Untuk memastikan bahwa AI tetap menjadi 'teman berpikir' yang mendukung pembelajaran mahasiswa, beberapa langkah perlu diambil oleh universitas:
1. Kebijakan Penggunaan AI yang Jelas: Kampus sebaiknya memiliki kebijakan yang jelas mengenai batasan penggunaan AI, misalnya membolehkan AI sebagai alat bantu dalam riset dan pengumpulan data, tetapi tidak untuk menggantikan kreativitas dan pemikiran mahasiswa dalam menulis tugas atau menjawab ujian.
2. Pemantauan dan Deteksi Plagiarisme: Universitas harus menggunakan perangkat deteksi plagiarisme yang dapat mengidentifikasi karya yang dihasilkan oleh AI, seperti Turnitin atau Plagiarisme checker.
3. Pendidikan Etika Penggunaan AI: Universitas perlu memberikan pelatihan tentang etika penggunaan AI kepada mahasiswa untuk menghindari penyalahgunaan dalam pengerjaan tugas akademik.
4. Evaluasi Berbasis Pemahaman: Kampus dapat mengadakan ujian atau kuis berbasis pemahaman yang tidak dapat diakses dengan bantuan AI, sehingga mahasiswa benar-benar memahami materi yang diberikan.
AI seharusnya digunakan sebagai 'teman berpikir' atau sebagai alat bantu yang mempercepat pencarian informasi dan memperdalam pemahaman kita, bukan sebagai '''tuan berpikir''' yang menggantikan pemikiran kritis dan kreativitas kita. Mari sebagai mahasiswa, kita bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kita tetap memegang kendali dalam proses belajar dan menjaga integritas akademik kita. Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus memastikan bahwa teknologi yang kita gunakan memperkaya potensi diri kita, bukan mengurangi kemampuan kita dalam menghadapi tantangan yang ada.
Referensi
Soo, H. & Lee, J. (2020). Impact of Artificial Intelligence on Critical Thinking Skills in Higher  Education. Computers in Education.
Liu, Y., Zhang, L., & Wang, J. (2021). The Influence of AI on Student Motivation and
      Academic Integrity. Journal of Educational Psychology,113(2), 123-135.
Turnitin (2022). The Rise of AI and Plagiarism in Academic Writing. Turnitin Report.
