Saat saya menuliskan artikel ini saya sedang berada di Singapura menghadiri Kongres Asean Sleep Medicine yang ke-3. Asean Sleep Congress ini diikuti oleh berbagai disiplin ilmu selain dokter saraf, dokter THT, dokter anak, dokter jiwa (psikiater), sleep techonologist, dokter umum dan berbagai disiplin lainnya. Bahasan dalam kongres ini juga sangat beragam bukan hanya mengenai masalah gangguan tidur yang terkait dengan adanya masalah jalan nafas seperti Obstructive Sleep Apnea (OSA) tetapi juga terkait dengan Insomnia dan Parasomnia.
Tentunya saya sebagai psikiater akan lebih tertarik dengan bahasan masalah Insomnia dan Gangguan Tidur lainnya (parasomnia) yang terkait dengan bidang ilmu kejiwaan. Namun dalam kongres ini juga saya banyak belajar mengenai masalah gangguan tidur lainnya termasuk dalam bagaimana mengenali masalah tidur terkait fisik medis.
Mendengkur Itu Tidak Sehat
Banyak salah kaprah yang terjadi di masyarakat umum. Salah satu contohnya adalah tentang mendengkur. Banyak orang mengatakan bahwa mendengkur adalah salah satu tanda bahwa tidur orang tersebut nyenyak. Padahal mendengkur adalah suatu tanda masalah tidur yang bisa berkembang menjadi hal yang mengganggu kualitas dan kuantitas tidur seseorang.
Mendengkur bisa terkait dengan gangguan tidur yang lebih berat seperti OSA yang menjadi salah satu bahasan penting di kongres ini. Gangguan mendengkur ini bisa menjadi masalah yang sangat berarti dan perlu penanganan khusus. Beberapa di antaranya bahkan perlu melakukan terapi dengan alat seperti CPAP setelah dalam pemeriksaan tidur di laboratorium tidur didiagnosis mengalami OSA yang memerlukan bantuan alat untuk terapinya.Â
Banyak orang yang tidak menyadari masalah tidur sejak awal sehingga baru pergi ke dokter setelah mengalami masalah yang berat dan sayangnya ada beberapa yang hanya puas dengan memakan obat tidur saja.Â
Obat Tidur Hanya Membantu Sementara
Dalam banyak kesempatan saya menekankan bahwa penggunaan obat untuk membantu tidur adalah sesuatu yang bersifat sementara. Sering kali orang malah ketergantungan dengan obat tidur karena ketidaktahuannya sendiri. Perlu diingat bahwa tidur adalah perilaku yang sangat berhubungan dengan pola dan gaya hidup orang tersebut. Jika tidak disiplin dalam tidur maka sudah barang tentu akan mengalami masalah tidur di kemudian hari.
Selain itu juga masalah tidur bisa terkait dengan adanya gangguan lain (komorbid). Gangguan medis terutama perlu disingkirkan namun juga perlu diingat bahwa masalah tidur terkait dengan gangguan depresi dan cemas sangat banyak. Insomnia adalah satu gangguan tidur yang sangat dihubungkan dengan masalah kejiwaan.Â
Penggunaan obat tidur untuk kasus-kasus gangguan tidur haruslah hati-hati. Dalam prakteknya sering kali kita melihat banyak kasus ditangani dengan hanya obat tidur tanpa lebih menelusuri masalah tidurnya. Saya sering menemukan dalam praktek gangguan tidur seperti insomnia yang bertahun-tahun hanya diobati oleh obat tidur tanpa dicari sebabnya apa dan melakukan sesuatu untuk mengatasi sebabnya.Â
Penggunaan obat tidur golongan benzodiazepine juga perlu menjadi perhatian. Sering kali banyak dokter dengan gampangnya memberikan terapi benzodiazepine yang kemudian menjadi masalah kepada pasiennya sendiri. Penanganan kasus insomnia salah satunya juga perlu dilihat apa dasarnya. Jangan hanya mengobati keluhannya saja dan berhati-hati menggunakan obat antiinsomnia apalagi jika tanpa dasar keilmuan yang mumpuni tentang kegunaan dan manfaatnya.Â