Perbedaan yang biasanya dikaitkan dalam terapi depresi adalah kemampuan pasien untuk beradaptasi dengan obat yang diberikan. Pilihan dokter biasanya adalah obat-obat yang mampu ditoleransi baik oleh pasien dan biasanya terbukti efektif dalam mempebaiki gejala depresi. Untuk sampai pada kondisi ini sering kali dokter harus mengubah pengobatan bahkan di minggu-minggu pertama.
Kita memahami bahwa depresi membawa dampak yang tidak baik buat pasien. Kualitas hidup pasien akan menurun dengan adanya gejala depresi.
Gejala suasana perasaan yang menurun, putus asa, susah konsentrasi, sulit tidur atau kebanyakan tidur dan sering kali keluhan fisik yang tidak jelas dasarnya adalah sebagian besar gejala depresi yang mengganggu kehidupan pasien yang menderitanya. Kondisi ini tentunya tidak bisa terlalu lama dibiarkan.
Dokter jiwa dalam hal ini perlu melakukan upaya segera setelah diagnosis ditegakkan. Setelah pasien didiagnosis langkah selanjutnya adalah memberikan terapi obat pada pasien untuk membantu menyeimbangkan sistem saraf dan neurotransmitter di otaknya.Â
Obat yang akan dipilih biasanya adalah obat yang telah terbukti secara penelitian dengan dosis awal yang biasanya setengah dari dosis optimal.
Ketika dalam terapi ternyata setelah dua minggu pasien tidak mendapatkan perbaikan maka dosis ditingkatkan ke dosis optimal sambil terus dilihat apakah pasien cukup toleransi dengan efek samping yang mungkin timbul. Jika dalam empat minggu dosis optimal tidak juga tercapai perbaikan maka kita perlu segera mencari alternatif terapi lainnya atau dalam hal ini mengganti obat.
Hal tersebut bertujuan untuk mencapai fase pulih yang lebih segera dan mampu untuk mengembalikan fungsi pasien dengan lebih baik. Harapannya tentu agar kualitas hidup pasien akan meningkat kembali. Semoga artikel ini bermanfaat.
Salam Sehat Jiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H