Mohon tunggu...
prodeosinaga
prodeosinaga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya seorang mahasiswa baru Unair prodi Rekayasa Nanoteknologi, saya senang membaca, melukis, dan bermain gitar. Saya juga tertarik dengan AI.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

AI dan Mahasiswa : Teman Berpikir atau Tuan Berpikir

26 Desember 2024   22:11 Diperbarui: 26 Desember 2024   22:11 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Pada era revolusi industri 4.0, kehidupan masyarakat telah mengalami banyak perubahan, baik dari segi sosial maupun budaya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah perkembangan AI yang semakin canggih, terutama dalam dunia pendidikan. Berdasarkan survei Populix, 52% mahasiswa menggunakan AI ChatGPT untuk membantu menyelesaikan tugas kuliah. Sebagai mahasiswa Program Studi Rekayasa Nanoteknologi, Universitas Airlangga, saya sering menyaksikan fenomena bahwa teman-teman, bahkan saya sendiri, menggunakan AI dalam mengerjakan tugas kuliah.

Namun, bayangkan jika tugas kuliah yang diberikan oleh dosen dikerjakan bukan lagi hasil usaha dan pemikiran kita sendiri, melainkan sepenuhnya dikerjakan oleh AI.  Apakah AI, seperti ChatGPT, benar-benar membantu sebagai 'teman' berpikir dalam mencari ide dan meningkatkan kualitas belajar kita sebagai mahasiswa, ataukah ia justru malah menjadi 'tuan' berpikir yang mendominasi pekerjaan tugas mahasiswa? Hal ini tentu menjadi salah satu pertanyaan besar yang perlu dipertimbangkan.

Di dalam dunia pendidikan, terutama di perguruan tinggi, AI sangat berperan besar dalam membantu mahasiswa untuk mengerjakan tugas dengan cepat. Ketika digunakan secara tepat, AI dapat menjadi 'teman' berpikir yang menggugah cara berpikir kritis mahasiswa, mulai dari memunculkan ide, membuat tulisan, laporan, memunculkan saran struktur penulisan, gaya bahasa, memunculkan argumen, memberikan informasi dengan cepat, menganalisis data, bahkan membantu memahami konsep materi kuliah yang kurang atau bahkan tidak dimengerti.

Bagaimana sebenarnya AI seperti ChatGPT dikatakan sebagai 'teman berpikir'? Jawabannya ialah saat AI digunakan sebagai alat mencari ide, memberikan contoh dan inspirasi, serta memberikan referensi informasi yang ingin kita cari. Misalnya, dalam pembuatan laporan, AI seprti dapat memberikan ide laporan, bagaimana strukturnya, serta memberikan informasi atau data yang relevan dengan laporan yang akan kita kerjakan. Namun, sebagai mahasiswa, kita tetap memegang kendali bagaimana kita akan mengolah informasi, memodifikasi, dan merealisasikan ide tersebut. Di sinilah peran AI sebagai 'teman' berpikir yang mempermudah kita sebagai mahasiswa untuk memperoleh informasi tanpa menghilangkan peran mahasiswa dalam pusat pengambilan keputusan.

Namun, masalah mulai muncul ketika mahasiswa sepenuhnya menyerahkan tugas kuliah kepada ChatGPT. Hanya dengan menyebutkan spesifik tugas yang diberikan, ChatGPT dapat langsung memproses hasilnya dalam hitungan detik dengan hasil yang memuaskan. Mahasiswa tak lagi ikut berperan dalam proses pengembangan ide dan pengambilan keputusan, tetapi hanya meng-copy paste hasil tersebut. Selain itu, kini juga ada tren penggunaan AI seperti ChatGPT untuk mengerjakan skripsi di Indonesia, yang telah menambah kekhawatiran akan karya orisinal mahasiswa tersebut. Hasilnya, ketika dihadapkan dengan situasi yang membutuhkan kreativitas dan berpikir kritis, mahasiswa tak lagi mampu menghadapinya tanpa bantuan AI.

Dalam konteks ini, ChatGPT bukan lagi sebagai 'teman berpikir', namun menjadi ''tuan berpikir'' yang mendominasi proses pengerjaan tugas itu sendiri. Ketergantungan terhadap AI ini tak hanya menyebabkan menurunnya kemampuan berpikir kritis mahasiswa, tetapi juga mengikis rasa tanggung jawab dan kejujuran yang sebenarnya merupakan budaya negara kita sendiri.

Selain risiko pribadi, penggunaan AI seperti ChatGPT juga menimbulkan pertanyaan etis dalam dunia akademik. Apakah tugas yang dihasilkan dengan bantuan AI dapat dikatakan sebagai karya orisinal? Dalam konteks akademik, tugas yang sepenuhnya dikerjakan oleh AI memang memuaskan, namun apakah itu mencerminkan orisinalitas mahasiswa? Jika AI yang dominan, mahasiswa tidak lagi terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dan nilai-nilai akademik seperti integritas akan terancam.

Beberapa negara sudah mulai mengadopsi kebijakan untuk mengatasi masalah ini. Negara-negara seperti Singapura, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Hong Kong telah mengintegrasikan AI dalam kurikulum pendidikan mereka dengan batasan yang jelas. Misalnya, Singapura memanfaatkan AI untuk memperkaya pengalaman belajar, tetapi juga memastikan mahasiswa diuji secara langsung melalui kuis yang tidak dapat diakses dengan AI, sehingga mahasiswa benar-benar memahami materi yang diberikan.

Di Amerika Serikat, beberapa universitas mulai memberikan pelatihan etika penggunaan AI dan menetapkan pedoman yang jelas tentang batasan-batasan penggunaan teknologi ini dalam tugas akademik. Selain itu, Korea Selatan dan Hong Kong menerapkan sistem deteksi plagiarisme yang canggih untuk memastikan bahwa karya yang diajukan mahasiswa adalah orisinal dan tidak sepenuhnya dihasilkan oleh AI.

Penelitian yang dilakukan oleh Liu et al. (2021) menunjukkan bahwa ketergantungan terhadap AI dapat menyebabkan penurunan kemampuan berpikir kritis pada mahasiswa. Penggunaan AI yang berlebihan dalam pengerjaan tugas membuat mahasiswa semakin kurang terlibat dalam proses belajar yang seharusnya menantang mereka untuk berpikir kreatif. Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Educational Psychology menyatakan bahwa AI bisa membantu mempercepat proses belajar, namun juga berisiko mengurangi kualitas pemahaman mahasiswa terhadap materi kuliah.

Data dari Turnitin (2022) juga menyoroti masalah plagiarisme yang berkembang pesat dengan penggunaan AI dalam penulisan akademik. Dengan kemampuan AI yang dapat menulis artikel dalam waktu singkat, banyak mahasiswa yang mulai menggunakan teknologi ini untuk mengerjakan tugas mereka tanpa pemahaman mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun