Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Depresi dan Fungsi Kognitif

10 Mei 2016   22:20 Diperbarui: 11 Mei 2016   09:04 1498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera)

Saat menulis artikel ini saya masih berada di Hongkong mengikuti acara pelatihan Depresi dan Fungsi Kognitif. Acara ini diselenggarakan oleh Lundbeck Institute dan dihadiri oleh 15 peserta dari Hongkong, Malaysia, Indonesia dan Filipina. 

Acara yang dikemas dalam diskusi interaktif dan workshop ini berlangsung tiga hari dan memang diperuntukkan untuk menambah pengetahuan psikiater dan dokter yang menangani kasus psikiatri (ada dokter umum dan dokter anak yang ikut dari Hongkong)  tentang Depresi khususnya hubungannya dengan fungsi kognitif.

Depresi Sulit Dikenali?

Gejala fisik pada pasien depresi membuat depresi sulit dikenali terutama oleh dokter pelayanan primer non psikiatri. Pasien yang mengalami gejala fisik biasanya tentu akan mendatangi dokter non psikiater. Sedangkan secara statistik kasus depresi yang murni tanpa adanya masalah lain hanyalah 12% dari semua kasus depresi. Ini artinya lebih dari 78% kasus depresi mengalami masalah terkait lainnya termasuk gangguan fisik.

Gangguan cemas juga salah satu yang sering berkaitan dengan depresi. Hampir lebih dari 50% kasus depresi mengalami gangguan kecemasan.

Sayangnya depresi membuat masalah yang besar bagi penderitanya walaupun pada saat gejala masih ringan sekalipun atau ketika gejalanya baru hanya satu dua saja. Gejala yang berkaitan dengan fungsi kognitif membuat depresi sendiri sering dihubungkan dengan lebih segeranya seseorang mengalami demensia (kepikunan) akibat depresi.

Gejala Kognitif Sebagai Gejala Sisa Depresi

Selama ini kita mengetahui bahwa depresi dengan pengobatan selama ini baik secara terapi obat maupun dengan psikoterapi angka keberhasilan sembuhnya tidak terlalu memuaskan. Berbagai penelitian mengatakan bahwa kemungkinan kambuh depresi pada pasien yang mengalaminya berkisar 50% walaupun dengan pengobatan yang optimal.

Selain kekambuhan, pengobatan depresi juga sering terkendala dengan adanya gejala sisa yang sering dialami oleh pasien depresi. Gejala sisa yang sering dialami pasien depresi antara lain gangguan tidur, kekelahan berkepanjangan, hilangnya minat melakukan sesuatu, masalah konsentrasi dan perasaan bersalah.

Secara khusus gejala sisa berkaitan dengan masalah fungsi kognitif yang dialami pasien depresi berkaitan dengan fungsi eksekutif, memusatkan perhatian, daya ingat dan fungsi visuospasial (berkaitan dengan ruang).

Gejala kognitif ini juga berkaitan dengan masalah pikiran negatif dan pembicaraan negatif yang sering dialami pasien depresi. Pasien depresi sering merasa bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan dirinya atau merupakan bagian dari dirinya adalah sesuatu yang buruk dan akan membuat semuanya jadi bermasalah. 

Pikiran negatif ini sangat kuat ada di dalam diri pasien sehingga membuat masalah terkait dengan kesembuhan juga sulit dicapai secara optimal.

Terapi seperti terapi kognitif dan perilaku serta terapi interpersonal memegang peranan penting saat ini dalam membentuk framing yang baik dan positif berkaitan dengan pikiran dan perilaku pasien depresi. 

Hal ini akan membantu pasien untuk bisa keluar dari pola pikiran negatif yang sering kali berlangsung otomatis. Walaupun kondisi ini biasanya juga sangat berhubungan dengan latar belakang pasien dan hubungan pasien dengan lingkungannya, terapi kognitif banyak dibuktikan secara ilmiah memperbaiki gejala depresi.

Arahan Terapi Depresi Ke Depan

Ada hal yang terus dikembangkan dalam penelitian berkaitan dengan penemuan obat untuk mengatasi depresi. Selain pengobatan tentunya juga psikoterapi terus dikembangkan sebagai upaya untuk memperbaiki gangguan depresi yang dialami pasien.

Penemuan obat saat ini tentunya bukan hanya berkaitan dengan bagaimana menghilangkan gejala mood atau suasana perasaan tetapi juga memperbaiki fungsi pasien sehari-hari. 

Target terapi untuk memperbaiki kualitas hidup ini juga memerlukan terapi yang tepat dan sesuai dengan mekanisme depresi itu sendiri. Belakangan fokus utama pengobatan depresi bukan hanya memperbaiki suasana perasaan tetapi juga memperbaiki fungsi kognitif.

Tidak dilupakannya untukmengembalikan fungsi kognitif adalah karena pasien depresi yang sering mengalami masalah terkait dengan depresinya. Salah satu yang paling diharapkan berubah oleh pasien adalah bagaimana dia bisa merasakan hidupnya kembali. Tujuan inilah yang ingin dicapai dalam terapi dan bukan hanya berkaitan dengan hilangnya gejala saja. Semoga tulisan ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa

13151969-1204600612897380-5029884359488301197-n-5731fba5c5afbdce048b456a.jpg
13151969-1204600612897380-5029884359488301197-n-5731fba5c5afbdce048b456a.jpg
Bersama dr Dharmawan Purnama,SpKJ yang juga merupakan peserta workshop dari Indonesia (dok.pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun