bank yang kinerjanya aman-aman saja sehingga tidak heran kalau jumlah uang yang disimpan oleh para nasabahnya semakin banyak. Pada tahun 2020 sebesar Rp. 2,86 triliun, pada tahun 2021 naik menjadi Rp. 4,19 triliun, atau naik 31,8%.Seperti biasa kalau untuk melihat kinerja emiten bank, saya akan menggunkan 2 kinerja utama yaitu :
(1) kemampuan emiten memberikan kredit, saya akan menggunakan kinerja "CAR (capital adequacy ratio)", dan
(2) kemampuan emiten menagih kredit, yang tercermin pada kinerja "NPL (Non Performing Loan)".
Emiten melaporkan CAR = 23,525% (CLK 47). Â Kemampuan ini mengalami penurunan, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 21,64%. Jika pada tahun 2020, emiten ini mampu menyalurkan kredit sebesar = 40,78 triliun / 8,83 triliun = 4,6 kali daripada modalnya. Tahun 2021 turun menjadi = 41,29 triliun / 9,71 triliun = 4,3 kali daripada modalnya. Â Karena penurunan kemampuan menyalurkan kredit hanya sebanyak 8%, maka penurunan tersebut dianggap tidak signifikan untuk dianalisa lebih lanjut.
Kinerja NPL (CLK 10 j), emiten masih mampu mempertahankan NPL yang rendah, kurang dari 1%, namun demikian, terjadi kenaikan NPL, jika pada tahun 2020 NPL sebesar 0,89%, naik menjadi 0,96%. Karena kenikan NPL jumlahnya tidak siginifikan, maka atas kenaikan tersebut dapat dianggap tidak signifikan, sehingga tidak perlu dianalisa lebih lanjut.
Berikutnya saya akan melihat kinerja kredit yang direstrukturisasi. Hal ini perlu, karena kredit yang direstrukturisasi adalah jenis kredit yang satu tingkat lebih baik daripada kredit macet (NPL). Menurut CLK 10 a, dari total kredit sebesar Rp. 40,92 triliun, sebesar Rp. 39,79 atau 97,24% adalah kredit yang lancar. Karena kredit macet hanya = 0,96%, maka kredit yang harus direstruktrisasi sebesar = 100%-97,24%-0,96% = 1,8%. Jumlah tersebut juga relative rendah.
Dengan demikian, karena nilai NPL rendah (0,96%), dan kredit yang perlu direstrukturisasi juga rendah (1,8%) dapat disimpulkan bahwa kualitas kredit BJTM baik-baik saja.
Setelah kita mengetahui kemampuan emiten memberikan kredit dan kemampuan emiten menagih kredit, sekarang kita dapat melihat hasil kerja emiten.
Laba bersih mengalami kenaikan, tahun 2020 sebesar Rp. 1,49 triliun, tahun 2021 naik menjadi Rp. 1,52 triliun, atau mengalami kenaikan sebesar 2,3%.
Sumber kenaikan laba terbesar adalah jumlah bersih dari = "beban lain-lain" + "laba lain-lain" = -269,5 miliar + 404,1 miliar = Rp. 134,6 miliar. Meskipun sumbernya adalah aktifitas lain-lain bukan aktifitas Operasional utama, namun keuntungan tersebut telah menjadi uang. Â Itu sebabnya dalam laporan CFO disebutkan bahwa emiten telah menerima uang tunai dari pendapatan non-operasional sebesar Rp. 416,4 miliar.
Kesimpulan : Kenaikan atau penurunan kinerja EMITEN yang tidak signifikan, sehingga membedah LK menjadi membosankan. Tetapi apa boleh buat, karena ada "special request" dari follower, terpaksa saya buatkan juga postingannya. Dan jika para pembaca lainnya, meminta untuk membedah laporan keuangan emiten lainnya, silahkan juga disampaikan "special request"-nya. Semoga ada waktu dan kesempatan akan saya buatkan postingannya.
Demikian semoga bermanfaat.
$BBCA $BBRI $BBNI $BMRI
Sumber Laporan Keuangan tahun 2021 disini : https://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info_JSX/Jenis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan//Laporan%20Keuangan%20Tahun%202021/Audit/BJTM/final_report_31_des_2021_pt_bpd_jawa_timur_tbk.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H