Mohon tunggu...
Permana FajarProklamasi
Permana FajarProklamasi Mohon Tunggu... Petani - Mahasiswa

Saya merupakan orang yang berkomitmen utuk menciptakan ekosistem ketahanan pangan berkelanjutan ramah lingkungan. Saya memiliki ketertarikan pada pola bertani yang ramah lingkungan namun tetap mensejahterakan para petani. Bagi Saya menjadi petani bukan hanya sekedar penanam dan pemanen namun juga sebagai superhero pangan, dengan prinsip “Hidup tanpa takut kelaparan” Saya yakin akan bisa menjadi superhero pangan besar suatu saat nanti.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Desa Berdaya Perangi Sampah, Mahasiswa KKN-T UNMA X IPB Membangun Incinerator Sebagai Alternatif Penyesaian Sampah di Desa

20 Agustus 2024   04:35 Diperbarui: 20 Agustus 2024   04:37 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Kolaborasi Universitas Majalengka dan IPB University 2024 membangun Incinerator di desa Argamukti, kecamatan Argapura. Incinerator atau alat pembakaran sampah yang dibangun oleh mahasiswa KKN-T UNMA dan IPB ini merupakan alternatif penyelesaian masalah sampah yang terjadi di Desa Argamukti.

Sampah merupakan masalah yang berbelit di Indonesia, di setiap kabupaten-nya juga demikian. Masalah sampah yang terjadi di Kabupaten Majalengka merupakan masalah yang sudah menahun, bukan tidak ada penyelesaian namun belum ada penyelesaian yang tuntas menyelesaikan masalah. Acuh dengan masalah sampah yang berada di desa mengakibatkan terjadinya penumpukan sampah di mana-mana, ini yang menjadi dasar mahasiswa merancang program penyelesaian sampah.

Desa Argamukti merupakan salah satu desa wisata yang terdapat di kabupaten Majalengka Desa ini sepertinya akan mudah diingat oleh para pendaki, apa lagi bagi yang pernah mendaki gunung Ciremai via Apuy, karena Apuy itu sendiri merupakan blok yang berada di desa Argamukti. Desa ini indah jika dilihat dari kejauhan, namun kurang elok dari dekat sebab sampahnya yang bercecer di tepi jalan. Sungai sungai yang seharusnya mengalir dengan lancar dari atas gunung Ciremai akhirnya terhambat oleh sampah yang dibuang sembarangan ke sungai. Miris dengan hal itu Mahasiswa KKN-T UNMA dan IPB akhirnya berfikir untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut.

Berbincang mengenai desa Argamukti bersama perangkat desa, berbincang mengenai komoditi pertanian, kesehatan, pendidikan, dan banyak lainnya, ternyata di obrolan itu juga mereka mengeluhkan masalah sampah yang terjadi di desanya. Desa ini sempat memiliki program pengangkutan sampah, namun program ini tidak lagi dilanjutkan karena sampah akhirnya menumpuk di satu tempat. Sempat Mahasiswa KKN-T terfikir untuk membuat tempat penampungan sampah untuk desa Argamukti, namun nampaknya bukan ini yang menjadi alternatif terbaik. Berbincang lebih jauh dengan pihak desa, pak Kades akhirnya berbicara mengenai ajuan desa untuk pengadaan alat pemusnah sampah, namun alat tersebut belum kunjung ada kabar dari Dinas Lingkungan Hidup.

Membakar Sampah Bukanlah Solusi Namun Alternatif

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Setelah pertimbangan panjang akhirnya Mahasiswa KKN-T sepakat untuk membuat alat pemusnah sampah dengan cara dibakar. Metode pembakaran sampah sebenarnya bukan sebuah solusi, hanya mengkompres masalah dari dua masalah pencemaran di darat dan air, akhirnya dikompres menjadi satu masalah di udara. Semestinya memang sampah itu harus dapat terurai oleh tanah atau didaur ulang menjadi benda baru yang berguna. Apalah daya hal-hal tersebut cukup kompleks dan mahal bagi masyarakat di desa yang notabene acuh terhadap sampah.

Membuat incinerator ini bukan tanpa sebab, namun penuh pertimbangan jangka panjang dan aspek budaya. Desa Argamukti berada di ketinggian 1.200 lebih mdpl, suhu di sana juga dingin karena memang berada di kaki gunung Ciremai. Suhu yang dingin di sana akhirnya menciptakan budaya "siduru" atau menghangatkan badan di api unggun, terkadang sembari membakar sampah yang ada di sekitar perapian atau juga yang dihasilkan saat "siduru". Akhirnya mahasiswa KKN-T menemukan inofasi yang dapat menyatu dengan buda desa dari melihat dan merasakan budaya "siduru".

Desain Akhirnya Rampung Saatnya Eksekusi

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dengan desain yang sederhana namun penuh perhitungan akhrinya dibincangkan dengan pihak desa, yang dengan ini diwakili oleh Sekertaris Desa. Pihak desa cukup antusias dengan rencana pembangunan incinerator ini, sampai akhirnya memberikan lahan kepada mahasiswa untuk dapat membangun incinerator.

Dengan semangat gotong royong mahasiswa KKN-T membangun incinerator sekuat tenaga, hingga malam pun bukan hambatan. Di lahan 4 meter persegi Mahasiswa KKN-T membangun incinerator dengan ukuran 2.3 meter kubik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun