Mohon tunggu...
Anis
Anis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

😊

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Buku "Imperct" Upaya Memahami Diri sebagai Manusia Biasa

22 Februari 2022   15:39 Diperbarui: 22 Februari 2022   15:46 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sama-sama sepakat bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Termasuk diri kita sendiri. Namun, tanpa kita sadari, seringkali oranglain menuntut kita untuk menjadi sosok yang sempurna. Hal tersebut kadang telihat dari ucapan mereka tentang fisik, sifat ataupun hal-hal yang berkaitan dengan diri kita. Sehingga, tidak jarang kita berada pada satu titik ikut menuntut diri sendiri dengan perkara yang sama, memaksa untuk menjadi sosok tanpa cela di hadapan mereka. Bila kita tidak benar-benar bisa mengontrol diri sendiri, tidak menutup kemungkinan komentar-komentar buruk mereka terhadap kita bisa saja menjadikan kita membenci diri sendiri. 

Ungkapan "hal yang sangat mustahil bisa dilakukan di dunia ini adalah membahagiakan semua orang" sangat relevan dengan hal tersebut. Maka keputusan terbaik yang bisa kita ambil ketika dijejali dengan komentar buruk oranglain tentang diri kita sendiri adalah menerima apa yang mereka lontarkan lalu berdiskusi dan berjanji dengan diri sendiri. 

Terlepas komentar buruk itu benar atau tidak, kita adalah satu-satunya orang yang akan selalu stay untuk diri kita sendiri. Apapun yang terjadi dan bagaiamanapun kita. Kita akan berusaha memaklumi segala kekurangan yang kita miliki, karena pada dasarnya setiap kita memiliki kekurangan tersendiri. Hanya saja tidak sedikit orang terlalu sibuk dengan kekurangan kita sehingga lupa terhadap kekurangannya sendiri.

Siapa saja bisa dihakimi karena fisik atau hal-hal lain yang dianggap sebagai kekurangannya oleh oranglain. Bahayanya dampak nyinyiran oranglain terhadap kehidupan korbannya benar-benar relate dengan kisah Meira Anastasia seorang istri komika sekaligus sutradara film Ernest Prakasa dalam buku "Imperfect". Buku yang terbit pada tahu 2018 tersebut ditulis sendiri oleh Meira Anastasia berdasarkan kejadian nyata yang dialaminya. Buku ini cocok menjadi self helping bagi yang sedang berjuang memeluk diri sendiri agar tak mudah rapuh karena ucapan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. 

Dalam buku tersebut, Meira Anastasia memaparkan kisahnya yang sempat hendak melakukan operasi payudara gara-gara merasa capek dengan komentar buruk oranglain tentang fisiknya. Selain itu, dalam buku tersebut, Meira Anastasia juga mengisahkan dirinya yang telah mencoba berbagai usaha agar fisiknya tidak lagi menjadi sasaran komentar buruk oranglain. Namun, pada akhirnya ia merasa lelah. Sebab yang ia lakukan berkali-kali ditentang oleh dirinya sendiri. 

Sebab ia tengah berusaha melakukan hal yang sangat mustahil untuk berhasil dan mengorbankan dirinya sendiri. Sehingga, ia memutusukan untuk menerima bahwa fisiknya memang jauh dari kata ideal. Tapi ia sadar bahwa meski fisiknya jauh dari kata ideal, akan tetapi fisik tersebut yang telah membantunya untuk menjadi ibu yang baik. Meskipun fisiknya jauh dari kata ideal, setidaknya ia tidak menjadi sumber masalah bagi kehidupan oranglain. Meskipun fisiknya jauh dari kata ideal dan tidak semua orang bisa menerimanya, namun yang terpenting adalah dia harus bisa menjadi orang pertama yang bisa menerima dirinya sendiri. Karena hanya diri kita yang tetap ada dalam segala peristiwa yang harus kita lewati. 

Oleh karena itu, dalam buku "Imperfect" Meira Anastasia mengajak kita untuk menyadari bahwa orang pertama yang paling layak kita bahagiakan adalah diri sendiri. Membahagiakan diri sendiri tidak harus dengan membeli barang-barang yang mahal atau pergi ke suatu tempat. Akan tetapi dengan menerima diri sendiri apa adanaya dan memperbaiki hal-hal yang perlu diperbaiki tanpa menyiksa diri sebenarnya sudah cukup. Sehingga, kita tidak perlu lagi susah payah pura-pura sempurna karena berharap bisa bebas dari ucapan mereka yang terlalu sibuk memperhatikan kehidupan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun