Mohon tunggu...
Nadia Indah
Nadia Indah Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Nadia Indah Permatasari, M.Psi., Psikolog (Praktik Mandiri "Praktik Psikolog Nadia")

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

People Pleaser

21 November 2022   20:00 Diperbarui: 22 November 2022   13:55 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

People Pleaser

By: Nadia Indah.P, M.Psi.,Psikolog 

Mungkin kita sudah sering mendengar istilah people pleaser dalam keseharian kita. Tapi apa sih sebenarnya people pleaser itu? Dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang apa itu people pleaser.

People pleaser adalah sebutan yang diberikan pada seseorang yang selalu berusaha melakukan sesuatu dengan tujuan menyenangkan atau memfasilitasi orang lain. Hal ini selalu dilakukan walau mungkin apa yang dilakukan tadi bertentangan dengan apa yang orang tersebut inginkan. Bahkan bisa saja apa yang dilakukan tersebut sampai menimbulkan ketidak nyamanan pada orang tersebut. People Pleaser akan selalu memprioritaskan orang lain dan Ia mampu mengorbankan kepentingan, kebutuhan dan keinginannya sendiri demi menyenangkan orang lain.

Apa saja yang dilakukan oleh seorang people pleaser?

Hal yang dilakukan bisa berbagai macam, mulai dari tindakan, perkataan, opini dan lain sebagainya. Berikut beberapa contoh hal yang dilakukan oleh people pleaser.

Ketika ada teman meminta bantuan padanya, seorang people pleaser akan kesulitan untuk menolaknya.

“Tolong antarin aku ke mall dong. Lagi pengen belanja-belanja nih.”

Dengan satu kalimat diatas saja, sudah cukup membuat people pleaser kesulitan menolak dan seringnya Ia akan berkata iya pada permintaan tersebut. Tidak perduli walalupun Ia sedang dalam kondisi lelah dan sebenarnya sedang tidak ingin pergi ke mall.

Contoh lainnya adalah ketika rekan kerja memiliki opini tertentu terhadap suatu hal, maka secara otomatis seorang people pleaser akan mendukung opini tersebut, terlepas dari apakah Dia sebenarnya sepakat atau tidak.

“Menurutku beban kerja kita tuh terlalu berat deh. Gak sebanding sama gaji yang kita terima. Benar kan?”

Seorang people pleaser tidak akan nyaman untuk tidak setuju dengan opini tersebut dan lebih memilih sepakat saja dengan opini tersebut.

Saat memilih dan membeli baju baru, teman mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan keinginannya, tapi seorang people pleaser akan memilih mengikuti apa yang dikatakan oleh teman tersebut.

“Warna biru tuh gak bagus lho buat kamu. Warna kulitmu lebih cocok pake warna merah gini. Lebih cetar gitu deh. Pilih yang merah aja.”

Dalam posisi tersebut, walaupun misalkan warna merah adalah warna yang tidak disukainya, people pleaser tidak akan nyaman menolak apa yang disarankan oleh temannya dan akhirnya mengikuti saran tersebut.

Dari beberapa contoh diatas kita bisa melihat bahwa seringkali people pleaser memiliki kesulitan untuk menolak/mengatakan “tidak” pada keinginan/permintaan orang lain. Sehingga mereka akan selalu meng-“iya”-kan permintaan/keinginan orang lain tersebut dan mengabaikan apa yang menjadi keinginan/pendapat mereka.

Atas hal tersebut, sebenarnya people pleaser merasakan ketidak nyamanan secara psikologis. Tindakannya yang mengabaikan kepentingan diri sendiri demi menyenangkan orang lain tentunya menimbulkan ketidak nyamanan, namun mereka tidak mampu menghentikan diri dari melakukannya. Meng-iya-kan keinginan orang lain seperti menjadi respon otomatis mereka dan tidak bisa melakukan sebaliknya.

Jika digali lebih mendalam, akar permasalahan dari people pleaser biasanya adalah rasa bersalah dan ketakutan akan penilaian negatif dari  orang lain yang akan didapat, bila menolak keinginan/ekspektasi dari orang lain tersebut.

Salah satu cara mengatasi people pleaser adalah dengan mengubah mindset kita terhadap perilaku menolak keinginan orang lain. Mengubah mindset ini salah satunya dapat diproses dengan melakukan terapi kognitif di Psikolog. Target psikoterapi tersebut adalah untuk belajar menghargai dan mencintai diri sendiri. Belajar untuk tidak menempatkan opini/penilaian orang tentang kita sebagai faktor utama yang mengendalikan diri kita. Belajar bersikap asertif sehingga mampu berkata “tidak” terhadap hal yang tidak kita inginkan.

Jadi, kalau kamu merasa kamu adalah people pleaser, ada baiknya kamu mencari bantuan dan melakukan sesuatu untuk mengubah hal tersebut. Meninggalkan pola people pleaser akan memberi dampak positif bagi kesehatan mentalmu.

Referensi:

https://www.livewellwithsharonmartin.com/psychology-of-people-pleasing/

https://wellbeingjournal.com/people-pleasing-and-approval-seeking/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun