Mohon tunggu...
PSP Watch
PSP Watch Mohon Tunggu... Akuntan - Kalo kagak mampu mendirikan perusahaan, terus kenapa saham orang lain lu jual-jualin?

hobby menulis dan membaca laporan keuangan. Jika ada pertanyaan seputar laporan keuangan, financial engineering, emiten, saham, corporate action, silahkan tinggal pesan di komentar, jika ada waktu luang saya akan respond.

Selanjutnya

Tutup

Financial

ARCI - Tancap Gas Lupa Ngerem

3 April 2022   07:11 Diperbarui: 3 April 2022   13:09 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun emiten ini mengalami penurunan kinerja laba yang menyebabkan penurunan profitabilitas Gross Profit Margin (GPM), yaitu GPM tahun 2021 sebesar 59%, pada tahun 2021 GPM turun menjadi 40%.  Tetapi karena secara bottom line (Net Profit Margin (NPM)) pada tahun 2021 sebesar 21,7%, adalah pencapaian yang lebih baik dibandingakan dengan pencapaian laba berish emiten tambang emas lainnya, seperti MDKA yang menghasilkan NPM sebesar 9,49% dan ANTM yang NPM-nya hanya sebesar 4,84%.  Dengan demikian penurunan kinerja laba bukan sesuatu yang a big deal.   Penyebab penurunan lebih disebabkan hal operasional yang tidak dapat terhindarkan, karena aktifitas penambangan pada open pit semakin mengali lebih dalam, yang menyebabkan stripping ratio naik, setiap tahunnya. 

Yang mungkin menarik untuk membahas emiten ARCI adalah melihat management style dalam mengelola keuangan, yang mungkin akan membuat investornya menadi ngeri-ngeri sedap?!?!? Sebab emiten ini sangat expansive, jumlah belanja CAPEX selalu meningkat dari tahun-ke-tahun, dan tujuan CAPEX adalah expansive, bukan sekedar untuk keperluan maintenance. Itu sebabnya total belanja capex selalu lebih besar daripada beban penyusutan dan amortisasinya.Pada tahun 2020 sebagian belanja CAPEX (USD 85,8 juta) masih dibantu oleh Bank, dimana pada tahun 2020, terdapat penerimaan kas dari dari "pinjaman baru bank jangka panjang" sebesar USD 129,3 juta. Sedangan pada tahun 2021, dari total CAPEX sebesar USD 118,2 juta, tetapi tidak ada penerimaan kas yang berasal "pinjaman baru bank jangka panjang".

Artinya CAPEX tahun 2021 seluruhnya menggunakan "internal cash" yang tersedia pada tahun 2021. Sehingga meskipun pada tahun 2021, emiten ini menghasilkan suplus cash flows from operation (CFO) sebesar USD 124,2 juta, tetapi hasil akhirnya saldo kas malah mengalami penurunan yang sangat siginifikan, pada tahun awal 2021 saldo kas sebesar USD 40,2 juta, pada akhir tahun 2021 turun menjadi hanya USD 12,3 juta.

Dengan saldo kas awal tahun 2022 hanya sebesar USD 12,3 juta, akan menimbulkan keraguan, apakah emiten ini sanggup membayar "utang Bank jangka panjang", yang jatuh tempo pada tahun 2022 sebesar USD 68,2 juta!??!?! Jadi boro-boro, kita mikirin, apakah pada tahun 2022, emiten ini akan mampu membayar dividend?!??! Apalagi kalau gaya ekspansif, bealnja capex jor-joran terus berlanjut pada tahun 2022. Maka menjadi mustahil emiten akan memiliki free cash flows untuk bayar dividend.

Tetapi kalau mau optimis boleh saja, bahwa emiten akan mampu bayar dividend yang signifikan, sebab managementnya pinter cari modal kerja, itu sebabnya peningkatan modal kerja pada tahun 2021 sekitar USD 23,7 juta mampu ditutup hanya dengan meningkatkan utang dagang kepada para vendor, yang mengalami kenaikan sebesar USD 30,3 juta. Dan masih juga harus dibantu oleh bank, dengan penambahan kredit modal kerja sebesar USD 32 juta.

Sehingga jika diurut-urutkan pada arus kas tahun 2021, bahwa, sangat mungkin, kebutuhan CAPEX tahun 2021 sebesar USD 118 juta, selain menggunakan uang IPO, sebagian lagi mungkin menggunakan dana dari tambahan kredit modal kerja. Jika memang demikian, misalnya kebutuhan CAPEX menggunakan uang yang berasal dari kredit bank modal kerja, maka ngeri-ngeri sedap, para shareholder planktoon dibuatnya.

Atau berharap emiten ini sedikit mengurangi aktifitas CAPEX dan produksinya. Sebab stock persediaan barang emasnya sudah semakin menumpuk. Jika pada awal tahun 2021 stock persediaan nilainya USD. 120,5 juta, pada akhir tahun 2021 semakin bertumpuk-tumpuk menjadi USD 140,5 juta. Karena gross profit margin (GPM) tahun 2021 sebesar = 136,5 juta / 345,9 = 39,5%. Maka secara teoritis nilai persediaan awal tahun 2021 akan mampu men-generate penjualan tahun 2022 sebesar = persediaan / GPM = 140,5 / 39,5% = USD 356,7 juta. Nilai penjualan teoritis sebesar USD 356,7 juta jumlahnya bahkan lebih besar daripada total penjualan aktual tahun 2021 sebesar USD 345,9 juta.

Semoga musibah yang sedang terjadi karena salah satu lokasi (pit) tambangnya sedang longsor, dapat membuat emiten ini, mengurangi sifat-nya yang expansive dan memilih jalan santuy pada tahun 2022. Lebih fokus diarea pabrik pengelolaan emas, merubah persediaan menjadi emas siap dijual. Kalao demikian maka mengharapkan emiten ini bayar dividend dengan DPR yang memadai (50%-100%) bukan sesuatu yang tidak mungkin.

Jika memang demikian, bahwa emiten akan mengerem laju capex expansive-nya pada tahun 2022, maka harga saham ARCI yang semakin jauh dibawah harga IPO, adalah kesempatan yang bagus untuk memiliki saham yang kinerjanya paling profitable diantara emiten tambang emas.

Demikian semoga bermanfaat. Dan selamat menjalankan ibada puasa Ramadhan, mohon maaf lahir dan bathin.

Sumber laporan keuangan tahun 2021 disini https://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info_JSX/Jenis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan//Laporan%20Keuangan%20Tahun%202021/Audit/ARCI/FY%202021_Financial%20Statements_ARCI.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun