Saat menuliskan artikel ini saya masih berada di Barcelona dalam rangka menghadiri kongres ECNP 2023. Berkaitan dengan dua tulisan sebelumnya, kali ini saya akan membahas tentang salah satu masalah dalam mencapai terapi depresi yang optimal yaitu Anhedonia. Hubungannya dengan depresi dan trauma yang mendasarinya serta bagaimana kondisi anhedonia bisa mempengaruhi terapi yang optimal dibahas dalam suatu sesi khusus yang berjudul "Why should we care about anhedonia in major depressive disorder (MDD)? Understanding motivation, pleasure and reward" di ECNP 2023 kali ini.Â
Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang meresahkan di jaman modern ini. Kondisi ini melibatkan berbagai gejala yang secara signifikan menghambat kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupan yang memuaskan.
Salah satu gejala utama yang mencolok adalah anhedonia, yang memengaruhi sekitar 70% orang dewasa yang didiagnosis menderita gangguan depresi berat (Major depressive disorder/MDD).Â
Anhedonia muncul sebagai ketidakmampuan merasakan kesenangan, menyebabkan gangguan yang mendalam dalam motivasi individu dan kemampuan memproses hadiah [1].
Keberadaan anhedonia tidak hanya memperumit gambaran klinis MDD tetapi juga menimbulkan tantangan signifikan dalam manajemennya, yang mana seringkali menghasilkan respon pengobatan yang kurang optimal [2].
Anhedonia berkaitan erat dengan gangguan pada jalur sirkuit "reward" di otak. Gangguan ini menyebabkan motivasi, kesenangan, dan pemrosesan "reward" terganggu, menciptakan siklus kebasan emosional (emotional blunted) dan perasaan terputus dari pengalaman positif.
Akibatnya, individu dengan anhedonia merasa terjebak dalam keadaan di mana bahkan aktivitas yang mereka nikmati sebelumnya kehilangan daya tariknya, memperburuk perasaan putus asa dan keputusasaan yang terkait dengan depresi [1].
Keberadaan anhedonia dalam MDD secara signifikan mempersulit proses pengobatan. Pendekatan tradisional seringkali tidak efektif dalam mengatasi kekurangan motivasi dan kesenangan yang dirasakan oleh pasien.
Tantangan ini telah mendorong para peneliti dan klinisi untuk mengeksplorasi strategi inovatif untuk meredakan efek anhedonia. Dr Stavroula Bargiota, seorang ahli di bidang ini yang menjadi salah satu pembicara di salah satu sesi ECNP 2023 yang membahas tentang anhedonia dan depresi, menekankan signifikansi klinis anhedonia dalam depresi. Penelitiannya menyelidiki hubungan rumit antara anhedonia dan motivasi, kesenangan, dan kognisi, membuka jalan bagi intervensi yang ditargetkan [2].
Anhedonia vs. Tumpul Emosional: Perbedaan yang Minimal
Salah satu kompleksitas dalam mengatasi anhedonia terletak pada membedakannya dari tumpul emosional, suatu fenomena di mana individu mengalami rentang emosi yang tumpul. Beberapa penelitian Dr. Andrea Fagiolini yang juga hadir sebagai pembicara dalam sesia ini telah sangat berperan dalam mengurai perbedaan yang sangat minimal ini.
Dengan memahami perbedaan antara anhedonia dan tumpul emosional (emotional blunted), peneliti mendapatkan wawasan berharga untuk merancang pengobatan antidepresan secara efektif. Mengidentifikasi dan mengatasi gejala-gejala spesifik ini menjadi kunci dalam meningkatkan hasil pengobatan bagi individu yang berjuang dengan MDD [2].
Penelitian Dr. Nina Schweinfurth-Keck menggali hubungan mendalam antara trauma dan anhedonia dalam MDD. Pengalaman traumatis seringkali memperburuk gejala anhedonia, memperdalam perasaan hampa emosional individu. Memahami hubungan rumit ini sangat penting dalam membentuk pendekatan perawatan holistik yang tidak hanya mengatasi gejala tetapi juga menyelami akar penyebabnya.
Penelitian Schweinfurth-Keck menekankan pentingnya perawatan berbasis trauma, menyoroti perlunya mengintegrasikan dukungan psikologis dan intervensi terapeutik dalam manajemen anhedonia [2].
Sebagai kesimpulan dalam simposium ini, anhedonia, gejala yang umum tetapi sering diabaikan dari MDD, memiliki dampak signifikan dalam kehidupan individu yang terpengaruh.
Dengan menyelami mekanisme dasarnya dan menjelajahi hubungan rumit antara anhedonia, trauma, dan tumpul emosional, para peneliti dan klinisi membuka jalan bagi intervensi yang lebih terarah dan efektif.
Mengakui kompleksitas anhedonia adalah langkah penting menuju peningkatan kualitas hidup bagi individu yang berjuang melawan depresi, memberi mereka harapan dan kesempatan untuk menemukan kegembiraan dalam hal-hal sederhana dalam kehidupan.
Salam Sehat JiwaÂ
***
References :
[1] Su, Y.-A., Si, T., 2022. Progress and challenges in research of the mechanisms of anhedonia in major depressive disorder. Gen Psychiatr 35, e100724.
 [2] Rizvi, S.J., Pizzagalli, D.A., Sproule, B.A., Kennedy, S.H., 2016. Assessing anhedonia in depression: potentials and pitfalls. Neurosci Biobehav Rev 65, 21-35.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H