Selama 8 tahun berpraktek memfokuskan diri pada pasien yang mengalami gangguan kecemasan, saya melihat beberapa hal yang berkaitan dengan kondisi terkait kepribadian pasien dan kecenderungannya untuk mengalami suatu gangguan kejiwaan tertentu. Dalam hal gangguan kecemasan terutama gangguan panik dan gangguan cemas menyeluruh, saya melihat bahwa kepribadian perfeksionis sangat berhubungan dengan masalah terkait gangguan cemas yang dialami pasien. Dalam tulisan ini saya akan sedikit membahas tentang hal ini.Â
Kepribadian Perfeksionis
Kepribadian perfeksionis di dalam ilmu kedokteran jiwa lebih dikenal sebagai kepribadian anankastik atau kepribadian obsesif kompulsif. Jangan salah mengira bahwa orang yang perfeksionis itu mengalami OCD (Obessesive Compulsive Disorder) karena hal ini sesuatu yang berbeda walaupun sedikit banyak ada kemiripan. Kepribadian anankastik atau perfeksionis suka dengan keteraturan. Orang yang memiliki kepribadian ini biasanya sangat konsisten dan persisten.
 Dia biasanya agak sulit untuk bisa menerima jika ada orang lain yang tidak bisa sama seperti dirinya. Kadang orang yang perfeksionis suka terburu-buru dalam melakukan hal tertentu, selalu merasa diburu deadline atau ada suatu target yang ingin dicapai. Walaupun demikian dalam karier orang perfeksionis biasanya sering memiliki karier yang bagus dibandingkan yang lain.
Lalu apa hubungannya dengan masalah kecemasan? Sebenarnya hal tersebut bisa dijelaskan secara ilmiah tentang apa yang terjadi di otak orang yang perfeksionis. Ketika ada stres dalam tubuh kita, maka untuk menjaga keseimbangan di otak dan tubuh kita maka stres tersebut akan direspon tubuh dengan cara-cara tertentu agar keseimbangan otak dan tubuh terjaga.Â
Saat stres maka akan terjadi respon hormonal lewat jalur aksis hipotalamus pituitary adrenal (HPA Axis) sehingga tubuh akan mengeluarkan hormon stres lebih banyak yaitu kortisol. Sistem saraf otonom juga akan merespon stres tersebut untuk membuat tubuh seimbang. Sistem saraf otonom yang terdiri dari sistem saraf simpatis dan parasimpatis akan melakukan respon saraf otonom sehingga kita akan merasakan seperti adanya jantung berdebar, tegang otot, keringat lebih banyak, ada keinginan BAB dan BAK berulang, dan nafas menjadi lebih cepat.
Pada dasarnya respon stres ini akan berlangsung jika ada stres. Namun jika otak mendapatkan signal stres setiap saat atau sangat sering misalnya karena orang yang memiliki kepribadian perfeksionis merasa dirinya selalu dikejar waktu dan goal, maka bisa saja tubuh mengartikan kondisi ini sebagai stres yang terus menerus. Maka yang terjadi respon stres lewat jalur hormonal dan sistem saraf otonom juga akan berlangsung terus menerus.Â
Kondisi seperti ini yang akhirnya bisa membuat orang mengalami gangguan kecemasan ke depannya jika ternyata sistem adaptasi di tubuh orang tersebut sudah tidak mampu lagi beradaptasi dengan stres yang ada. Tidak heran bisa saja terjadi tiba-tiba serangan panik sebagai suatu respon tubuh yang sudah tidak tahan dalam menghadapi stres.Â
Perkuat Adaptasi Tubuh dan Hindari Stres Berlebihan
Tidak ada kehidupan yang bebas dari stres, namun perlu diingat bukan stres yang membunuh kita tetapi respon kita terhadap stres yang membunuh kita. Kata-kata tersebut dikatakan Hans Seyle sejak awal abad 20. Untuk itu kita perlu bisa mengurai stres kita atau beradaptasi dengan baik terhadap stres tersebut.Â
Pada orang-orang dengan kepribadian perfeksionis, dia harus mampu untuk mengenali dirinya sendiri dan mempunyai kesadaran bahwa kondisi itu jika tidak dapat dikendalikan baik malah akan membuatnya mudah mengalami gangguan jiwa. Relaksasi ddengan cara berolahraga, meditasi atau melakukan relaksasi akan sangat bemanfaat. Liburan yang bisa diambil setelah kerja panjang dan lama adalah pilihan yang bisa. Kadang tidak perlu selalu keluar kota atau ke luar negeri, halaman belakang dan atau depan rumah saja bisa menjadi tempat bersantai yang baik. Cari sendiri apa yang bisa membuat kita nyaman dengan hidup kita. Usahakan ada hal-hal yang menyenangkan dan membuat kita relaks. Hidup Seimbang adalah Kuncinya. Semoga artikel ini bermanfaat. Salam Sehat JiwaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H