Mohon tunggu...
PSP Watch
PSP Watch Mohon Tunggu... Akuntan - Kalo kagak mampu mendirikan perusahaan, terus kenapa saham orang lain lu jual-jualin?

hobby menulis dan membaca laporan keuangan. Jika ada pertanyaan seputar laporan keuangan, financial engineering, emiten, saham, corporate action, silahkan tinggal pesan di komentar, jika ada waktu luang saya akan respond.

Selanjutnya

Tutup

Financial

PPGL - Fenomena Aliran Kas yang Mendadak Ada Muaranya

30 Mei 2022   21:23 Diperbarui: 30 Mei 2022   21:35 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah saya posting tentang aliran uang kas $JAYA mengenai, DP =  98% truk bekas yang saldo DP-nya menadak turun,  tanpa menambah aset tetap truk disini.

Dan tentang aliran kas dari "penjualan", yang tidak matching dengan aliran kas dari "kas yang diterima pelanggan" disini , maka akhirnya problem aliran kas tersebut akan akan bermuara juga.

Oleh karena itu, mari kita kunjungi muaranya, tapi awas hati-hati, mungkin kita bertemu "buaya muara".

Muara adalah tempat banyak aliran sungai berkumpul dan bertemu sebelum masuk ke laut. Maka dalam penyusunan laporan keuangan dapat diibaratkan, bahwa pada akhirnya seluruh asset, dan utang, akan bertemu (terkonsolidasi) pada buku sang BAPAK, sebelum akhirnya masuk ke "LAUT (aja)".

Jadi ceritanya si BAPAK melaporkan, bahwa tanggal 20 Jan 2022 melakukan pembayaran dividend kepada para shareholder sebesar Rp. 6 per lembar. Kalau total saham (31 Des 2021) = ada 7,5 juta lot, maka total dividend yang dibayarkan pada tanggal 20 Jan 2022 = 7,5 juta X 6 = Rp. 4,5 miliar.

PPGL telah mengakui dividend yang dibayarkan pada tahun 2022, sebagai terutang pada tahun 2021, itu sebabnya pada tahun 2021 terdapat saldo utang dividend sebesar Rp. 4,5 miliar (CLK 18). Pada laporan posisi keuangan q1-2022 saldo utang dividend telah menjadi = nihil, yang artinya pada periode q1-2022, utang dividend telah dibayar lunas oleh emiten.

Tetapi aneh bin ajaibnya pada laporan arus kas, kas yang digunakan untuk pembayaran dividend, pada praktik akuntansi yang umum, biasanya dikelompokan sebagai pembayaran pada aktifitas financing (CFF), tidak terefleksi. Alias tidak ada aliran kas = nihil, untuk pembayaran dividend?!??!?

Jadi akan terjadi selisih kas, Rp. 4,5 miliar, yang mengingatkan saya pada dua postingan saya sebelumnya. Mungkikah ini muaranya........

Demikian episode intel-intelan berakhir, semoga anda dapat menyimpulkan sendiri kemana uang hasil right issue yang berubah jadi DP 98% mengalir.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun