Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mungkinkah Mencapai Kesembuhan pada Pasien Depresi?

16 Oktober 2022   11:02 Diperbarui: 16 Oktober 2022   12:10 1670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat mendengarkan presentasi (dok.pribadi Andri)

Saat saya menuliskan artikel ini saya sedang berada di Wina, Austria dalam rangka mengikuti kembali kongres ECNP (European College of Psychopharmacologicum) yang ke-35. Ini kali pertama saya kembali menghadiri kongres di Eropa setelah terakhir di bulan Oktober juga tahun 2019 sebelum pandemi menyerang kita. Salah satu topik yang masih hangat dibahas dalam kongres ini adalah mengenai depresi. 

Mungkinkah Sembuh dari Depresi?

Saya masih mengingat beberapa tahun yang lalu salah satu definis remisi atau kesembuhan dalam terapi depresi adalah saat kondisi 70-80% gejala membaik. Artinya pasien mungkin saja mengalami gejala sisa sekitar 20% dan itu sebenarnya dulu dianggap wajar.

Saat ini kondisi tersebut sudah tidak dianggap bagian dari remisi/kesembuhan. Kondisi 20-30% membaik itu masih dianggap sebagai kondisi "partial response" atau merespon pengobatan sebagian. Remisi atau sembuh saat ini diartikan tanpa gejala sama sekali.  

Sayangnya banyak sekali hal yang dikaitkan dengan pencapaian kesembuhan tersebut salah satunya adalah hambatan dalam mencapai kesembuhan itu sendiri.

Pembicara dalam salah satu simposium "Optimising outcomes in major depressive disorder (MDD): managing patients who are not fully responsive to initial antidepressant treatment" Prof George Papakostas dari USA mengatakan bahwa penelitian mengatakan ada sepertiga pasien depresi yang menjalani pengobatan antidepresan yang tidak pernah mencapai fase kesembuhan ini.

Jumlah yang sangat besar (30% lebih) tentunya, mengingat depresi masih merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan gangguan pada fungsi keseharian seorang individu. Gangguan depresi yang juga mengalami gejala gangguan jiwa yang lain dianggap menghambat proses tercapainya remisi itu sendiri.

Dalam praktik, saya sering menjumpai pasien depresi juga mengalami gejala kecemasan, obsesif kompusif dan juga gangguan makan. Pasien dengan komorbid medis seperti gangguan jantung dan endokrin juga dianggap lebih sulit  mencapai kesembuhan dari pasien yang tidak mengalami komorbid medis. 

Kegagalan dalam terapi depresi sendiri disumbang oleh berbagai macam faktor namun ada tiga faktor yang utama menyebabkan masalah ini yaitu komorbid dengan gangguan jiwa dan gangguan medis lainnya, diagnosis yang tidak tepat dan penggunaan obat yang tidak tepat atau tidak optimal. 

Diagnosis dan Terapi Tepat Awal Harapan Sembuh dari Depresi

Pembicara lain dalam acara yang mendapatkan grant edukasi dari H.Lundbeck A/S ini adalah Prof. Roger McIntyre yang sangat dikenal di kalangan peneliti depresi. Beliau telah menerbitkan lebih dari 815 artikel di jurnal dan menerbitkan banyak buku sebagai penulis ataupun editor. Prof McIntyre juga oleh Clarivate Analytics dianggap sebagai "The World's Most Influential Scientific Minds".

Presentasi Prof McIntyre meyakini walaupun kegagalan dalam terapi depresi cukup besar seperti yang dikatakan oleh Prof Papakostas di atas namun masih ada ruang untuk meningkatkan strategi terapi yang lebih signifikan untuk mencapai perbaikan pasien depresi yang telah menjalani pengobatan dengan obat antidepresan inisial sebelumnya.

Beliau lebih jauh mengatakan pengobatan depresi dengan menggunakan antidepresan SSRI dan SNRI selama ini banyak menghasilkan hal yang tidak memuaskan dari sisi perubahan gejala, 50% di antara pasien-pasien masih memiliki gejala dan berada pada pfase "partial response". 

Pengobatan antidepresan pada pasien depresi perlu memperhatikan beberapa hal seperti perbaikan gejala depresi, cocok atau tidaknya obat bagi pasien (tolerabilitas), perbaikan fungsi pasien dan bagaimana kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.

Beberapa penelitian dan percobaan di klinis mengatakan pasien-pasien yang tidak mengalami perbaikan signifikan dengan pengobatan awal SSRI atau SNRI memperlihatkan perbaikan bermakna dengan penggunaan antidepresan multimodal seperti Vortioxetine.

Presentasi beliau juga membandingkan hasil penelitian terakhir randomised double blind terhadap keampuhan dari Vortioxetine versus Desvenlafaxine (antidepresan SNRI golongan terakhir yang dianggap lebih baik daripada pendahulunya). 

Hasil dari penelitian "head to head" perbandingan efektifitas obat yang jarang dilakukan ini menyimpulkan bahwa Vortioxetine lebih unggul untuk mencapai remisi atau kesembuhan penuh tanpa gejala dibandingkan Desvenlafaxine.

Pasien yang mendapatkan Vortioxetine juga mencapai fungsi kehidupan yang lebih baik secara pribadi dan sosial. Pasien juga lebih menyukai efek penggunaan obat Vortioxetine daripada Desvenlafaxine yang biasanya berkaitan dengan karakteristik efek samping obat dan kecocokan dengan pasien. 

Harapan Mempengaruhi Kesembuhan Depresi

Salah satu yang menarik sebagai diskusi dari presentasi di seminar ini adalah pembicara mengingatkan pentingnya memiliki HARAPAN dalam proses terapi.

Salah satu penelitian yang sengaja membandingkan obat kosong (plasebo) dengan plasebo pada gangguan depresi dewasa memberikan hasil bahwa salah satu plasebo lebih baik dalam menangani gejala daripada yang lainnya. Harapan dan konfirmasi diri sendiri pasien terkait keinginan menjadi lebih baik adalah kekuatan yang sangat besar dalam membantu proses penyembuhan. Inilah salah satu yang menurut saya sangat penting dalam proses penyembuhan hampir semua gangguan jiwa.

Semoga laporan singkat ini bermanfaat.

Salam dari Wina.
Salam Ikhlas Sabar Sadar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun