Ada satu hal yang pasti dialami semua orang---rasa iri. Meski kadang disamarkan sebagai "semangat untuk maju", tidak jarang perasaan itu datang dengan cara yang lebih gelap, seperti menghakimi atau bahkan berharap kegagalan pada orang lain. Bagi sebagian orang, perasaan iri ini bisa bagaikan api kecil yang jika dibiarkan, bisa membesar dan merusak segala hal di sekitarnya, termasuk hubungan dengan tetangga atau rekan kerja.
Tapi, apa yang terjadi kalau kita bisa mengelola perasaan ini? Bukannya membakar jembatan, kita justru bisa menggunakan "api iri" sebagai bahan bakar untuk mendorong diri menjadi lebih baik. Nah, mari kita jelajahi bagaimana cara menyalakan api iri tanpa terbakar dendam, baik dalam hubungan antar tetangga maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Iri Itu Manusiawi, Tapi...
Coba bayangkan situasi berikut: baru saja membeli kendaraan baru setelah menabung bertahun-tahun, tapi tetangga di sebelah rumah datang dengan mobil mewah. Rasa iri bisa muncul tanpa kita sadari. Kenapa mereka bisa? Kenapa saya tidak? Perasaan ini bisa jadi begitu kuat, bahkan menimbulkan pertanyaan yang mengarah pada perasaan negatif seperti kebencian atau kecemburuan.
Namun, apa yang perlu kita ingat adalah bahwa rasa iri itu manusiawi. Setiap orang pasti mengalaminya. Yang membedakan adalah bagaimana kita meresponsnya. Seperti api, perasaan ini bisa digunakan untuk menciptakan sesuatu yang baik, jika kita tahu cara mengelolanya.
Menggunakan Api Iri Sebagai Bahan Bakar
Alih-alih membiarkan rasa iri merusak hubungan dengan tetangga, kita bisa menjadikannya motivasi. Misalnya, saat melihat tetangga sukses, alih-alih merasa cemas atau tertekan, coba lihat dari sudut pandang yang berbeda: "Apa yang bisa saya pelajari dari mereka?" atau "Bagaimana saya bisa mengambil langkah konkret agar saya juga bisa mencapai tujuan saya?"
Salah satu cara untuk mengubah rasa iri menjadi motivasi adalah dengan membuat daftar tujuan yang lebih terstruktur. Misalnya, kita merasa iri melihat tetangga yang sudah memiliki rumah besar. Bukannya merasa minder, kita bisa memecah tujuan tersebut menjadi langkah-langkah yang lebih kecil: menabung lebih giat, mencari pekerjaan sampingan, atau bahkan mencari tips investasi yang lebih baik.
Jangan Sampai Terbakar Dendam
Namun, mengelola perasaan iri bukanlah hal yang mudah. Dalam banyak kasus, rasa iri ini bisa berubah menjadi dendam yang membakar jembatan. Terkadang, kita merasa iri dengan keberhasilan orang lain hingga kita tidak bisa merayakan keberhasilan mereka, malah berharap mereka gagal. Ini adalah api yang sangat berbahaya.
Dendam tidak hanya merusak hubungan kita dengan orang lain, tapi juga mencemari pikiran kita. Kita jadi fokus pada hal-hal yang tidak kita miliki, bukannya mensyukuri apa yang ada. Padahal, kebahagiaan sejati datang dari menerima diri sendiri dan terus berkembang tanpa harus merugikan orang lain.
Sebagai contoh, jika melihat teman mendapatkan promosi yang kita inginkan, alih-alih merasa kesal atau berpikir "kenapa dia dan bukan saya?", cobalah untuk bertanya pada diri sendiri: "Apa yang bisa saya lakukan untuk berkembang lebih baik lagi? Apa yang saya pelajari dari pencapaian mereka?"
Menyalakan Api Kebaikan
Ada kalanya, yang bisa kita lakukan adalah "membakar rumah tetangga" dengan kebaikan. Ini bukan dalam arti yang buruk, melainkan dalam bentuk memberikan dukungan kepada orang lain. Daripada terjebak dalam perasaan negatif, bagaimana kalau kita memberikan ucapan selamat pada keberhasilan mereka? Cobalah untuk tidak hanya bersaing, tetapi juga berkolaborasi. Mengakui pencapaian orang lain dengan tulus bukan berarti kita lebih rendah, justru bisa membuat hubungan lebih harmonis dan saling menginspirasi.
Sebagai contoh, mungkin kita merasa iri dengan kesuksesan karier seseorang. Tapi, daripada merasakannya sebagai ancaman, kita bisa mendekat dan belajar darinya. Terkadang, orang yang kita anggap sebagai "kompetitor" justru bisa menjadi mentor yang berharga jika kita bisa menyalakan api kebaikan itu.
Kesimpulan: Menyalakan Api Iri Tanpa Terbakar Dendam
Pada akhirnya, perasaan iri adalah hal yang tak bisa dihindari. Yang bisa kita lakukan adalah mengelolanya dengan cara yang sehat. Iri bukan berarti kita harus membenci atau menghancurkan orang lain, melainkan bisa menjadi katalis untuk kita bergerak lebih maju. Jangan biarkan api itu merusak kedamaian batin kita, tetapi jadikan ia api yang memotivasi kita untuk terus berkembang.
Sebagaimana api yang bisa memanaskan rumah dan memberi kehangatan, begitu juga perasaan iri yang dikelola dengan bijak bisa memberi energi positif untuk mencapai lebih banyak hal dalam hidup. Jangan biarkan diri kita terbakar oleh rasa cemburu, tetapi gunakan itu untuk menyalakan semangat kita sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI