Kita manusia yang berkhayal dan bercita -- cita hebat dengan segala macam impian kita, berdedikasi pada kerja keras, bertekad pada keberhasilan dan kadang harus dikecewakan oleh kegagalan.
Gagal, banyak bahasa manusia yang menjelaskan tentang apa itu gagal. Bagi mereka yang mempunyai cukup ruang pikir, mungkin kegagalan tidak lebih dari cara untuk memahami proses. Tapi bagi mereka yang mungkin sudah kehilangan ruang untuk bernegosiasi dengan kegagalan, bisa jadi kegagalan adalah tamparan keras bagi kehidupan mereka, entah tindakan apa lagi yang harus dilakukan setelahnya.
Kegagalan memanglah menyakitkan, bahkan untuk beberapa hal kegagalan mungkin memberikan dampak psikologis yang luar biasa terhadap diri kita.
Lalu apa yang mungkin bisa dilakukan dalam menghadapi kegagalan ?
Sudahlah menjadi jati diri kita sebagai manusia bahwa kadang kekecewaan bisa mengganggu emosi kita, tapi bukankah ada hal yang kegagalan ajarkan dan tidak diajarkan oleh keberhasilan ?
Ada banyak cara pikir, bagaimana mengambil keputusan, menghadapi keadaan yang kegagalan telah ajarkan. Bahwa ada hal yang mungkin tidak bekerja dan tidak sempurna untuk dilakukan dan itu diajarkan oleh kegagalan.
Tanpa kegagalan, mungkin saja cara yang kemudian berhasil tidak terpikirkan sebelumnya, atau apa saja yang pada akhirnya berhasil bisa kemudian hadir karena diri kita yang bercakap dengan kegagalan.
Tentu saja bukan pada akhirnya kegagalan menjadi pembenaran pada proses keberhasilan yang kita niatkan, hanya saja pesan ini muncul dari apa yang penulis hadapi dalam melihat kegagalan.
Tentu saja ini bukan pesan yang secara struktur mengandung banyak kaidah motivasi, pengetahuan atau hal -- hal yang bersertifikasi. Pesan ini hanya bagaimana sebetulnya kegagalan dapat menjadi teman bicara dalam mendalami keadaan dan situasi yang kita hadapi.
Jika kegagalan ada karena tujuan yang sudah kita tetapkan, maka ajaklah kegagalan bicara. Setidaknya untuk memahami apa yang membuat tujuan itu harus dijeda oleh kegagalan. Dalam keadaan yang baik pasti ada jawaban yang tersirat.
Jika kegagalan menyerang pikiran kita, diamlah sejenak. Pergi untuk menemukan suasana yang kita inginkan, karena disana adalah tempat yang baik untuk berbicara dengan kegagalan, setidaknya untuk membuat kegagalan tidak terlalu banyak mengambil peran pikiran kita dalam bertindak dan mengambil keputusan.
Jika kegagalan menghancurkan ruang hidup kita, pergilah sejenak mencari orang -- orang untuk memberi dukungan. Bukan dukungan dalam menyelesaikan masalah, tapi dukungan sebagai teman bicara, setidaknya ini mungkin bisa menjadi penenang bahwa kegagalan tidak membuat diri kita sendiri.
Selebihnya, apapun jawaban yang kita dapatkan kembalilah pada jalan yang sudah ditetapkan untuk berhasil, karena tidaklah elok berbicara terlalu lama dengan kegagalan, setidaknya jadikan itu jeda pengingat atau pemberi waktu istirahat untuk tindakan yang lebih baik setelahnya.
Karena keberhasilan pastilah memberikan hal yang luar biasa untuk dihargai, tetapi ada hal yang kegagalanpun ajarkan untuk kita bisa sampai ketitik berhasil kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H