Dalam beberapa tahun terakhir, dunia telah menyaksikan peningkatan yang signifikan dalam populasi lansia, yang tidak hanya membawa tantangan kesehatan fisik tetapi juga masalah kesehatan mental yang mendalam, terutama depresi pada lansia.Â
Tren yang memprihatinkan ini memerlukan perhatian khusus, terutama karena hubungan yang sering kali rumit antara depresi dan demensia pada lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hingga 30% pasien demensia mengalami gejala depresi, yang memperburuk kondisi klinis mereka, menurunkan kualitas hidup, dan bahkan meningkatkan angka kematian.
Oleh karena itu, mengatasi interaksi yang kompleks antara depresi dan demensia menjadi sangat penting, mengingat prevalensi kondisi ini di masyarakat yang semakin menua.
Kemarin saya baru saja menghadiri sebuah simposium yang berjudul "Membahas Depresi pada Usia Lanjut dan Strategi Penanganannya", sebagai bagian dari rangkaian acara ECNP 2023 Barcelona yang saya ikuti mulai kemarin.
Simposium ini menyoroti tantangan yang dihadapi oleh para lansia, terutama mereka yang menghadapi beban depresi dan demensia secara bersamaan. Simposium ini juga menekankan pentingnya mengenali gejala-gejala yang sama antara depresi dan gangguan kognitif tahap awal, menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan deteksi dini dan strategi intervensi yang dipersonalisasi.
Dokter Nicola Lautenschlager menekankan penurunan kualitas hidup yang signifikan yang dialami oleh individu yang mengalami kedua kondisi tersebut, dan juga mengakui beban besar yang ditanggung oleh para pengasuh.
Simposium ini menyoroti penelitian terbaru, seperti "MEMORY Study," yang mengeksplorasi efektivitas vortioxetine dalam menangani gangguan depresi mayor pada individu dengan demensia tahap awal.
Penelitian tersebut tidak hanya berfokus pada kemanjuran pengobatan, tetapi juga menilai dampak obat terhadap kualitas hidup dan fungsi kognitif secara keseluruhan.
Selain itu, simposium ini menekankan pentingnya melibatkan pasien dan pengasuh dalam proses pengobatan untuk mendapatkan wawasan tentang dampak intervensi di dunia nyata.
Selain intervensi medis, simposium ini menggarisbawahi perlunya memerangi stigma masyarakat seputar kesehatan mental pada lansia. Mengedukasi masyarakat mengenai gejala, risiko, dan penanganan depresi pada lansia sangatlah penting untuk memastikan mereka mendapatkan perawatan dan dukungan yang tepat.