$JAYA - Fenomena aliran kas dari "penjualan" vs aliran "kas yang diterima dari pelanggan" yang tidak matching mendadak
Mari belajar intel-intelan semoga bermanfaat.
Membaca laporan keuangan itu gampang, anda tidak harus menjadi akuntan untuk pandai membaca laporan keuangan.  Syaratnya anda mau rajin membuka laporan keuangan, dan menerapkan prinsip bisnis yang umum saja.  Jika anda menemukan suatu yang GANJIL, kemudian difollow up, dengan melakukan sedikit main 'intel-intelan"  COntoh Ketika anda menemukan emiten membayar "uang muka (DP)" yang nilainya sebesar 100% atau sangat signifikan, anda boleh memulai belajar dari emiten yang semacam itu, untuk membuat anda semangat belajar tentang "membaca laporan keuangan".
Jadi siapa yang bilang bahwa "kemampuan membaca laporan keuangan" tidak membuat "naluri bisnis anda" berjalan beriringan? Â Jangan sampai anda menjadi dungumendadak kalau memahami itu saja sulit.
Sekarang saya, gunakan contoh membaca laporan keuangan; misalnya ketika dilaporkan uang muka pembelian asset tetap turun maka lawannya asset tetap tambah. Kalau uang muka pembelian asset tetap turun tetapi asset tetap tidak nambah, maka artinya terdapat uang muka yang dikembalikan kepada perusahaan. Uang muka yang dikembalikan akan dicatat pada laporan arus kas bagian "cash flows from investing activities (CFI)" sebagai arus kas masuk. Jika tidak demikian maka ada kas yang melayang entah kemana.
Begitu juga Ketika membaca jumlah penjualan yang dicatat pada "laporan laba-rugi", maka akan terkait dengan akun-akun pada "laporan arus kas" dan "laporan posisi keuangan".
Maka untuk menguji kesesuaian (matching) hubungan antara komponen-komponen laporan keuangan (laporan arus kas, laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan) dapat dilakukan dengan cara menelusuri aliran uang. Penelusuran ini, seperti kata pepatah terkenal yaitu "follow the money, maka akan diketahui siapa pelakunya".
Penelusuran dapat dimulai dari "penjualan" hingga berakhir pada "kas yang diterima dari pelanggan", atau sebaliknya, dimulai dari belakang (pembuktian terbalik) yaitu; dimulai dari "kas yang diterima dari pelanggan" hingga menuju "penjualan". Jika semuanya sesuai (match), maka jika dibolak balik, hasilnya akan sama saja.
Silahkan lihat contoh perhitungan pada table dibawah:
Sebagai contoh ilustrasi perhitungan, saya akan menggunakan laporan keuangan JAYA; (1) Untuk hasil yang matching saya menggunakan LK tahun 2021 (audited). (2) Sedangkan untuk hasil yang tidak matching saya menggunakan LK periode q2-2022.
Figure tahun 2021 hasilnya matching, jika dimulai dari "penjualan" sebesar Rp. 72,4 miliar, maka akan berakhir pada "kas yang diterima dari pelanggan" sebesar Rp. 69,6 miliar. Dan kalau dimulai dari "kas yang diterima dari pelanggan" sebesar Rp. 69,6 miliar, maka hasilnya "penjualan" sebesar Rp. 72,4 miliar.
Tetapi kalau pakai figure tahun q-1-2022, hasilnya tidak matching, yaitu jika dimulai dari penjualan seperti yang dilaporkan dalam laporan keuangan sebesar Rp. 18,6 miliar, maka menghasilkan jumlah "kas yang diterima dari pelanggan" teoritis sebesar Rp. 16,4 miliar. Tetapi faktanya tidak matching dengan jumlah "kas yang diterima dari pelanggan" yang dilaporkan dalam laporan keuangan sebesar Rp. 20,3 miliar. Dengan demikian terjadi pencatatan nilai cash yang overstated sebesar = 20,3 miliar -- 16,4 miliar = Rp. 3,9 miliar.
Karena tidak matching mendadak, maka dibolak-balik berkali-kali tetap saja tidak matching mendadak. Misalnya, menurut laporan keuangan, nilai "kas yang diterima dari pelanggan" sebesar Rp. 20,3 miliar, maka jumlah "penjualan" seharusnya (teoritis) sebesar Rp. 22,5 miliar. Tetapi faktanya tidak matching dengan jumlah "penjualan" yang dilaporkan dalam laporan keuangan sebesar Rp. 18,6 miliar. Dengan demikian terjadi pencatatan nilai penjualan yang understated sebesar = 22,5 miliar -- 18,6 miliar = Rp. 3,9 miliar.
Kata pepatah "kalau tidak ada api maka tidak ada asap". Maka, sesungguhnya sumber "apinya" telah saya uraikan pada postingan saya sebelumnya disini https://www.kompasiana.com/pspwatch/6292201553e2c34f0d24a152/jaya-logika-uang-muka-yang-membuat-hilang-muka-mendadak  yaitu ketikan saldo uang muka pembelian aset tetap turun tetapi tidak ada asset tetap yang bertambah.
Maka "asapnya" adalah semua menjadi tidak matching mendadak, Ketika arus kas "penjualan" tidak matching dengan arus "kas yang diterima dari pelanggan". Akibatnya kita tidak tahu, manakah yang salah nilai, apakah nilai "penjualan' tahun q1-2022 adalah salah, atau nilai "kas yang diterima dari pelanggan" tahun q1-2022 yang salah.
Demikian semoga fenomena tidak matching, tidak membuat anda menjadi @miskinmendadak
sumber laporan keuangan JAYA q1-2022 : https://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info_JSX/Jenis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan//Laporan%20Keuangan%20Tahun%202022/TW1/JAYA/JAYA-LAPORAN%20PER%2031%20MARET%2022.pdf
sumber laporan keuangan JAYA 2021 : https://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info_JSX/Jenis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan//Laporan%20Keuangan%20Tahun%202021/Audit/JAYA/JAYA_Audited%20Konsolidasian_31%20Desember%202021.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H