Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Efek Penggunaan Alprazolam yang Tidak Sesuai Indikasi

5 April 2016   08:48 Diperbarui: 22 Desember 2016   11:53 18790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi - obat (Shutterstock)"][/caption]Sejak salah seorang pasien menuliskan tentang pengalamannya melepaskan diri dari alprazolam (tulisannya bisa dibaca di sini) banyak pasien yang mendatangi saya untuk berkonsultasi dengan masalah yang sama. Menariknya kasus ini rata-rata mirip latar belakangnya, yaitu pasien diberi obat tersebut tanpa tahu karena dokter yang meresepkannya mengatakan obat tersebut adalah obat racikan obat lambung.

Pada beberapa kali kesempatan bertemu dengan dokter umum atau spesialis dan memberikan seminar tentang penggunaan obat golongan benzodiazepine (alprazolam termasuk obat golongan ini) saya selalu menekankan perlunya untuk mengatasi masalah pasien dengan obat yang sesuai indikasinya. Penggunaan obat golongan penenang jenis benzodiazepine ini memang menjadi perhatian saya sejak mulai berkecimpung di dunia psikiatri. Badan kesehatan dunia WHO dalam laporannya mengatakan 80% peresepan benzodiazepine dilakukan oleh dokter umum di pelayanan primer. Sejak ditemukan di tahun 1957 dalam bentuk sediaan Chlordiazepoxide sebagai sediaan benzodiazepine pertama yang ditemukan oleh Leo Sternbach (1908-2005) maka penemuan selanjutnya semakin banyak berkaitan dengan obat golongan ini dan penggunaannya semakin marak di praktik klinis.

Benzodiazepine sebagai obat lambung?

Penggunaan benzodiazepine sebagai salah satu pelengkap obat lambung sebenarnya sudah lama dikenal. Librax suatu merek dagang obat yang diindikasikan untuk tambahan terapi tukak (ulkus) peptikum dan irritable bowel syndrome (IBS) mengandung Chlordiazepoxide 5mg dan Clidinium Br 2,5mg. Dalam keseharian praktik sehari-hari banyak dokter juga yang mencampur beberapa obat golongan benzodiazepine dengan obat lambung lainnya agar mendapatkan efek yang baik untuk lambung pasien.

Hal ini dikarenakan dalam banyak kasus masalah lambung di pelayanan praktik sehari-hari lebih berkaitan dengan dispepsia fungsional di mana keterlibatan aksis otak dan lambung (brain gut axis) sangat kentara. Secara praktik klinis banyak dokter yang menyimpulkan bahwa masalah yang terkait dengan lambung yang dialami pasien adalah masalah terkait stres.

Obat golongan benzodiazepine yang mempunyai efek menenangkan sistem saraf pusat lewat jalur GABA (Gama-amino-butiric-acid) secara umum mempunyai efek menenangkan sistem saraf otonom juga yang berkaitan dengan sistem pencernaan. Selain itu, secara embriologi asal lambung dan otak berasal dari satu batang otak (core) yang berkembang terpisah selanjutnya. Tidak heran hubungan antara lambung dan susunan saraf pusat.

Alprazolam salah satu obat golongan benzodiazepine yang paing dikenal di kalangan dokter dan pasien. Banyak dokter juga menggunakan obat ini untuk mengatasi masalah kecemasan, gangguan tidur dan gangguan psikosomatik, termasuk gangguan lambung terkait masalah psikosomatik. Sayangnya, kurangnya pengetahuan banyak dokter tentang efek obat ini dalam sistem saraf pusat dan bagaimana menggunakannya secara tepat sering menyebabkan masalah di kemudian hari. Salah satunya adalah kesulitan lepas dari obat ini dan reaksi putus zat yang sangat tidak nyaman.

Salah satu masalah yang ditimbulkan penggunaan alprazolam karena penggunaan yang rutin (lebih dari 4 minggu), tanpa jeda (tidak intermitten), dan dosis besar walaupun terbagi dalam beberapa kali penggunaan sehari. Pengalaman klinis saya menangani masalah kesulitan lepas dari alprazolam pada pasien-pasien yang sebenarnya tidak mengetahui bahwa dirinya diberi alprazolam oleh dokternya mengatakan bahwa pemakaian lebih dari 4 minggu secara rutin obat ini bisa menimbulkan efek tidak nyaman ketika dilepaskan, salah satunya tidak bisa tidur. Jadi, ada beberapa pasien yang ketika mulai menggunakan obat racikan alprazolam ini sebenarnya tidak mengalami sulit tidur, tetapi karena menggunakan alprazolam dan akhirnya dilepas karena merasa sakit lambungnya sudah baik malah tidak bisa tidur.

Selain gangguan tidur, penggunaan lama alprazolam dapat menyebabkan masalah jika dilepas tiba-tiba seperti ganguan kecemasan dan rasa tidak nyaman terkait gejala fisik. Hal inilah yang akhirnya menjadi masalah yang sulit ditangani. Penggunaan alprazolam yang tidak sesuai indikasi utamanya dan dalam waktu lama akan menyebabkan masalah. Sebagai informasi indikasi utama alprazolam adalah untuk mengatasi gejala gangguan kecemasan panik karena sifatnya yang sedatif (menenangkan) dan efeknya cepat.

Hindari penggunaan lama dan rutin

Alprazolam adalah obat yang sangat diperlukan dalam praktik sehari-hari. Efektivitasnya yang baik dalam menangani serangan panik pada pasien gangguan kecemasan sampai saat ini belum ada yang bisa menandingi. Namun demikian, penggunaannya untuk indikasi lain perlu diwaspadai termasuk untuk membantu masalah insomnia atau kesulitan tidur.

Salah satu yang perlu dipikirkan adalah bahwa pasien harus mengetahui bahwa obat yang digunakannya mempunyai potensi menimbulkan masalah jika digunakan dalam waktu lama dan rutin. Dokter yang meresepkannya juga perlu memahami dengan baik penggunaan obat ini. Pemberian informasi kepada pasien tentang obat ini sangat perlu agar pasien dan dokter bisa bekerja sama untuk jalan terbaik dalam pengobatan.

Hindari penggunaan lama dan rutin untuk mengatasi masalah pasien. Penggunaan lama dan rutin harus atas pengawasan dokter ahli jiwa atau psikiater yang memahami masalah ini. Jika tidak, masalah di depan akan bisa didapatkan, apalagi jika pasien mempunyai riwayat masalah narkotika dan alkohol. Semoga informasi ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa.

Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater Klinik Psikosomatik Omni Hospitals Alam Sutera)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun