(2) Persediaan : Emiten menghemat uang belanja (tidak keluar uang), sebab emiten menggunakan persediaan tahun sebelumnya untuk dijual pada tahun berjalan, akibatnya saldo persediaan turun.
Piutang dagang dan persediaan adalah komponen utama asset modal kerja, yang berarti secara teoritis, pada tahun berjalan 2021, emiten ANJT mengalami penurunan jumlah modal kerja.
Untuk membuktikan apakah telah terjadi penurunan modal kerja, sekarang kita bandingkan modal kerja tahun 2021 vs modal kerja tahun 2021.
Dalam laporan keuangan, modal kerja sebagian besar tercatat pada "asset lancar" dan sebagian lagi mungkin tercatat pada "asset tidak-lancar". Adapun akun-akun yang diklasifikasikan sebagai modal kerja, adalah akun-akun yang mutasinya dilaporkan dalam laporan arus kas pada bagian "CFO". Hasilnya terjadi penurunan asset modal kerja sebesar USD 5 juta, seperti yang dijelaskan dalam perhitungan pada gambar ilustrasi terlampir.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa kelebihan (surplus) CFO terhadap "cash profit" sebesar USD. 15,1 juta, adalah (1) penurunan modal kerja sebesar USD USD 5 juta (2) dari manakah sisanya berasal?
Maka secara otomatis, sisanya berasal dari uang yang diperoleh karena peningkatan utang modal kerja = sebesar = 15,1 juta -- 5 juta = USD 10,1 juta. Apakah anda senang dengan perusahaan yang utang modal kerjanya semakin banyak? Mungkin jawaban anda, mungkin belum jatuh tempo, sehingga masih terutang modal kerja.
Sekarang saya akan telusuri lagi, utangan modal kerja apakah yang meningkat pada ANJT, semoga kenaikan utangan yang wajar-wajar saja. Ternyata yang mengalami kenaikan utang modal kerja, sumber utamanya adalah: (1) Utang pajak naik USD 5,3 juta dan (2) Utang lain-lain naik USD 5,9 juta.
(1) Utang pajak naik dapat dianggap wajar kalau kenaikannya relative sebanding dengan kenaikan beban pajak tahun berjalan 2021 sebesar = 18,7 juta -- 12,8 juta = USD 5,9 juta.
(2) Menurut CLK 24, penyebab utama utang lain-lain meningkat adalah kenaikan pada "liabilitas kontrak" sebesar USD 5,6 juta. Liabilitas kontrak adalah utang yang timbul karena para pelanggan membayar dimuka, sebelum barang / jasa diserahkan kepada pelanggan. Artinya, jika emiten mengalami kenaikan jumlah liabilitas kontrak, justru semakin menunjukan perusahaan memiliki kinerja "penjualan yang bagus" dan "kinerja kolektabilitas kas dari pelanggan juga meningkat, sebab telah menerima kas sebelum barang / jasa diserahkan kepada pelanggan".
Berdasarkan laporan penggunaan uang untuk investasi, maka jumlah capex perusahaan tahun 2021 sebesar = Perolehan aset tetap + Perolehan tanaman produktif = 15,4 juta + 21,5 juta = USD 36,9 juta. Dibandingkan dengan beban penyusutannya = Beban penyusutan asset tetap + Beban penyusutan tanaman produktif = 10,4 juta + 13,7 juta = USD 24 juta. Maka jumlah CAPEX tahun 2021 lebih besar daripada jumlah beban penyusutannya, sebesar = 36,9 juta -- 24 juta = USD 12,9 juta. Jumlah capex bersih sebesar USD 12,9 juta tersebut, mencerminkan aktifitas ekspansi emiten. Dengan ekspansi sebesar USD 12,9 juta kemudian dibandingkan dengan total asset tak-lancar sebesar USD 170 juta, maka rasio ekspansi = 12,9 juta / 170 juta = 7,5%.
Dari kebutuhan belanja ekspansi sebesar USD 12,9 juta, perusahaan masih menggunakan uang dari utang bank jangka panjang sebesar USD 7,5 juta.