Mohon tunggu...
Priyono Mardisukismo
Priyono Mardisukismo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Redaktur www.fixen.id

Seorang kakek yang telah pensiun dari hiruk pikuk dunia, banyak menulis fiksi di FIXEN (https://fixen.id) Bantu saya dengan komentar dan penilaian atas tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kepemimpinan Jawa: Merajut Harmoni melalui Teladan, Kinerja, dan Motivasi

23 Januari 2025   13:18 Diperbarui: 23 Januari 2025   17:21 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arahan Pak Prabowo - Kemenkeu

Kepemimpinan dalam budaya Jawa merupakan suatu filosofi luhur yang menitikberatkan harmoni antara pemimpin dan masyarakatnya. Sebuah kepemimpinan ideal bukan hanya soal kekuasaan, tetapi tanggung jawab moral untuk membawa kemajuan bersama. Tiga aspek utama, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani (Ki Hajar Dewantoro), menggambarkan kerangka kepemimpinan yang utuh, humanis, dan relevan sepanjang zaman.

1. Ing Ngarso Sung Tulodho (Memberi Teladan)

Seorang pemimpin harus mampu menjadi contoh yang baik. Bukan hanya perkataan, tetapi perbuatan yang nyata. Teladan pemimpin menjadi cermin bagi bawahannya, menciptakan kepercayaan dan rasa hormat. Filosofi ini relevan di era modern, di mana masyarakat semakin kritis terhadap integritas pemimpin. Contoh nyata adalah bagaimana seorang pemimpin bersikap jujur, disiplin, dan memiliki etika kerja tinggi.

Teladan lebih kuat daripada perintah. Jika pemimpin konsisten dengan prinsip yang dipegangnya, maka nilai-nilai tersebut akan dengan mudah diikuti oleh timnya.

2. Ing Madyo Mangun Karso (Berperan Aktif dan Terlibat)

Pemimpin yang efektif tidak hanya memerintah dari balik meja, tetapi turut terlibat dalam pelaksanaan tugas. Dengan berada "di tengah," pemimpin dapat merasakan langsung dinamika kerja, memahami tantangan, serta memberikan arahan yang relevan. Filosofi ini mengingatkan bahwa kepemimpinan adalah soal kolaborasi. Pemimpin yang mau turun ke lapangan akan menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan timnya.

Pemimpin yang bekerja bersama timnya akan lebih dihormati daripada yang hanya bicara.

3. Tut Wuri Handayani (Memotivasi dan Mendorong)

Seorang pemimpin harus mampu memberikan dorongan dan motivasi kepada bawahannya. Tut Wuri Handayani berarti memimpin dari belakang, memberikan kepercayaan dan ruang kepada bawahan untuk berkembang. Filosofi ini mencerminkan pentingnya pemberdayaan, penghargaan, dan pengakuan terhadap kontribusi individu dalam tim.

Semangat bawahan akan tumbuh jika pemimpin mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian dalam tim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun