Setelah penghianatan itu terjadi mencoba ikhlas adalah jalan terakhir yang kulakukan, membiarkan sang pencipta menentukan langkah apa yang harus di ambil, menyerahkan segala keadaan yang kualami. Mulai bangkit dari keterpurukkan mencoba membuka hati satu kali lagi untuk orang lain walaupun di penuhi dengan was-was dan keraguan.
Takut di sakiti lagi untuk kesekian kalinya. Takut tidak di terima apa adanya dan takut di permainkan. Sudah bukan waktunya lagi saya menerima itu saya ingin mencari imam yang benar-benar serius mau hidup bersamaku selamanya. Saya tidak mau buang-buang waktu lagi, tidak mau buang-buang tenaga dan tidak mau menyiksa diri lagi dengan perasaan yang tidak jelas. Saya capek dengan semua itu.
Pada hari itu aku tanpa sengaja bertemu dengan seseorang yang cukup familiar dalam hidupku, yah memang benar dia adalah adik kelas waktu di SMA. Dia juniorku tetapi dari segi umur dia adalah kakakku, dia lebih tua 4 bulan dari saya. Dulu kami tidak saling kenal, tidak akrap Kami hanya tau sekarang pernah satu sekolah. Pertama kalinya kita bertemu di sebuah pasar tradisional.
Sebelum bertemu dipasar tradisional pada tanggal 2 April 2020 dia mulai chat di media sosial facebook "P" (sy tdk balas), tanggal 10 Juni 2020 "Hy" (Tidak dibalas lagi), Tanggal 11 Agustus jam 2 siang "Assalamualaikum", Karena dia bersalam terpaksa di balas "Wallaikumsalam" (Dibalas jam 4 sore padahal online trus baru mood).
🧒 : Lagi Apa?
Kita sekolah di Smansala toh?
👩 : Alumi
🧒 : Kalau saya alumi 2015
Kalau kita?
👩 : Adeku 2014
🧒 : Iyh.. Krna prnh sy liat