Mohon tunggu...
Prawinda Mutiara Qalbu
Prawinda Mutiara Qalbu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Hai aku Winda!

Selanjutnya

Tutup

Financial

Menggali Potensi Industri Halal sebagai Kunci Kebangkitan Ekonomi Nasional

10 Januari 2025   12:35 Diperbarui: 10 Januari 2025   12:40 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah "halal" mungkin dulu hanya dikenal dalam lingkup keagamaan, khususnya di kalangan umat Muslim. Kata ini merujuk pada apa yang diperbolehkan oleh syariat, terutama dalam makanan dan minuman. Namun, kini halal telah berevolusi menjadi lebih dari sekadar konsep religius. Ia telah menjelma menjadi simbol global yang mewakili kualitas, kebersihan, dan etika. Tak heran, produk halal kini tidak hanya diminati oleh umat Muslim, tetapi juga oleh masyarakat dunia yang semakin peduli terhadap gaya hidup sehat dan berkelanjutan.

Indonesia, dengan lebih dari 270 juta jiwa penduduk dan sekitar 87 persennya beragama Islam, memiliki peluang besar untuk menjadi pusat industri halal dunia. Tetapi, bagaimana cara kita memanfaatkan peluang besar ini? Dalam artikel ini saya akan mengulas potensi industri halal di Indonesia, tantangan yang dihadapi, dan strategi untuk mengoptimalkannya.

Data dari The State of the Global Islamic Economy Report mencatat bahwa umat Muslim dunia membelanjakan lebih dari USD 2,02 triliun untuk berbagai produk halal seperti makanan, farmasi, kosmetik, hingga pariwisata. Angka fantastis ini menunjukkan bahwa pasar halal bukan hanya tren sesaat, melainkan kekuatan ekonomi yang terus berkembang pesat. (State of Global Islamic Economy Report 2019)

Industri halal di Indonesia memiliki peluang luar biasa untuk berkembang, didukung oleh jumlah penduduk Muslim yang sangat besar. Dengan pasar domestik yang luas, berbagai sektor dalam industri halal seperti makanan halal, keuangan syariah, wisata halal, dan busana Muslim menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan. Setiap sektor ini tidak hanya melayani kebutuhan lokal, tetapi juga menawarkan peluang besar untuk bersaing di pasar global.

Sektor makanan halal menjadi tulang punggung utama dari industri ini. Dengan pasar domestik yang besar, Indonesia tercatat sebagai konsumen makanan halal terbesar di dunia. Pada tahun 2019 saja, pengeluaran untuk makanan halal mencapai USD 173 miliar. (Adamsah & Subakti, 2022) Angka ini menunjukkan bahwa potensi sektor makanan halal tidak hanya menjanjikan bagi kebutuhan lokal, tetapi juga memiliki peluang besar untuk ekspor. Apalagi, produk halal kini semakin diminati di pasar global karena identik dengan proses produksi yang higienis dan berkualitas tinggi.

Selain makanan halal, sektor keuangan syariah menjadi pilar penting lainnya. Sejak berdirinya Bank Muamalat pada tahun 1992, industri keuangan syariah di Indonesia telah menunjukkan perkembangan yang signifikan. Pada tahun 2018, aset keuangan syariah mencapai Rp1.287,65 triliun dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 13,97 persen. (CNN Indonesia, 2019) Keuangan syariah menawarkan alternatif yang lebih adil, transparan, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga menarik minat masyarakat Muslim maupun non-Muslim. Hal ini menjadikan Indonesia salah satu pemain utama dalam pasar keuangan syariah global.

Wisata halal juga menjadi sektor yang semakin berkembang. Keindahan alam Indonesia, mulai dari pantai di Lombok hingga pegunungan di Sumatra, berpadu dengan budaya dan tradisi keagamaan yang kuat. Hal ini menjadikan Indonesia destinasi yang ideal bagi wisatawan Muslim. Selain itu, fasilitas ramah Muslim seperti hotel dengan tempat ibadah, restoran halal, dan destinasi wisata berkonsep islami semakin banyak bermunculan. Dengan populasi Muslim muda yang gemar bepergian, wisata halal Indonesia memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan dari berbagai negara. (Fathoni, 2020)

Tak kalah penting, sektor busana Muslim atau modest fashion telah menempatkan Indonesia sebagai salah satu pusat mode dunia. Pada tahun 2019, konsumsi busana Muslim domestik mencapai USD 20 miliar, sementara ekspornya menembus USD 9,2 miliar. (Redaksi FIN, 2019) Maraknya desainer busana Muslim dan ajang internasional seperti Indonesia Muslim Fashion Festival semakin memperkuat posisi Indonesia dalam industri ini. Busana Muslim tidak hanya menjadi kebutuhan, tetapi juga bagian dari gaya hidup modern yang mengutamakan kesopanan dan kenyamanan.

