Mohon tunggu...
Sri Supraba
Sri Supraba Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang Kompasianer di Zona Sri Supraba

Penulis merupakan seorang guru di SMK Negeri 1 Seyegan Sleman Yogyakarta. Saat ini mengajar pada jurusan Teknik Komputer dan Jaringan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jalan Lepas Geng Sekolah

27 April 2023   10:36 Diperbarui: 1 Mei 2023   00:45 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah anda mengapa banyak coretan pada dinding jembatan atau pintu garasi toko di sepanjang jalan yang kita lalui? 

Jika dibaca coretan tersebut berupa singkatan atau kata yang sebagian orang tidak mengetahui apa maknanya. Pasti bukan sebuah ketidaksengajaan coretan itu dibuat. 

Apa tujuan mereka membuat tulisan itu, mengapa mereka menuliskanya di sepanjang jalan, dan bagaimana mengatasi masalah tersebut, mari kita simak ulasanya berikut ini.

Eksistensi adalah tujuan dari oknum/kelompok membuat tulisan atau coretan ini. Coretan ini berupa kata atau singkatan yang menunjukan nama dari kelompok yang biasanya dari geng sekolah yang ada di wilayah tersebut. jadi bisa dibayangkan ada berapa banyak nama geng di sepanjang jalan yang kita lalui. 

Setiap nama geng identik dengan asal sekolah. Mereka mau menunjukan kepada pengguna jalan yang lewat bahwa kelompok ini  atau geng mereka masih ada dan aktif. 

Anggota kelompok ini biasanya berasal dari siswa dalam satu sekolah yang sama. Mereka merekrut anggota dengan cara bersembunyi melalui tempat nongkrong, kegiatan futsal hingga pada saat masa pengenalan lingkungan sekolah.

Aktivitas geng sekolah cenderung pada kegiatan yang negatif. Mulai dari kongkow-kongkow, mabuk alkohol, melakukan corat-coret di jalan dan berujung pada tawuran dengan geng lain. 

Aktivitas lain dari geng ini adalah mengadakan pesta dengan menghadirkan hiburan band atau musik dangdut. Biaya kegiatan ini di dapatkan dari iuran rutin anggota geng. 

Cara lain yang lebih ekstrim dalam mendapatkan pendanaan untuk berbagai kegiatan mereka adalah dengan melakukan pemalakan kepada siswa yang ada di sekolah tersebut. 

Mengancam dan menekan adalah cara yang mereka lakukan agar berhasil mendapatkan dana. Tentu cara-cara seperti ini tidak dibenarkan dan melanggar aturan sekolah.

Fenomena seperti ini tidak terjadi hanya dalam satu sekolah. Hampir di setiap sekolah terutama sekolah menengah atas terdapat geng sekolah. 

Usia mereka yang masih remaja rentan dengan godaan dan ajakan untuk berbuat negatif. Fase mencari jati diri mereka lalui dengan banyak kesalahan seperti mencoba-coba apa yang dilihat pada lingkungan mereka. 

Remaja yang gagal dalam pencarian identitas atau jati diri akan gagal sehingga melakukan penyimpangan atau kenakalan.

Menyudutkan kesalahan berada pada pihak sekolah tentu bukan sesuatu yang bijaksana. Berbagai macam program pencegahan dilaksanakan pihak sekolah untuk mengatasi masalah ini. 

Beberaoa program yang dapat dilakukan pihak sekolah maupun orang tua untuk mengatasi kenakalan remaja adalah sebagai berikut. Dimulai dari program yang ringan seperti senyum, sapa, salam menjadi sebuah kewajiban bagi seluruh warga sekolah. 

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Bahkan di Sekolah Menengah Kejuruan ada program 5S yang mengadopsi dari budaya negara jepang. Ke 5S tersebut adalah Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke. 

Dalam bahasa Indonesia, kita bisa menterjemahkan 5S sebagai 5R; Seiri (Ringkas), Seiton (Rapi), Seiso (Resik), Seiketsu (Rawat), Shitsuke (Rajin). 

Program ini diharapkan dapat menjadi sebuah budaya kerja bagi peserta didik dengan harapan dapat membentuk karakter dan menjadi sebuah kebiasaan yang baik.

Program lain dalam mengatasi kenakalan remaja dapat ditempuh dengan menyentuh hati dan nurani mereka secara religi sesuai dengan agama yang mereka anut. 

Agama islam dapat ditempuh dengan kegiatan rutin membaca alquran secara rutin selama 15 menit sebelum mulai pelajaran.

Selain itu juga dapat dilaksanakan kegiatan sholat dhuha secara bersama-sama dan dapat ditambahkan dengan ceramah kuliah tujuh menit dengan materi keagamaan. 

Sementara untuk yang beragama non muslim dapat dilaksanakan dengan mengkaji kitab yang mereka anut atau dengan sembahyang bersama.

Reward dan punishment merupakan tindakan yang dapat dilakukan dalam membina peserta didik untuk menjadi pribadi yang taat dan patuh terhadap aturan sekolah. Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi adalah bentuk apresiasi atas apa yang telah dilaksanakanya. 

Tindakan ini akan menjadi motivasi bagi siswa lain untuk berkompetisi mencapai sebuah prestasi. Terukur, terarah dan mendidik adalah pedoman yang harus digunakan dalam memberikan punishment kepada siswa sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan. 

Jangan sampai punishment yang diberikan kepada peserta didik menjadi boomerang bagi guru atau sekolah karena tidak terukur dan terarah.

Orangtua menjadi kunci pokok dalam mendidik dan membina putra-putranya. Durasi waktu di sekolah hanya sepertiga dari total waktu yang ada, sehingga peserta didik lebih banyak di luar sekolah atau di rumah. 

Waktu di luar sekolah ini yang rawan terhadap tindakan yang melanggar hukum atau di luar norma kepantasan. Kurangnya pengawasan dan kontrol dari orang tua menjadi penyebab mengapa mereka melakukan tindakan ini. 

Orangtua harus peduli kepada siapa anak mereka berteman, dimana mereka bermain dan kebiasaan apa yang mereka lakukan. Tindakan ini dilakukan untuk  memantau dan memastikan keberadaan mereka dalam kondisi yang aman.

Faktor lain dari kenakalan remaja adalah lingkungan dimana mereka tinggal dan dimana mereka bersosialisasi. 

Lingkungan yang baik akan memberikan dampak baik kepada mereka, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang baik kepada mereka. 

Pepatah mengatakan jika kita dekat dengan penjual minyak wangi makan kita akan ikut tercium bau wangi, namun jika kita dekat dengan pandai besi maka kita akan ikut terbakar atau tercium bau busuknya. 

Oleh sebab itu peran orang tua dalam mengarahkan dan membimbing dalam bergaul dengan lingkungan tempat tinggal serta dengan siapa mereka harus berteman menjadi sangat penting untuk masa depan mereka.

Memberikan doktrin untuk menjalankan kewajiban atas perintah agama yang di anut merupakan dasar dalam membentuk karakter peserta didik. Jangan sampai anak tidak tau dasar-dasar dari keimanan agama yang di anut. 

Basic pengetahuan agama yang mereka dapatkan menjadikan petunjuk ketika terjadi salah jalan atas tindakan yang dilakukan. Saat mereka berbelok dari norma agama dan norma hukum negara maka ada jalan untuk mereka kembali ke jalan yang lurus. 

Mendekatkan diri dengan Allah SWT adalah cara terbaik yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk kebaikan putra-putrinya, karena doa orang tua menjadikan kekuatan yang bisa merubah segala-galanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun