Jangan membayangkan bentuk bibit jamur tiram adalah jamur kecil (hahaha).Bibit jamur tiram sendiri berupa hifa yang dibiakkan dalam botol dengan media bermacam-macam, seperti sekam, tongkol jagung atau biji jagung.Â
Mas Ian menggunakan bibit dengan media biakan berupa sekam. Untuk menyemainya, dibutuhkan perasaan guna keberhasilan semai. Sang penyemai harus memastikan kondisi lingkungan bersih dan bebas kontaminan agar organisme lain tidak tumbuh akibat terkontaminasi saat proses semai dilakukan.Â
Seusai kegiatan menyemai dilakukan, baglog lantas diletakkan dalam ruangan inkubasi selama 3-4 minggu untuk menumbuhkan miselium jamur tiram. Ruangan inkubasi ini masih berada di dekat pos pembuatan baglog Mas Ian.Â
Untuk setiap batch semaian, Mas Ian melampirkan label untuk mempermudah kontrol dari baglog-baglog tersebut. Ruangan inkubasi tersebut didesain sedemikian rupa dan menyesuaikan dengan kriteria tumbuh dari jamur tiram itu sendiri.
"Pindah Rumah" ke Kumbung
Setelah memastikan miselium jamur tumbuh dengan baik, baglog-baglog tersebut kemudian direlokasi menuju 'kumbung' atau kandang jamur.Â
Kumbung ini berupa ruangan yang telah diatur kondisi lingkungannya (intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban) sehingga badan buah jamur tiram dapat berkembang dengan baik. Kumbung milik Mas Ian berlokasi tidak jauh dari pos pembuatan baglog.Â
Hanya berjarak 15 meter saja dari pos pembuatan baglog. Kumbung Mas Ian berkapasitas 7000 baglog. Saat berkunjung kesana, sayang sekali kumbung tidak terisi penuh karena sedang istirahat membuat baglog.Â
Namun, dari baglog-baglog yang ada, jamur-jamur tiram nampak menyembul segar dan menunggu waktu untuk dipanen.