Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Redaktur www.fixen.id

Seorang kakek dengan 1 cucu yang telah pensiun dari hiruk pikuk dunia, banyak menulis fiksi di FIXEN (https://fixen.id)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tersesat di Antara Pilihan

26 Januari 2025   10:59 Diperbarui: 28 Januari 2025   02:53 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesedihan - Kreasi AI

 Wanto duduk di sudut ruangan yang gelap, wajahnya tertunduk, matanya kosong. Sejak lama, ia merasa terperangkap dalam hidup yang ia pilih. Semua keputusan buruk yang ia buat, semua perasaan yang ia coba lupakan, kini datang menghantuinya. Sesuatu yang besar telah berubah dalam dirinya---sesuatu yang tak bisa ia jelaskan, yang tidak bisa ia lari darinya.

Dia teringat akan kejadian itu, ketika ia membuat pilihan yang salah, yang akhirnya menghancurkan segalanya. "Mama, aku tidak bisa," gumamnya dalam hati, mengingat kata-kata ibunya yang penuh harapan sebelum ia pergi. Wanto merasa telah membunuh dirinya sendiri, bagian dari dirinya yang dahulu penuh dengan mimpi dan harapan. Seperti lirik dalam lagu itu, ia merasa sudah tidak ada jalan kembali.

"Is this the real life? Is this just fantasy?" suara yang nyaris berbisik itu seolah datang dari dalam hatinya, bertanya pada dirinya sendiri apakah hidup ini nyata atau hanya khayalan belaka. Apakah hidup yang dijalaninya sekarang benar-benar pilihan yang ia inginkan, atau hanya hasil dari pelarian dari rasa takut dan kesalahan?

Terkadang, Wanto ingin melupakan semua itu, ingin lari dari kenyataan. Namun, semakin ia berusaha melarikan diri, semakin ia merasakan beratnya beban yang ia bawa. Rasa bersalah itu seperti beban yang semakin menggerogoti, seperti suara-suara yang terus mengingatkannya. "Mama, I killed a man..." ia ingat lagu itu, dan merasa bahwa ia juga telah membunuh bagian dari dirinya. Bagaimana bisa ia kembali menjadi dirinya yang dulu?

---

Wanto duduk di kursi itu, semakin tenggelam dalam pikirannya. Suara radio yang masih terdengar samar mulai mengisi ruang kosong di sekitarnya, seolah suara itu adalah satu-satunya teman yang setia menemani kesepiannya. "I see a little silhouetto of a man..." suara Freddie Mercury yang terdengar dari radio seolah menyentuh hatinya. Itu adalah suara yang sama yang ia dengar waktu dulu---ketika hidupnya terasa lebih ringan, sebelum semuanya mulai runtuh.

"Scaramouche, Scaramouche, will you do the Fandango?" Lagu itu mengingatkan Wanto pada dirinya yang dulu, yang penuh dengan ambisi dan semangat. Namun sekarang, ia hanya seorang pria yang tersesat, terperangkap dalam kegelisahan yang ia ciptakan sendiri. Setiap langkahnya kini terasa seperti kesalahan yang tak terhindarkan, seperti jejak kaki yang terus tertinggal di pasir yang segera terhapus oleh ombak, tetapi tetap meninggalkan jejak di hatinya.

Wanto menarik napas panjang. Ia ingin melupakan semua yang terjadi, ingin berhenti merasa bersalah, tetapi itu tidak mungkin. "So you think you can stone me and spit in my eye?" Lirik itu menyadarkannya bahwa semua kebohongan dan penolakan yang ia berikan kepada orang-orang yang peduli padanya, kini menjadi kenyataan yang tak bisa ia hindari. Wanto merasa seperti telah dihukum oleh hidupnya sendiri, dihukum oleh pilihannya yang selalu membawa kehancuran.

Ia teringat pada pertemuan terakhirnya dengan orang yang pernah ia cintai, yang ia abaikan begitu saja. Ada tatapan di matanya---tatapan yang penuh dengan pertanyaan dan kesedihan. Wanto tahu, ia telah mengecewakan banyak orang. Namun, kini ia hanya bisa menanggung rasa itu seorang diri. Tidak ada yang bisa memperbaiki apa yang sudah terjadi.

"Nothing really matters, anyone can see..." Suara itu terdengar semakin kuat, mengalun di telinganya seperti suara hati yang mengingatkan betapa kosongnya hidupnya. Semua yang dulu ia kejar, semua yang ia anggap penting, kini terasa tidak berarti. Bahkan saat ia mencoba untuk melanjutkan hidup, ia merasa seperti berjalan dalam lingkaran yang tak berujung, terus-menerus berputar tanpa arah yang jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun