Dalam hal ini, dapat ditarik thesis 1 yaitu : "our living space (called Gaia), is under threat and fight back as a self-defending result" atau secara gampangnya, bumi pertiwi melakukan aksi bela diri atas segala 'kekerasan' yang telah kita lakukan.
Meremediasi Kondisi Pertiwi Lewat Pertanian
Tak ayal, pertanian menjadi salah satu tombak dalam usaha kita, homo sapiens untuk berbenah dan berupaya untuk meremediasi keadaan lingkungan.Â
Selain untuk pemenuhan kebutuhan pangan, obat, industri dan sektor lainnya, pertanian digadang-gadang sebagai 'selendang pembalut luka'/. Indonesia dan beberapa negara yang beruntung berada di wilayah ekuator dan memiliki iklim tropis menjadi wilayah dengan tingkat biodiversitas yang tinggi.Â
Dengan keragaman biodiversitas ini, pertanian akan sangat mendukung peradaban manusia dengan syarat praktik pertanian dilakukan dengan bertanggung jawab. Prof Goeltenboth juga memaparkan tantangan utama dalam kegiatan pertanian di daerah tropis, antara lain adalah rehabilitasi lahan yang melingkupi banyak hal.
Reboisasi pada lahan degradasi, pengurangan erosi tanah dan sedimentasi, ketersediaan air tanah, rehabilitasi biodiversitas lewat penanaman tanaman lokal, pertanian organik dan yang terakhir cukup menggelitik : praktik polikultur lebih disarankan.
Dalam konteks ini, Prof Goeltenboth menyarankan polikultur untuk tanaman industri dimana kebanyakan tanaman industri adalah tanaman keras dan tahunan. Kombinasi tanaman yang dijadikan komoditas utama disandingkan dengan tanaman pendukung lain yang juga memiliki nilai ekonomi.Â
"Tantangan utama dalam kegiatan pertanian di daerah tropis, antara lain adalah rehabilitasi lahan yang melingkupi banyak hal."
Selain memperkaya bidiodiversitas pada lahan, tentu saja pelaku usaha akan mereguk laba lebih. Memang, dibutuhkan usaha dan modal lebih untuk melaksanakannya. Namun, hal ini tentu akan berdampak baik bagi anak-cucu kita nanti, bukan?
Dalam penutup materinya, Prof Goeltenboth menyampaikan satu hal yang menurut saya menarik untuk disimak : "all of us need nature, but nature don't need us" atau "kita membutuhkan alam, tapi alam tidak membutuhkan kita". Mari menjadi manusia yang membumi.Â
Di sinilah kita lahir dan dibesarkan. Sudah selayaknya kita menjaga rumah kita sendiri.