Merayakan bukanlah suatu bentuk perpindahan agama, lebihnya itu dapat menjadi nilai penghormatan keyakinan manusia. Perlu rasanya melihat hari raya pada masyarakat kita yang majemuk dan tahun kemarin beberapa kali didera kasus intoleransi. Bukankah indah ketika kita sama – sama berbahagia akan kelahiran sang juru selamat kita. Indah ketika kita saling bersalaman dan menyalami dan berkata “Selamat” tanpa ada pelarangan dan saling curiga. Kita dapat mempercayai hal tersebut bisa saja kebetulan dalam perhitungan kalender Masehi dan Hijriyah. Atau ini adalah sebuah pertanda ? Mungkin Dia menginginkan harapan besar untuk bergandengan tangan selayak Hagia Sophia yang dapat bertahan melewati berbagai masa, agar kelak kita dapat (berba)Hagia. Agar tidak ada curiga di antara kita.
Bisa jadi momentum ini pertanda dari-Nya agar para ahli agama lebih banyak berpikir cara menuntaskan kasus korupsi dibandingkan dipusingkan haram atau dibenarkannya mengucapkan selamat hari raya bagi yang merayakan. Bisa juga momentum untuk para ormas agama kedepannya dapat menuntaskan masalah sosial sebagai akar permasalahan yang menjerat negeri dibanding sibuk memperdebatkan pengklaiman kebenaran agama. Yakin saja kita dapat mendirikan monumen yang lebih indah dari Hagia Sophia. Selamat Natal dan Maulid. Mari (berba)Hagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H