Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Redaktur www.fixen.id

Seorang kakek yang telah pensiun dari hiruk pikuk dunia, banyak menulis fiksi di FIXEN. Berpengalaman sebagai Dosen, IT Professional dan International Trade Mediator. Memilih stay home setelah selamat dari serangan dari negara api pada tahun 2019, menjalanni hobi berkebun lemon, ternak ikan dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perang Rusia-Ukraina: Konflik Geopolitik yang Mengubah Dunia

30 Januari 2025   09:00 Diperbarui: 30 Januari 2025   04:42 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perang Rusia-Ukraina adalah salah satu konflik geopolitik terbesar abad ke-21, yang dimulai pada 24 Februari 2022 ketika Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina. Perang ini bukan hanya pertarungan antara dua negara, tetapi juga mencerminkan persaingan kekuatan global antara Rusia dan Barat, khususnya Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE).

Akar konflik ini sudah lama tertanam dalam sejarah hubungan Rusia dan Ukraina. Sejak bubarnya Uni Soviet pada 1991, Ukraina secara bertahap bergerak mendekati Barat, baik secara politik maupun ekonomi. Rusia, yang menganggap Ukraina sebagai bagian dari pengaruhnya, merasa terancam oleh potensi keanggotaan Ukraina dalam NATO dan UE.

Pada 2014, ketegangan meningkat ketika Rusia mencaplok Krimea setelah Ukraina mengalami pergantian pemerintahan akibat Revolusi Maidan. Sejak saat itu, Rusia juga mendukung kelompok separatis di Donetsk dan Luhansk, dua wilayah di Ukraina timur. Eskalasi mencapai puncaknya pada 2022, ketika Rusia menginvasi dengan alasan "demiliterisasi dan denazifikasi" Ukraina, klaim yang ditolak mentah-mentah oleh Kyiv dan sekutu-sekutunya.

Perang ini berdampak luas, termasuk krisis energi, gangguan rantai pasokan global, peningkatan belanja militer di Eropa, serta pergeseran aliansi geopolitik. Ukraina mendapat dukungan senjata, ekonomi, dan diplomatik dari Barat, sementara Rusia menghadapi sanksi ekonomi berat dan semakin bergantung pada mitra seperti China dan Iran.

Hingga kini, perang masih berlangsung tanpa kepastian kapan akan berakhir. Konflik ini tidak hanya menentukan masa depan Ukraina, tetapi juga tatanan global di era modern.

Mengapa AS dan UE ikut nimbrung?

Ada beberapa alasan utama mengapa Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) membela Ukraina dalam konflik melawan Rusia, baik dari segi geopolitik, ekonomi, maupun ideologi.

1. Menjaga Tata Dunia Berbasis Aturan

AS dan UE memandang invasi Rusia ke Ukraina sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional, khususnya terhadap prinsip kedaulatan negara dan integritas wilayah. Jika Rusia dibiarkan menguasai Ukraina dengan kekuatan militer, hal ini bisa menjadi preseden bagi negara lain untuk melakukan agresi serupa, yang dapat mengancam stabilitas global.

2. Mencegah Ekspansi Pengaruh Rusia

Rusia di bawah Vladimir Putin ingin mengembalikan pengaruhnya di kawasan bekas Uni Soviet, termasuk Ukraina. Jika Rusia berhasil menguasai Ukraina, negara-negara lain di sekitar Rusia seperti Moldova, Georgia, dan bahkan anggota NATO seperti negara-negara Baltik bisa merasa terancam. AS dan UE ingin mencegah kebangkitan kembali blok kekuatan yang dapat menyaingi atau merongrong pengaruh Barat di Eropa.

3. Menjaga Stabilitas dan Keamanan Eropa

UE berbatasan langsung dengan Ukraina, dan konflik di sana dapat menimbulkan dampak keamanan yang besar, seperti peningkatan jumlah pengungsi, ketidakstabilan ekonomi, dan ancaman militer di perbatasan NATO. Dengan membantu Ukraina, UE berharap bisa menahan Rusia agar tidak semakin agresif di kawasan tersebut.

4. Kepentingan Ekonomi dan Energi

Rusia adalah salah satu eksportir energi terbesar dunia, terutama gas alam ke Eropa. Sebelum perang, UE sangat bergantung pada gas Rusia, dan ini memberikan leverage politik bagi Moskow. Dengan membantu Ukraina dan mengurangi ketergantungan pada energi Rusia, UE ingin mengamankan pasokan energi dari sumber lain, seperti Norwegia, AS, atau bahkan energi terbarukan.

5. Menjaga Kredibilitas NATO dan Aliansi Barat

Jika AS dan UE tidak membela Ukraina, hal ini bisa dilihat sebagai kelemahan oleh sekutu mereka, terutama negara-negara di Eropa Timur dan Asia-Pasifik. Ini bisa merusak kepercayaan terhadap NATO dan aliansi Barat secara keseluruhan. Dukungan terhadap Ukraina juga berfungsi sebagai peringatan bagi negara lain (seperti China) agar tidak mencoba langkah serupa di kawasan lain, seperti Taiwan.

6. Mengurangi Kekuatan Militer Rusia

Dengan membantu Ukraina, AS dan UE bisa melemahkan kemampuan militer Rusia tanpa harus terlibat langsung dalam perang. Rusia menghabiskan banyak sumber daya di Ukraina, yang pada akhirnya bisa mengurangi ancaman Moskow terhadap negara lain di masa depan.

Kesimpulan

Dukungan AS dan UE terhadap Ukraina bukan sekadar soal moral atau demokrasi, tetapi juga soal kepentingan strategis jangka panjang untuk menjaga keseimbangan kekuatan di Eropa dan dunia. Jika Rusia menang, itu bisa memicu gelombang agresi baru dan melemahkan pengaruh Barat, tetapi jika Ukraina bertahan, ini akan menjadi sinyal kuat bahwa agresi militer tidak akan dibiarkan begitu saja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun