Mohon tunggu...
Pryanka Ramadini
Pryanka Ramadini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi

✨Berbagi pengalaman yang dikemas menjadi sebuah karya tulisan, adalah pilihan saya untuk mengembangkan bakat dan menebarkan manfaat dari dahsyatnya sebuah Ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

3 Alasan Kenapa Kamu Tidak Boleh Membuat Keputusan Saat Terlampau Senang atau Sedih

10 Februari 2022   19:31 Diperbarui: 10 Februari 2022   20:24 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perasaan terlampau sedih ataupun senang bisa kamu dapatkan diberbagai keadaan. Hal itu adalah wajar, namun apakah kamu tahu sebenarnya yang tidak wajar adalah membiasakan diri untuk cepat-cepat membuat suatu keputusan saat itu juga.Contohnya seperti ini, ketika mendengar pengumuman atau berita bahagia yang sudah kamu tunggu sejak lama, dan alhasil kenyataannya sesuai dengan harapan. Biasanya yang akan kamu lakukan langsung adalah memberi kabar kepada orang terdekat, atau jantung sangat berdebar rasanya.


Contoh lain untuk situasi sedih, ketika kamu mengingat masa lalu yang begitu kelam, namun saat ini sedang membandingkan dengan kemanisan orang lain. Kamu cenderung berfikir bahwa, kenapa dunia tidak adil, kenapa saya tidak bisa mendapatkan kebahagiaan yang sama


Respon awal pada perasaan terlampau sedih ataupun senang adalah wajar. Tapi kamu harus tetap memperhatikan tiga alasan Kenapa Tidak Boleh Membuat Keputusan Dikala Terlampau Sedih atau Senang

1. Ada 2 Sistem Pada Akal Budi Manusia

Book Reference: Thinking, Fast and Slow
Book Reference: Thinking, Fast and Slow
Dari buku yang ditulis oleh seorang psikolog asal Amerika Serikat yang telah melakukan penelitian selama 5 tahun lamanya yang berjudul “Thinking, Fast and Slow.” Secara umum Daniel Kahneman menyebutkan bahwa ada 2 sistem yang bekerja pada akal budi manusia. Sistem 1 bekerja secara spontan dan cepat dalam mengambil keputusan, sedangkan sistem 2 bekerja lebih lambat, dan ada banyak pertimbangan ketika akan mengambil keputusan.

2. Sistem Tersebut Harus Bekerja Secara Seimbang

Image from
Image from


Ketika perasaan emosional kamu sedang melonjak, maka itu akan menguras sistem 2. Sistem 2 akan jauh lebih keras dalam bekerja disbanding sistem 1. Maka, disaat suatu pernyataan datang dari luar dan butuh keputusanmu, saat itu juga sistem 1 lebih mendominsai dalam membuat keputusan. Yang dimana tidak ada satu hal pun mendukung akan adanya sistemasi yang seimbang

Kebayang ga, saat itu juga kamu kana mengambil keputusan dengan adanya bias. Atau sesuai apa yang “dilihat” oleh sistem 1 saat itu juga. Tanpa bantuan pertimbangan ataupun “pengalaman” yang masih direkam jelas oleh sistem 2. Jadi, keputusan mu cendurung dibuat karena emosional


3. Dalam Keadaan Netral, 2 Sistem Akal Budi Akan Bekerja Dengan Baik

Image from
Image from


Ketika kamu sudah bisa mulai tenang dan membersihkan pemikiran agar menjadi netral lagi, disana 2 sistem yang ada sedang “berkolaborasi” agar dapat melakukan tugas mereka dengan baik.

Hal itu sangat menguntungkan, karena sistem 2 yang hadir kembali untuk membantu mempertimbangkan hal mendetail, sebelum diputuskan langsung oleh sistem 1. Yang memang dilakuakan sistem 2 berdasarkan pengalaman, hal objektif serta penilaian jujur.

Maka dari itu, sebisa mungkin kamu harus Istirahat terlebih dahulu ketika terlampau sedih ataupun senang. Karena mungkin saat itu tubuhmu sedang tidak merasakan letih, tetapi sebenarnya sistem 2 yang ada pada akal budimu sedang merasakan kelelahan yang berlebih. Sehingga sangat rawan adanya ketika Sistem 1 bekerja sendirian.

Jangan lupa bahwa sistem 1 sangat mudah ditipu tanpa adanya sistem 2. Karena sistem 1 cenderung bias, dan tidak netral. Contohnya ketika kamu mendapatkan satu statement dari seseorang dan orang tersebut menyampaikannya secara sepihak, membaguskan satu pihak, maka tanpa adanya sistem 2 kamu cenderung akan terpengaruh.

Kritis itu berarti bisa menanggapi suatu hal dengan cepat dan tentunya berdasarkan teori atau pengalaman yang ada. Bukan berarti hanya sekadar menjawab secara spontan tanpa alasan. Jadi, semangat terus ya belajar melatih emosinya orang hebat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun