Dengan posisi perusahaan yang almost wonderful company, seharusnya harga market saham selaras dengan harga intrinsiknya.
Adapun harga intrinsik saham dapat diestimasi sebagai berikut;
Harga intrinsik = BVPS saat ini + laba masa depan
Jika diasumsikan, dari persediaan yang dimiliki saat ini dapat men-generate penjualan sebesar = Rp. 15,65 triliun dan Net Profit Margin sebesar 35%, maka atas persediaan tersebut dapat menghasilkan laba bersih masa depan sebesar = 15,65 triliun X 35% = Rp. 5,48 triliun.
Jumlah saham beredar 137,5 juta lot, maka Earning Per Share (EPS) masa depan = 5,48 triliun / 137,5 juta lot = Rp. 398 per lembar. Menggunakan data dari RTI, diketahui BVPS = 572, maka nilai toeritis harga instrinsik saham JRPT sekitar;
Harga intrinsik saham = BVPS + EPS masa depan = 572 + 398 = Rp. 970 per lembar.
Dibandingkan dengan harga market saham saat ini Rp. 496, maka harga pasar saham saat ini memberikan "margin of safety" sebesar = harga intrinsic -- harga market = 970 -- 496 = Rp. 474 per lembar, atau sekitar 49%.Â
Lalu kenapa harga market saham saat ini jauh dibawah harga intrinsik-nya?
Jawabnya yang mungkin, adalah bahwa market tidak puas dengan dividend yang diberikan hanya sebesar rata-rata 30% dari laba perusahaan. Dan sisa laba 70% tidak digunakan untuk ekspansi usaha "existing", malahan sebagain besar digunakan untuk investasi lain, yaitu penanaman modal pada perusahaan assosiasi dan ventura bersama, yang dicatat pada "laporan posisi keuangan" pada akun "Investasi Pada Entitas Asosiasi dan ventura bersama".
Nilai investasi pada perusahaan asosiasi terus mengalami kenaikan karena suntikan modal yang rutin dikeluarkan oleh perusahaan, misalnya pada tahun 2021 emiten menyuntikan tambahan setoran modal pada perusahaan asosiasi sebesar = 577 miliar + 51,8 miliar = Rp. 628,9 miliar.
Adapun posisi keuangan perusahaan asosiasi, masih belum mampu memberikan kontribusi laba kepada emiten. Pada tahun 2021, perusahaan asosiasi memberikan kontribusi kerugian sebesar Rp. 9,7 miliar. Padahal total uang yang sudah dibelanjakan untuk membeli saham perusahaan assosiasi sampai dengan tanggal 31 Des 2021 (CLK 7 dan CLK 8) sebesar = 731,8 miliar + 1,04 triliun = Rp. 1,77 triliun.