Meski demikian, perjalanan industri halal di Indonesia tidak bebas dari tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah persaingan dengan negara-negara lain seperti Malaysia, Brunei, dan Uni Emirat Arab yang telah lebih dulu mengembangkan industri halal mereka. Selain itu, standar sertifikasi halal yang berbeda-beda di setiap negara menciptakan ketidakteraturan yang dapat mengurangi kepercayaan konsumen internasional terhadap produk Indonesia. Tantangan lainnya adalah rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya produk halal. Masih banyak yang menganggap bahwa semua produk di pasar otomatis halal tanpa memeriksa proses produksinya. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran halal dipengaruhi oleh tingkat religiusitas, alasan kesehatan, dan eksposur media. Oleh karena itu, edukasi masyarakat menjadi kunci untuk meningkatkan permintaan terhadap produk halal berkualitas. (Hasyim, 2023)

 Untuk menghadapi tantangan ini dan memaksimalkan potensi yang ada, diperlukan langkah-langkah strategis. Salah satunya adalah kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, pelaku industri, dan lembaga sertifikasi halal. Sinergi ini penting untuk memastikan bahwa produk halal Indonesia tidak hanya memenuhi standar lokal, tetapi juga standar internasional yang lebih kompetitif. Digitalisasi juga menjadi solusi penting dalam membuka akses pasar global. Dengan memanfaatkan e-commerce, UMKM halal dapat menjangkau konsumen di seluruh dunia dengan lebih mudah. Teknologi seperti blockchain juga dapat digunakan untuk meningkatkan transparansi rantai pasok halal, yang pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk Indonesia. (Putri, 2024)

Edukasi dan kampanye halal perlu digencarkan di berbagai platform, mulai dari sekolah hingga komunitas lokal. Pendekatan interaktif seperti seminar, pelatihan, dan demonstrasi praktis dapat mempermudah masyarakat memahami konsep halal secara mendalam. Tidak hanya konsumen yang diuntungkan, tetapi juga produsen yang semakin percaya diri dalam memproduksi barang sesuai standar halal.

Industri halal di Indonesia adalah peluang emas yang harus dimanfaatkan dengan maksimal. Dengan populasi Muslim terbesar, kekayaan budaya, dan sumber daya yang melimpah, Indonesia memiliki semua modal untuk menjadi pemimpin global dalam industri ini. Namun, keberhasilan tidak akan datang tanpa upaya bersama. Dibutuhkan kolaborasi, inovasi, dan kesadaran yang lebih besar dari semua pihak untuk menjadikan industri halal sebagai penggerak kebangkitan ekonomi nasional. Kini saatnya Indonesia mengambil langkah nyata, tidak hanya sebagai konsumen di pasar halal global tetapi juga sebagai produsen utama yang menginspirasi dunia. Dengan strategi yang tepat, industri halal dapat membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih inklusif, berdaya saing, dan sejahtera.

Daftar Referensi

1.Adamsah, B., & Subakti, G. E. (2022). Perkembangan Industri Halal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Manusia. Indonesia Journal of Halal, 5(1), 71-75.

2.CNN Indonesia. (2019). "KNKS Sebut Pertumbuhan Pangsa Pasar Keuangan Syariah Stagnan." CNN Indonesia.

3.Fathoni, M. A. (2020). Potret industri halal Indonesia: Peluang dan tantangan. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(3), 428-435.

4.Hasyim, H. (2023). Peluang Dan Tantangan Industri Halal di Indonesia. Ad-Deenar: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, 7(02).

5.Putri, A. D. (2024). Tantangan Dan Solusi Pengembangan Industri Halal Di Indonesia: Menuju Menjadi Pusat Halal Global. SYIRKAH: Jurnal Ekonomi Syariah, 1(1), 13-23.

6.Redaksi FIN. (2019). "Ekspor Produk Fashion Muslim Tembus USD 9,2 Miliar." Fajar Indonesia Network.

7.State of Global Islamic Economy Report. (2019).Reuter State of Global Islamic Economy Report 2019/20. New York: Thomson Reuters.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun