Gejala kejiwaan itu termasuk depresi, kecemasan, dan gangguan kognitif. (Janz NK, dkk. 2007). Mekanisme pasti yang mendasari hubungan antara glaukoma dan gangguan kejiwaan belum sepenuhnya dipahami. Namun, diperkirakan bahwa kedua kondisi ini memiliki faktor risiko yang sama, seperti stres kronis dan peradangan. (Caprioli J, dkk. 2008).Â
Gangguan kejiwaan juga dapat memengaruhi penanganan glaukoma, karena pasien dengan kondisi ini mungkin mengalami kesulitan untuk mematuhi rejimen pengobatan atau menghadiri janji temu lanjutan. (Friedman DS, dkk. J Am Geriatr Soc. 2003;51(7): 901-908.)
Beberapa penelitian telah melaporkan hubungan antara glaukoma dan depresi pada orang dewasa yang lebih tua, dengan prevalensi depresi yang lebih tinggi pada pasien glaukoma dibandingkan dengan pasien yang tidak menderita penyakit ini. (Leite MT, dkk. Â 2017).Â
Adanya depresi juga dapat berdampak pada pengelolaan glaukoma pada orang dewasa yang lebih tua, dengan individu yang mengalami depresi berpotensi mengalami kesulitan untuk mematuhi rejimen pengobatan dan menghadiri janji temu lanjutan. (Friedman DS, dkk. 2003).Â
Hubungan antara glaukoma dan depresi mungkin bersifat dua arah, dengan depresi berpotensi meningkatkan risiko terjadinya glaukoma dan kehilangan penglihatan akibat glaukoma yang berpotensi menyebabkan depresi. (Gmez-de-Liao R, dkk. 2020).Â
Pilihan pengobatan psikiatri untuk pasien usia lanjut dengan glaukoma harus dilakukan secara individual, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti riwayat kesehatan pasien, rejimen pengobatan, serta potensi risiko dan manfaat pengobatan.
Penyakit mata lainnya yang banyak dikaitkan dengan gangguan kejiwaan adalah retinopati diabetik. Retinopati diabetik adalah komplikasi umum diabetes, dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan dan kebutaan jika tidak ditangani. Penelitian telah menunjukkan bahwa pasien dengan retinopati diabetik memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah kejiwaan seperti depresi dan kecemasan. (Liu J, dkk. 2018).Â
Pasien lansia dengan retinopati diabetik lebih mungkin memiliki gejala depresi dan kecemasan dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki retinopati. (Eser O, dkk. 2018). Penanganan retinopati diabetik dan masalah kejiwaan pada pasien usia lanjut mungkin memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan penyedia layanan kesehatan dari berbagai spesialisasi, termasuk oftalmologi, psikiatri, dan layanan primer.( Diabetic Care. 2022).Â
Presentasi lengkap dan tanya jawab bisa ditonton di link di atas
Kenali dan Obati Segera Depresi dan Cemas Pada Pasien Dengan Penurunan Penglihatan