Mohon tunggu...
Febrian Arham
Febrian Arham Mohon Tunggu... pegawai negeri -

alumni DIII STAN' 04, (harusnya) DIV STAN' 08

Selanjutnya

Tutup

Politik

Luar Biasa, Megawati Tetap Tidak Menyalami SBY

9 Juni 2013   11:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:18 9379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

It was the charm of a gesture drowning in the charmlessness of the body. But the woman, though she must of course have realized that she was no longer beautiful, forgot that for the moment. There is a certain part of all of us that lives outside of time” Milan Kundera- Immortality

Dengan hubungan interpersonal yang absurd, SBY terkesan dizalimi Megawati pada masa ketika Pemilu langsung Presiden 2004 akan digelar. Atas drama itu timbul simpati dan atensi dari masyarakat atas kejadian yang menimpa keduanya.

Taufik Kiemas mengatakan pada momen itu juga bahwa SBY adalah Jenderal yang kekanak-kanakkan kepada masyarakat, yang turut membumbui dengan pedasnya cerita tersebut dikonsumsi masyarakat, pemilih perhelatan presiden pertama kali di Republik Indonesia. Klimaks dan penyelesaian Episode ini adalah : SBY terpilih menjadi Presiden Pemilihan Langsung pertama di Indonesia.

Hampir sepuluh tahuntelah berlalu. Selama masa waktu ini Megawati dan SBY sebagai 2 tokoh utama pada Drama yang telah terjadi tersebut merancang scenario-skenario kehidupannnya masing-masing, lepas dari hubungan langsung kembali.

SBY dengan kekuasaan politiknya lebih banyak mendominasi atensi penonton drama besar kehidupan masyarakat Indonesia sementara Megawati tidak menyerah dan menelan kepahitannya mentah-mentah, yang baru merasakan puncak perhatian selama 2 tahun masa menjabat Presiden pengganti Gus Dur.

Tahun 2013 telah berjalan. Kurang dari setahun dari sekarang akan dilangsungkan lagi pemilihan langsung presiden Indonesia untuk yang ketiga kalinya.

Dan hari ini salah satu tokoh yang membumbui signifikan drama, Taufik Kiemas Datuk Basa Batuah, berpulang ke hadirat yang maha kuasa.

Megawati yang hidup dengan Drama yang terjadi padanya, selama hampir sepuluh terakhir sejak momen drama tersebut, dengan determinasi yang tinggi menolak dengan dinginnya akhir, yang telah diakhirkan kepadanya atas hubungannya dengan SBY. Momen ini terlihat dengan jelas politisnya ketika Megawati menolak menghargai etika dalam hubungan interpersonalnya dengan SBY yaitu Megawati tidak pernah bersentuhan baik secara harafiah dan metafora secara langsung lagi dengan SBY, dengan bahkan tidak pernah bersalamanya mereka selama 10 tahun terakhir ini di hadapan Publik.

Salaman atau jabatan tangan yang salah satunya pernah terjadi ketika Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, mampir untuk menikmati jamuan makan malam yang di adakan pemerintah Indonesia di Istana Negara.

Dan hari ini, beberapa menit yang lalu (Di Halim) terdapat momen kembali dimana kedua orang yang menjadi tokoh utama drama ini seharusnya melakukan etika bersalaman tersebut.

Megawati yang baru saja kehilangan Suaminya, harusnya menjadi orang utama yang disalami oleh para tamu yang ada di situ. Dan SBY sebagai orang utama yang ada di plot cerita yang ternyata belum berakhir ini, harusnya menyalami Megawati sebagai tokoh kunci episode miliknya.

Tapi Megawati duduk di belakang pada kursinya ketika SBY selesai bersalaman dengan orang terakhir yang terdekat dengan Megawati, untuk kemudian bangkit dan menyalami orang-orang yang berdiri menghampiri untuk bersalaman di belakang SBY.

Dan Suami Megawati, Almarhum Taufik Kiemas adalah seorang Komunikator politik tingkat elit yang sangat tangguh. Ini ditestimonikan oleh banyak orang yang mengenalnya selama ini di tingkat tersebut.

Episode dimana kekuatan politik Megawati adalah akan bangkit mulai dari sekarang, sedikit banyaknya ternyata baru diketahui dan dirasakan, didapat, karena memiliki Taufik Kiemas.

Dengan adanya momen tidak bersalaman tadi diluar skenario yang merencanakan SBY tetap sebagai tokoh utamanya, Megawati menciptakan episodenya yang baru, baik atau buruk, sesuatu yang luar biasa dan akan berakibat luar biasa juga bagi dirinya, rasanya nanti. Tapi kali ini tanpa keberadaan Taufik Kiemas, seorang yang disangka tidak dipunyai sampai ia akhirnya menghilang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun