Mohon tunggu...
Perdana A. Negara
Perdana A. Negara Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

s1 administrasi publik, Fisip Unsoed.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Hanya Jejak Lalat

12 Agustus 2019   11:42 Diperbarui: 12 Agustus 2019   11:59 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan engkau berkata tidak
Berkata ya, juga engkau jangan
Satu, dua dan tiga kau tertawa
Ada cermin perak di kakimu

Telingaku sakit sebelah
Berdenyut empat kali
Mataku sepat merindu bayang
Engkau yang ada disini

Saya, engkau, jangan lari!
Saya, engkau jangan sembunyi!
Mencari, mengitari, menghindari
Memaki, mendiam dan membumi*

Kepala

Kepalaku sakit sejak malam
Perutku panas dikepung lapar
Burung-burung berisik mencicit
Bak pulsa listrik yang habis pakai

Pusing, kecewa dan sedih
Penyesalan pun silih berganti
Andaikan waktu itu.. kalau saja aku..
Bebas makna, hidup dekonstruksi

Gatal, gatal, rambutku gatal!
Pening, pusing, hebatnya tujuh keliling.
Kemarin, kini atau esok sama saja
Mengulangi berulang-ulang

Benci, benci benci!
Aroma pagi seperti canda
Siang begitu fana
Dini hari begitu nyata

Bangsat! Hidupku tak kunjung jelas
Meneguk gelisah tiada habisnya
Meringkuk dalam penjara kebebasan
Nisbi alami, oh semesta..

Kenapa pula aku harus pusing?
Kenapa juga beta harus pening?
Kenapa juga mesti berpikir?
O tuan, resiko punya kepala!*

Luka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun