Sebagai salah satu kota di Negara bagian Virginia, Blacksburg adalah salah satu kota yang cukup kecil. Berkeliling kota ini bisa dilakukan dalam waktu yang cukup singkat. Saya, yang pernah menikmati keindahan kota ini selama dua bulan, akan sedikit berbagi cerita keindahan kota kecil yang sangat bersahaja ini. Pertama, saya akan sedikit menggambarkan kegalauan saya dan teman-teman saat pertama kali sampai di amerika. Ya iyalah pastinya ada sedikit kecemasan akan banyak hal secara kan ini di Negara lain. Negara yang sangat asing. Saya dan teman-teman hampir semuanya mengalami jet lag yang parah. Untungnya, jet lag yang saya alami hanya bertahan sampai seminggu. Beberapa teman saya yang lain mengalami jet lag sampai 2 minggu lamanya. Situasi jet lag membuat kami kesulitan mengikuti ritme kehidupan di Blacksburg. Selama beberapa hari, kami terbangun di tengah malam, dan hampir tertidur di siang hari saat kuliah sedang penting-pentingnya. Selain itu, kedisiplinan tinggi yang diterapkan oleh penduduk disana juga sangat menyulitkan pada awalnya. Secara kami orang Indonesia. Terbiasa tidak on time. Hehehe. Terlebih, saat itu musim gugur dan akan segera memasuki musim dingin, sehingga cuaca di pagi hari sangat menusuk. Bukankah kalau dingin lebih baik tidur? ^_^ Akhirnya, saya mengerti juga bahwa jet lag itu ternyata bermasalah. Kami ber 18 tinggal bersama dengan orang tua angkat. Satu keluarga menampung 2 orang. Saya kebetulan tinggal bertiga dengan Valentine dan Arina. Kami mendapat tempat tidur sendiri-sendiri disebuah kamar yang cukup luas. Saya sangat suka kamarnya. Di samping rumah, terdapat kolam ikan besar yang sangat indah. Dan disekelilingnya, tumbuh lebat pohon-pohon yang saat itu sedang berganti warna. Rumah ibu saya juga memiliki drive way sendiri. Jadi rumahnya agak masuk ke hutan. Awalnya saya agak cemas dengan situasinya yang agak sepi bahkan tidak ada tetangga. Tapi belakangan saya merasa bahwa saya ditempatkan di tempat yang tepat. Wah, cantiknya. Ada juga yang bermasalah dengan anjing. Berhubung orang Amerika suka memelihara anjing, kita harus bisa terbiasa bermain dengan anjing. Tapi biasanya orang tua sudah mengerti bahwa kita jarang bersentuhan dengan hewan itu. [caption id="attachment_276516" align="alignnone" width="300" caption="Kolam Ikan Samping Rumah"]
[/caption] [caption id="attachment_276518" align="alignnone" width="300" caption="Rumah Ibu Angkat Kami"]
[/caption] Salah satu hal yang paling kami khawatirkan selain rumah dan keluarga, adalah makanan. Ini adalah permasalahan hajat hidup orang banyak. Dan karena kami terbiasa dengan nasi, maka kami pusing mencari nasi. Akhirnya saat dikampus, restoran yang paling sering kami datangi adalah restoran cina, jepang, dan restoran-restoran asia lainnya. Sekalipun makan di restoran lain, biasanya kami memesan pizza. Hahaha. Yang menurut kami agak mengenyangkan lah. Kadang, kami membeli mi dalam jumlah yang sangat banyak untuk stok saat kami lapar. Kebetulan, di kampus kami ada
dining room yang lengkap dengan
microwave dan kulkas. Kondisi ini terjadi sampai beberapa minggu hingga akhirnya kami terbiasa makan roti. [caption id="attachment_276519" align="alignnone" width="300" caption="Contoh Makanan yang Bisa kami makan"]
[/caption] Setelah menikmati keindahan rumah orang tua angkat, keesokan harinya kami mencoba sendiri beberapa tranportasi yang bisa kami gunakan saat dikampus. Bisa pakai bis kampus, bersepeda, dan bisa juga pakai mobil. Saat itu yang paling terjangkau bagi kami adalah bis. Bagi mahasiswa Virginia Tech, kami tidak perlu lagi membayar biaya bis, karena biaya ini sudah digabung pada pembayaran SPP. (kalau gak salah). Sistem transportasi bis di kota itu sangat rapi. Jalan-jalan juga jarang macet. Mungkin karena termasuk kota kecil. Jadi ya mungkin jarang kendaraan. Tempat-tempat di kampus juga mudah dijangkau menggunakan bis ini. selain itu, bisnya bersih. Dijamin tidak ada pelecehan seksual. Selain itu, enaknya naik bis itu jika sedang dingin seperti saat saya disana. Kalau naik bis kan enak bisa sekalian menghangatkan badan karena cahaya matahari hanya sedikit, bahkan tidak ada. Bis yang ada di sekitar kampus juga melayani rute yang agak jauh sampai di kota sebelah. Sebenarnya walaupun ke kota sebelah, tapi jaraknya cukup dekat kok. Hanya saja, memang, karena di Christianburg ada Walmart, makanya rute ini juga ramai penumpangnya. Di setiap bis, terdapat nama didepannya. Jadi kalau anda ingin kemana-mana, tidak perlu bingung naik bis yang mana. Biasanya juga, di halte disediakan jadwal pemberangkatan bis ke semua jalur. Pihak kampus biasanya juga memberikan jadwal saat kita membuat
student card. Kalaupun ada yang tidak dapat, ya cukup Tanya saja sama sopirnya. Jangan takut bertanya. Bis ini melayani penumpang sampai jam 12 malam. Waktu tunggu untuk bis jarak dekat hanya 5 – 15 menit. Enak kan? [caption id="attachment_276520" align="alignnone" width="300" caption="Salah Satu Bis yang biasa Kami Pakai"]
[/caption] [caption id="attachment_276521" align="alignnone" width="300" caption="Contoh Bis yang Lain"]
[/caption] [caption id="attachment_276522" align="alignnone" width="300" caption="Kartu Bis"]
[/caption] Dan kecemasan lain yang paling bikin “galau” itu adalah masalah ibadah. Pusing kan nyari masjid di Negara yang mayoritasnya Non Muslim? Tapi tenang aja, masyarakat islam di amerika saat ini sudah berkembang cukup pesat. Di kota kami, terdapat sebuah masjid bernama Al Ihsan yang dipakai semua komunitas muslim baik dari Indonesia maupun warga muslim dari Negara lainnya. Serunya saat kami merasakan lebaran idhul adha disana. Tidak ada opor, tidak ada ketupat, tapi suasananya tidak kalah mengharukan. Selain merayakan lebaran, kami juga sempat merasakan perayaan Halloween dan Thanksgiving. Halloween yang kedengarannya menyeramkan, ternyata sangat menyenangkan. Kampus kami mengadakan lomba kostum dan pemenangnya mendapat beberapa
reward. Kami juga disediakan banyak macam kue khas Halloween dengan permen berbagai macam bentuk. Para dosen kami juga turut berpartisipasi mengenakan kostum terbaik mereka. Malamnya, saya valentine dan arina mencoba mendapat permen sebanyak-banyaknya dengan berkeliling melakukan
trick or treat. Harusnya ini dilakukan oleh anak kecil, tapi postur tubuh kami juga kecil (walaupun sudah kuliah), jadi bisa lah dikit-dikit bohong. [caption id="attachment_276523" align="alignnone" width="300" caption="Trick or Treat"]
[/caption] Diperayaan Thanksgiving, kami mendapat banyak sekali undangan pesta dari para keluarga serta pesta yang diselenggarakn oleh komunitas yang kami ikuti. Sangat menyenangkan rasanya berbagi kebahagiaan dan mengenal lebih banyak orang di hari-hari besar itu. Bagian paling saya suka saat Thanksgiving itu adalah saat makan turkey atau ayam kalkun. Sebagai orang yang belum sama sekali makan kalkun, saya rasanya ketagihan. Sayangnya di Indonesia, daging kalkun cukup mahal dan hanya dijual ditempat tertentu saja. Kampus kami, Virginia Tech, adalah kampus yang cukup luas. Kampus ini bisa dikategorikan cukup tuakarena dibangun pada akhir tahun 1800an. Gedung-gedung kampus ini hampir seluruhnya dibangun menggunakan hockey stone. Saya juga tidak mengerti itu jenis batu apa, tapi yang jelas bangunannya tampak seperti sebuah bangunan masa lalu yang indah. Gedung-gedung ini juga tertata sangat rapi serta dapat dijangkau dari banyak tempat menggunakan bis. [caption id="attachment_276526" align="alignnone" width="300" caption="Burrus Hall"]
[/caption] [caption id="attachment_276530" align="alignnone" width="300" caption="Landscape Kampus"]
[/caption] [caption id="attachment_276533" align="alignnone" width="300" caption="Burrus Hall Close Up"]
[/caption] Di Blacksburg, kami juga bertemu dengan warga Indonesia yang tinggal disana. Beberapa diantaranya sedang bersekolah dan ada juga yang sudah menetap dalam waktu yang sudah cukup lama. Warga Indonesia di Blacksburg itu tidak banyak, tetapi justru jumlah yang sedikit itulah yang membuat ikatan diantara kami sangat erat. Masyarakat Indonesia disana sering mengadakan pertemuan dengan warga Malaysia karena jumlah warganya juga tidak terlalu banyak. Saat-saat seperti lebaran atau Thanksgiving ataupun Chrismast, kami semua berkumpul saling merayakan. Di Indonesia saja kadang-kadang masyarakat bermusuhan dengan Malaysia. Padahal di tempat lain, disana, warga Indonesia dan Malaysia hidup berdampingan dan saling membutuhkan. [caption id="attachment_276536" align="alignnone" width="300" caption="Kumpul dengan PERMIAS Blacksburg"]
[/caption] Saya adalah anak desa yang taunya hanya berusaha dan berdoa. Ternyata, salah satu hal yang bahkan tidak ada dalam benak saya, diberikan Allah kepada saya. Apa hal itu? Dapat merasakan perbedaan, hidup rukun dan damai di Negara lain tanpa harus saling mencaci, menteror, dan membunuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya