambar kenaikan asset milik PSP setelah IPO.  Tapi saya nggak pakai contoh GOTO, saya pakai contoh $HEAL saja yang lagi "naik daun", maksutnya barangkali ada yang kerajinan mau menghitung sendiri kenaikan kepemilikan asset dalam rupiah para PSP -- GOTO setelah IPO, seperti yang saya contohkan pada emiten HEAL.  Jadi silahkan lihat gambar 1.

Kalo kasus GOTO mungkin lebih menarik melihat bagan "restrukturisasi" sebelum dan menjelang IPO.  Lihat gambar 2.  Memang hasil restrukturisasi oleh GOTO luar biasa.  Tetapi sayang sangat mudah dibaca, karena terlalu meninggalkan jejak yang keramat, sebab ada angka keramat "goodwill" senilai 93 triliun.

Sekarang kita ambil contoh emiten yang bakal IPO yaitu $TERIGU, yang rencananya bakal listing tanggal 7 Juli 2022, semoga tidak gatot lagi menyusul $NPII dan "raja singa" alias Lion $KING

Jika dibuka CLK 1 e tentang "Restrukturisasi dan Akuisisi Entitas Sepengendali", maka emiten ini secaa jelas mengungkapkan praktek "restrukturisasi ekuitas sebelum IPO".  Hasilnya lumayan bagus, karena pada neraca tidak muncul "lagi" akun "surplus revaluasi asset tetap".  

Akun tersebut lenyap "dimakan" "adjustment business combination", telah tenggelam bersama setoran modal "tek-tok" para PSP pada Nov 2021 sebesar Rp. 644,3 miliar.  Yaitu Ketika emiten menerbitkan saham baru, dibeli oleh PSP, kemudian setoran modal PSP digunakan untuk membeli "anak usaha-milik PSP" yang sekarang berubah menjadi "anak-usaha milik emiten".

Nilai restrukturisasi lumayan bagus, karena nilai ekuitas yang sebelumnya hanya sebesar Rp. 432 miliar, dan meskipun perusahaan ini rugi Rp. 15 miliar, ekuitas malahan naik menjadi Rp. 671 miliar.  Artinya saham baru untuk PSP yang dicetak pada Nov 2021,

sebagiannya atau sebesar = 671 miliar -- 432 miliar = Rp. 239 miliar dicetak dengan modal dengkul.  Kenapa saya sebut modal dengkul? Sebab tidak ada uang satu perakpun yang keluar dari kantong PSP, pada saat resturkturisasi, kecuali transaksi keluar kantong kanan, masuk kantong kiri, itu pun kalau uangnya ada.

Bagaimana prospek IPOnya?  Saya akan bantu hitung nilai bukunya tanpa memfaktorkan nilai revaluasi menjadi sebagai berikut;

Nilai 100% ekuitas sebelum IPO = nilai ekuitas sebelum IPO -- Revaluasi = 671 miliar -- 234 miliar = Rp. 436 miliar.  Jumlah saham yang akan dijual sebanyak 18,88%.  Maka nilai 18,88% dari nilai ekuitas saat ini = 82 miliar.

  Tetapi emiten ini berharap mampu mendapatkan pendanaan dari investor publik sebanyak-banyaknya Rp. 315 miliar.  Artinya emiten ini berharap Publik bersedia membayar = 315,82 miliar = 4 kali lipat dari nilai buku ekuitasnya.

Lagi pulak ini saham IPO, jadi tak perlu-perlu amat baca new-fundamental.  Saham IPO waktunya  berjudi saja. 

Postingan ini tujuannya cuman "isengmendadak", saya lagi kepingin berbagi cerita tentang restrukturisasi.  Barangkali ada pembaca yang tertarik, untuk menggelembungkan nilai asset dengan cara yang baik dan benar.  Silahkan menghubungi saya, dan mohon maklum, kalau saya mungkin jarang menulis, sebab sekarang saya sudah pensiun, ini waktunya mencari uang tambahan.

dok pribadi
dok pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun