Para peneliti telah mengaitkan anhedonia dengan disfungsi dalam sistem penghargaan otak (reward system). Sistem penghargaan di otak mengatur persepsi kita tentang penghargaan dan kegembiraan, dan melibatkan neurotransmiter seperti dopamin.Â
Pada depresi, penurunan aktivitas dopaminergik di daerah otak yang terkait dengan penghargaan dan kesenangan telah diamati. Hal ini dapat menjelaskan mengapa orang dengan depresi sering mengalami kehilangan minat dan kesenangan, karena respons otak terhadap penghargaan dan kegembiraan menurun.
Hubungan Antara Ruminasi dan Anhedonia
Ruminasi dan anhedonia sering kali saling terkait dan saling mempengaruhi dalam konteks gangguan depresi.Â
Ruminasi yang berkepanjangan dapat menyebabkan hilangnya minat dan kesenangan dalam hidup, yang merupakan gejala anhedonia. Sebaliknya, anhedonia dapat memicu pemikiran ruminasi yang tak henti-hentinya tentang ketidakpuasan hidup dan hilangnya minat.
Selain itu, ruminasi dan anhedonia juga memiliki dampak negatif pada kualitas hidup secara keseluruhan. Ruminasi yang berkepanjangan dapat memperburuk gejala depresi dan menghambat pemulihan. Sementara itu, anhedonia dapat menghambat keterlibatan sosial dan aktivitas yang meningkatkan suasana hati.
Terapi yang Menyeluruh Awal Kembalinya Kualitas Hidup
Gangguan depresi adalah gangguan mental yang kompleks, dan ruminasi serta anhedonia adalah dua aspek penting yang terkait dengan gejala depresi yang lebih dominan.Â
Ruminasi melibatkan siklus pikiran negatif yang tak berujung, sementara anhedonia melibatkan hilangnya minat dan kesenangan dalam hidup. Kedua teori ini memiliki dasar neurologis yang terkait dengan disfungsi di sirkuit otak yang mengatur emosi dan sistem penghargaan.
Memahami hubungan antara ruminasi dan anhedonia dapat membantu dalam pengembangan intervensi dan perawatan yang lebih efektif untuk gangguan depresi.Â
Terapi perilaku kognitif (CBT) telah terbukti efektif dalam mengurangi perenungan dan meningkatkan kesehatan mental. Selain itu, terapi farmakologis yang bertujuan untuk memodulasi aktivitas neurotransmiter seperti serotonin dan dopamin juga digunakan dalam pengobatan depresi. Keduanya terkadang diperlukan selaras agar pasien mendapatkan hasil yang maksimal.Â