oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM
(Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, Ahli Psikosomatik)
Pembaca sekalian mungkin belakangan ini mulai lelah secara mental karena begitu banyaknya berita terkait kesakitan dan kematian akibat Covid-19.Â
Notifikasi di group WhatsApp kita tidak berhenti mengabarkan kematian. Belum suara pengumuman dari mesjid yang kerap kali mengumumkan adanya orang di lingkungan kita yang meninggal.
Hal ini ditambah dengan sebagian kita mengalami sendiri terkena Covid-19 ataupun keluarga kita sendiri. Jika kondisi membutuhkan perawatan rumah sakit, makin pusing kita belakangan ini karena begitu sulitnya mencari ruang perawatan apalagi pada kondisi berat yang membutukan perawatan ruang intensif (ICU).Â
Jadi sudah pasti kita yang sehat pun sangat khawatir tentang Covid-19? Jika demikian maka kita mungkin menempatkan diri kita pada risiko yang tidak semestinya, karena kecemasan yang berkepanjangan atau kronis menekan sistem kekebalan dan meningkatkan risiko infeksi Covid-19 itu sendiri.
Dampak Psikologis Yang Besar!
Dampak psikologis dari pandemi Covid-19 menyebabkan penderitaan yang luar biasa. Sering kali saya bertemu dengan pasien di rumah sakit yang bahkan sebelum duduk sibuk menyemprot ruangan saya dan tempat duduknya berulang kali. Dalam keadaan normal, perilaku ini akan tampak aneh, tetapi dalam iklim Covid-19 saat ini, hal tersebut menjadi dapat diterima.
Meski penting untuk bersiap dan tetap waspada di masa pandemi ini, kita sebenarnya tidak boleh terlalu cemas atau bahkan sampai memicu kepanikan tidak pada tempatnya.Â
Kecemasan tentang hal yang tidak diketahui (seperti risiko Covid-19) dapat menyebabkan hiperaktivitas dari pusat ketakutan di otak yang disebut amigdala.Â
Secara evolusi otak manusia, bagian otak ini adalah salah satu bagian otak tertua dan cara kerjanya primitif. Amigdala ini bertindak seperti alarm pemicu yang berinteraksi dengan sistem stres untuk menjaga tubuh dan pikiran kita tetap waspada selama kita merasa cemas. Salah satu bentuk alami dari sifat manusia untuk bertahan hidup.