Aku
Aku yang juga bukan aku
Bangsat sekaligus keparat
Penyuka gundah dalam kepastian
Penikmat keputusasaan dalam keputusan
Aku lenyap, lelap menahan tawa
Sakit dalam rasa kasihmu
Kasihan, aku kasihan padanya
Bunga-bunga yang malang
Kusiapkan dua gelas kopi panas
Pemuas dahaga yang bertenaga
Kusiram pada sekuntum bakung putih
Lenyaplah engkau dari tempat busuk ini!
Tapi bunga bersikeras tetap segar
Dua belas hari kemudian, aku coba untuk lari
Sembunyi dibalik alang-alang rindu
Menepi sesaat ditelaga kehampaan makna
Mencari, memaki dan menari dengan keabadian
Anggur merah berceceran diatas meja
Aku adalah kucing basah
Yang kau usir dengan siraman keras, adinda*
Malam
Lonceng tua dipukul berbunyi
Cicak berdecakan
Satu, dua dan tiga, BOOM!
Ada yang meledak, juga enak
Rasa takut berlarian dari dahi
Empat belas menit mengaduh
Diluar, dibalik dinding tipis
Angin menabrak ramai-ramai
Cahaya remang membias dari jauh
Tokek berbunyi enam kali
Diluar gubuk, lampu sentir menyala
Oranye redup dan bau minyak tanah
Terkesiaplah aroma hujan
Tanah basah beraroma pandan
 Dingin jadi selunak agar-agar
Seperti bibirmu yang aku coba sentuh