Kaitan antara migrain dan gangguan kejiwaan seperti depresi dan cemas sering dilaporkan di berbagai penelitian. Gangguan cemas dan depresi sering juga dialami oleh pasien yang mengalami migrain. Migrain yang kronis sering dialami oleh pasien gangguan cemas. Pasien gangguan cemas menyeluh dan gangguan cemas panik juga sering melaporkan migrain sebagai salah satu gejala yang merka alami. Laporan dari 2009, mengatakan 11 persen pasien mengeluh migrain mengalami gangguan kejiwaan di antaranya gangguan cemas dan depresi.
Pengobatan
Obat penghilang rasa sakit sering kali diresepkan untuk pasien nyeri kepala. Beberapa obat ini bisa ditemukan di penjual obat atau apotek karena dijual secara bebas. Jika obat penghilang sakit tidak mempan biasanya diberikan juga tambahan obat untuk melemaskan otot. Beberapa obat anticemas dan antidepresan yang juga mempunyai efek anti nyeri biasanya diresepkan oleh dokter yang didatangi pasien seperti ini.
Satu hal yang penting bahwa penggunaan obat antinyeri sering kali pada pemakaian yang lama menghilang efek terapinya. Untuk itu dokter dan pasien harus memahami untuk mencari dan memodifikasi pemicunya yang mungkin dalam hal ini adalah stres lingkungan dan pribadi. Faktor stres yang berkaitan dengan terjadinya nyeri kepala tegang dan migrain bisa membuat terapi terhambat jika hanya fokus pada obat penghilang nyeri saja. Apalagi jika gangguan jiwa seperti depresi dan cemas tergambar nyata sebagai salah satu gangguan yang mengawali sakit kepala atau sebagai suatu faktor pemberat. Jangan ragu untuk berhubungan dengan psikiater untuk masalah ini. Semoga tulisan ini berguna. Salam Sehat Jiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H