Masih sangat terasa ketika dua tahun lalu, betapa irinya saya melihat teman-teman yang bisa masuk universitas negeri. Ada rasa penyesalan, "kenapa sih ngga nyoba aja dulu."
Karena saya sudah berlarut-larut dengan stress ditolak kampus negeri dari jalur SPAN-PTKIN, SNMPTN dan SBMPTN, padahal sebenarnya masih ada satu peluang lagi, yaitu jalur UTUL (Ujian Tulis). Tapi saya memilih untuk masuk ke kampus swasta yang sesuai keinginan saya dan kampus ini akan membantu serta mendukung penuh agar mimpi saya dapat terwujudkan.
Namun setelah 6 bulan kuliah di kampus Swasta pilihan, ketika melihat Instagram Story teman-teman yang sedang kuliah di universitas negeri, ternyata rasa iri di dalam diri saya masih ada. Bahkan saya sempat berpikir, "oke lah, tahun depan juga harus bisa masuk universitas negeri."
Akhirnya terpecah fokus untuk menyelesaikan tugas kampus yang saat itu sedang saya jalani, dan belajar mandiri untuk mengikuti ujian SBMPTN tahun depannya.
Pada saat itu memang belum memikirkan jangka panjangnya akan seperti apa. Belum mematangkan tujuan yang jelas, "yang penting saya bisa masuk kampus negeri."
Padahal jika dipikirkan lagi, ada banyak aspek yang harusnya dipertimbangkan dan dipersiapkan dengan matang. Terlepas dari segi kampus pilihan, apakah akan mendukung tujuan hidup mu kedepannya? Makanya di sini saya ingin berbagi pengalaman, beberapa hal penting yang harus diperhatikan sebelum memutuskan untuk masuk universitas swasta tahun ini, lalu mengikuti ujian SBMPTN tahun depan.
1. Pahami Tujuanmu Untuk Jangka Panjang
Bernilai memang Ilmu tersebut, tetapi sangat disayangkan jika tidak tahu bagaimana caranya agar orang lain, atau setidaknya lingkungan di sekitar mu juga merasakan manfaatnya.
Coba diubah menjadi, "saya ahli di bidang seni, maka saya akan menyelesaikan pendidikan formal selama 4 tahun, sembari mengembangkan diri melalui komunitas seni di kampus maupun luar kampus.
Karena target saya adalah membuat galeri karya seni saya sendiri yang nantinya dapat dinikmati dan menginspirasi banyak orang. Sehingga saya bisa melanjutkan membangun galeri seni lainnya dalam berbagai macam bidang kesenian, sebagi investasi untuk seumur hidup saya." Bagaimana? Lebih spesifik dan jelas, bukan? Ketika tujuan mu spesifik, maka kamu akan lebih serius lagi untuk mencapainya.
2. Multitasking Akan Membuat Prosesmu Tidak Maksimal, Alias Setengah-Setengah
Jadi ayo coba pahami lagi konteksnya dengan jelas. Jangan sampai kamu pecah fokus untuk membagi waktu kuliah, mengembangkan potensi diri di universitas dan disisi lain juga harus fokus belajar untuk ujian SBMPTN tahun depan. Hati-hati, selain akan mengalami overwhelmed, besar kemungkinan pekerjaan yang kamu lakukan tidak maksimal, karena kamu sudah tidak fokus. Makanya kenapa, dalam konteks yang sedang kita bahas saat ini, coba hindari multitasking yang membuat mu malah tidak fokus.
3. Masuk Universitas Swasta Hanya Buang-Buang Waktu
Jika belum bisa memikirkan tujuan jangka panjangmu akan seperti apa, maka setidaknya jangan berpikir terlalu pendek. Begini singkatnya, jika kamu telah memutuskan untuk masuk kampus swasta tahun ini, maka kamu juga sudah memilih untuk bertanggung jawab penuh akan tugas-tugas barumu di sana, dan mulai merencanakan nilai kehidupan apa yang akan kamu kembangkan di universitas.
Jika tujuanmu tetap kekeuh untuk masuk universitas negeri, kenapa masuk Universitas Swasta tahun ini hanya akan membuang-buang waktu saja? Logikanya begini, bayangkan dirimu yang di universitas saat ini mampu mengerjakan tugas dengan maksimal, mengumpulkannya tepat waktu.
Selain itu kamu juga sedang mengembangkan potensi diri dengan maksimal, agar dapat membangun personal branding yang dapat membuat orang lain memberi kepercayaannya kepada kamu.
Dengan jangka waktu kurang lebih 4 tahun, pasti setelah lulus kuliah kamu sudah memiliki target prospek kerja yang jelas, bukan? Atau bisa juga sebelum lulus kuliah kamu sudah mulai ber-karir. Jika 1 tahun kamu sia-sia kan dengan tujuan yang tidak jelas, maka yang seharusnya kamu bisa maksimal dalam waktu 4 tahun malah mundur jadi 5 tahun atau bahkan lebih.
Beda ceritanya jika kamu memilih untuk gapyear atau tidak kuliah dulu selama satu tahun, karena mau fokus untuk belajar lagi di lembaga tertentu (bimbel) dan mempersiapkan dirimu dengan matang sebelum lanjut berjuang lagi tahun depan.
Sebelum bimbel berlangsung secara intensif, kamu pun bisa mulai mempelajari atau mencari tahu seperti apa dunia perkuliahan yang akan dihadapi saat kuliah nanti. Lingkungan seperti apa yang harus kamu adaptasi dan hal-hal lainnya mengenai perkuliahan. Maka 1 tahun yang kamu gunakan tidak akan sia-sia. Karena selaras dengan tujuan mu.
Semakin berjalannya waktu, mulai banyak mempelajari tentang nilai-nilai dalam kehidupan, semakin saya mendapati "siapa diri saya sebenarnya." Sehingga setelah satu tahun kuliah di universitas swasta, tidak lagi terbesit keinginan untuk "mengejar tempat." sampai akhirnya saya berpikir bahwa, "waktu lebih penting." Jika saya mengulangi tahun ini untuk berfokus agar lolos masuk universitas negeri dengan jalur SBMPTN, maka saya telah menyia-nyiakan satu tahun peluang yang harusnya bisa saya dapatkan dari universitas yang sedang saya jalani.
Pelajaran yang dapat saya ambil melalui pengalaman dua tahun lalu, kehidupan setelah SMA tidak sebercanda itu. Terkesan sangat rumit memang ketika semua aspek harus dipikirkan. Tetapi coba ganti kata 'rumit' menjadi 'proses yang matang.' "Aduh, rumit banget ya" jadi, "ini adalah prosesnya agar ada persiapan dengan matang." Karena sebenarnya tidak ada yang rumit jika kita mau maksimal dalam proses saat ini, untuk menghadapi kehidupan yang jauh lebih keras lagi setelah lulus kuliah. Semangat terus pejuang sukses!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H