Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bulan Puasa Datang, Pasien Psikosomatik Menurun

2 Juni 2016   23:58 Diperbarui: 3 Juni 2016   03:40 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Saya sudah 10 tahun menekuni masalah psikosomatik dan tahun ini merupakan tahun ke-8 Klinik Psikosomatik Omni Hospital berdiri. Sepanjang pengalaman saya menjadi psikiater di Omni Hospital saya melihat bahwa ada penurunan jumlah pasien yang berkunjung ke Klinik Psikosomatik di saat bulan puasa. Adapun sebab pastinya tidak pernah saya ketahui karena tidak ada penelitian yang pernah saya lakukan berkaitan dengan hal ini. Namun dari pengamatan dan pengalaman klinis mungkin ada beberapa hal yang berkaitan dengan penurunan jumlah pasien selama bulan Puasa. 

1. Meminta obat sebelum puasa untuk dua bulan ke depan

Ini tentu adalah alasan yang berkaitan dengan masalah teknis. Biasanya pasien yang datang berobat sebelum bulan puasa akan meminta obat yang diresepkan untuk dua bulan ke depan. Harapannya adalah agar bisa konsentrasi menjalankan puasa tanpa harus disibukkan jadwal kontrol ke saya yang biasanya berlangsung antara dua minggu sekali atau sebulan sekali. Pada beberapa pasien yang sudah menjalani fase rumatan (pemeliharaan) maka kondisi ini dimungkinkan karena dosis obat sudah tetap dan biasanya pasien sudah bisa melatih pikirannya sendiri tanpa perlu proses konsultasi yang lebih rutin. 

2. Obat yang diminum sudah berkurang frekuensinya

Beberapa kasus terkait psikosomatik biasanya diharapkan menggunakan obat dalam jangka waktu tertentu. Saat masa pengobatan sudah berlangsung sesuai rujukan maka ada beberapa pasien yang mulai dicoba untuk mengurangi dosis obatnya dan juga frekuensi makan obatnya. Saya selalu mempunyai harapan yang baik bahwa bulan puasa adalah awal yang baik untuk memulai perubahan termasuk dosis obat yang diminum pasien. Untuk itu biasanya awal bulan puasa Ramadan biasanya saya minta beberapa pasien yang saya lihat sudah mengalami perbaikan untuk mengurangi frekuensi minum obatnya menjadi lebih kurang dengan cara diseling sehari tanpa makan obat. Kondisi ini membuat obat yang biasanya habis sebulan dapat baru habis setelah dua bulan. Ini membuat pasien tidak perlu berkunjung saat bulan puasa dan tentunya mengurangi jumlah pasien kontrol ke klinik psikosomatik. 

3. Gangguan lambung yang dialami pasien membaik karena puasa

Masalah gangguan lambung yang sering menjadi masalah terkait di gangguan psikosomatik biasanya malah membaik di saat pasiennya menjalani puasa. Banyak sudah tulisan yang berkaitan dengan hal ini. Tulisan masalah lambung dan puasa biasanya dapat ditemukan di tulisan oleh dr.Ari Fahrial, SpPD,KGEH yang juga merupakan seorang Kompasianer. Puasa sendiri mungkin memberikan efek istirahat yang baik untuk lambung yang selama ini kurang mendapatkan perhatian untuk istirahat. 

4. Pengendalian diri yang lebih baik

Tidak dipungkiri lagi puasa adalah cara untuk melatih diri dan mengendalikan diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Terapi perilaku saat bulan puasa adalah salah satu yang terbaik yang bisa dilakukan oleh seseorang. Semua yang berkaitan dengan terapi perilaku ada di bulan puasa. Ada latihan, ada reward atau imbalan dan ada tata cara yang jelas. Dokter jiwa memahami bahwa masalah terkait psikosomatik sering kali berkaitan dengan masalah pola pikir dan perilaku yang salah. Pola pikir yang negatif, egosentris, penuh marah dan benci serta tidak ikhlas sering dikaitkan dengan masalah psikosomatik. Harapannya bulan puasa adalah langkah awal untuk menuju perbaikan di bulan-bulan berikutnya. 

5. Fokus untuk urusan spiritual meningkat  

Jika selama ini urusan spiritual mungkin dikesampingkan, maka bulan puasa diharapkan untuk bisa memberikan suatu kesempatan bagi pasien untuk lebih fokus lagi ke masalah spiritual yang baiknya pada bulan puasa banyak diberikan kemudahan akses dan sarana. Peningkatan spiritual ini akan meningkatkan kesabaran dan keikhlasan yang sangat berhubungan dengan perbaikan gejala psikosomatik.

Demikian beberapa asumsi yang saya kumpulkan dan simpulkan dari pengalaman praktek selama ini. Apa yang saya tuliskan di atas belum tentu sepenuhnya berlaku sama untuk setiap orang tetapi mungkin bagi sebagian kecil pasien psikosomatik bisa membantu untuk memulai latihan ini beberapa hari kedepan. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi para Kompasianer yang melaksanakannya, semoga ibadahnya diterima oleh Tuhan YME. 

Mohon Maaf Lahir dan Batin. Salam Sehat Jiwa.

Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater Klinik Psikosomatik Omni Hospital, Alam Sutera)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun