“Menurutku beban kerja kita tuh terlalu berat deh. Gak sebanding sama gaji yang kita terima. Benar kan?”
Seorang people pleaser tidak akan nyaman untuk tidak setuju dengan opini tersebut dan lebih memilih sepakat saja dengan opini tersebut.
Saat memilih dan membeli baju baru, teman mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan keinginannya, tapi seorang people pleaser akan memilih mengikuti apa yang dikatakan oleh teman tersebut.
“Warna biru tuh gak bagus lho buat kamu. Warna kulitmu lebih cocok pake warna merah gini. Lebih cetar gitu deh. Pilih yang merah aja.”
Dalam posisi tersebut, walaupun misalkan warna merah adalah warna yang tidak disukainya, people pleaser tidak akan nyaman menolak apa yang disarankan oleh temannya dan akhirnya mengikuti saran tersebut.
Dari beberapa contoh diatas kita bisa melihat bahwa seringkali people pleaser memiliki kesulitan untuk menolak/mengatakan “tidak” pada keinginan/permintaan orang lain. Sehingga mereka akan selalu meng-“iya”-kan permintaan/keinginan orang lain tersebut dan mengabaikan apa yang menjadi keinginan/pendapat mereka.
Atas hal tersebut, sebenarnya people pleaser merasakan ketidak nyamanan secara psikologis. Tindakannya yang mengabaikan kepentingan diri sendiri demi menyenangkan orang lain tentunya menimbulkan ketidak nyamanan, namun mereka tidak mampu menghentikan diri dari melakukannya. Meng-iya-kan keinginan orang lain seperti menjadi respon otomatis mereka dan tidak bisa melakukan sebaliknya.
Jika digali lebih mendalam, akar permasalahan dari people pleaser biasanya adalah rasa bersalah dan ketakutan akan penilaian negatif dari orang lain yang akan didapat, bila menolak keinginan/ekspektasi dari orang lain tersebut.
Salah satu cara mengatasi people pleaser adalah dengan mengubah mindset kita terhadap perilaku menolak keinginan orang lain. Mengubah mindset ini salah satunya dapat diproses dengan melakukan terapi kognitif di Psikolog. Target psikoterapi tersebut adalah untuk belajar menghargai dan mencintai diri sendiri. Belajar untuk tidak menempatkan opini/penilaian orang tentang kita sebagai faktor utama yang mengendalikan diri kita. Belajar bersikap asertif sehingga mampu berkata “tidak” terhadap hal yang tidak kita inginkan.
Jadi, kalau kamu merasa kamu adalah people pleaser, ada baiknya kamu mencari bantuan dan melakukan sesuatu untuk mengubah hal tersebut. Meninggalkan pola people pleaser akan memberi dampak positif bagi kesehatan mentalmu.
Referensi: