Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Redaktur www.fixen.id

Seorang kakek dengan 1 cucu yang telah pensiun dari hiruk pikuk dunia, banyak menulis fiksi di FIXEN (https://fixen.id)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kereta Api: dulu, sekarang dan nanti

22 Januari 2025   11:30 Diperbarui: 21 Januari 2025   20:16 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta api - kreasi AI

Kenangan Pertama Naik Kereta Api

Saya mengenal kereta api sejak kecil. Rumah saya tak jauh dari rel panjang yang membentang antara Prambanan dan Klaten. Setiap pagi, saat berjalan menuju sekolah, saya selalu melihat kereta yang melintas. Bagi seorang anak kecil seperti saya, pemandangan itu adalah sesuatu yang mengagumkan---sebuah mesin besar yang melaju dengan kekuatan dan kecepatan, seolah membawa cerita dari tempat-tempat jauh. Dalam hati, saya sering membayangkan bagaimana rasanya naik kereta api. Di sekolah Pak Guru mengatakan bahwa suara kereta itu bunyinya seperti pesan "Ojo jajan ojo jajan" artinya pesan untuk tidak jajan dan rajin menabung.  

Keinginan itu akhirnya terkabul pada tahun 1989. Itu adalah pertama kalinya saya naik kereta api, sebuah kereta ekonomi yang membawa saya dari Prambanan menuju Jakarta. Sebagai rakyat kecil, rasa bahagia karena akhirnya bisa naik kereta terasa luar biasa. Meskipun kondisi kereta jauh dari nyaman, perjalanan itu menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Kereta ekonomi pada masa itu benar-benar "merakyat." Pedagang asongan menjadi pemandangan yang lazim. Mereka naik di setiap stasiun, menjajakan dagangan mulai dari makanan, minuman, hingga mainan kecil. Beberapa di antaranya bahkan ikut naik hingga stasiun berikutnya, menciptakan suasana riuh di dalam kereta. Bagi saya, itu adalah kekacauan yang penuh warna.

Namun, perjalanan itu juga membawa pengalaman yang tidak sepenuhnya menyenangkan. Ketika saya mencoba memejamkan mata untuk tidur sejenak, tiba-tiba saya merasakan sesuatu yang panas mengenai tubuh saya. Rupanya, seorang pedagang kopi tak sengaja menumpahkan kopinya ke arah saya. Rasa perih bercampur kaget langsung menyadarkan saya dari kantuk. Meski begitu, saya tak marah. Dalam hati, saya hanya bisa tersenyum kecut, menganggap kejadian itu sebagai bagian dari "petualangan" saya.

Perjalanan pertama naik kereta itu memberi saya banyak pelajaran. Dari semangat pedagang yang tak kenal lelah, hiruk-pikuk penumpang yang beragam, hingga sensasi menjadi bagian dari "denyut kehidupan" di atas rel, semuanya begitu membekas. Meski sederhana dan penuh tantangan, momen itu menjadi titik awal kecintaan saya pada kereta api, yang hingga kini selalu membawa rasa nostalgia setiap kali saya mendengar deru roda di atas rel.

Perjalanan Kereta Api yang Semakin Membaik

Setelah pengalaman pertama naik kereta api ekonomi pada tahun 1989, kenangan itu terus melekat dalam ingatan saya. Namun, baru pada tahun 2012, saya kembali menumpang kereta api. Kali ini, rutenya dari Stasiun Gambir di Jakarta menuju Stasiun Tawang di Semarang. Rasanya seperti memasuki dunia yang sama sekali berbeda.

Kereta api yang saya naiki sudah jauh lebih baik dibandingkan beberapa dekade sebelumnya. Jok tempat duduknya empuk dan nyaman, membuat perjalanan panjang terasa lebih menyenangkan. Tidak ada lagi pedagang yang hilir-mudik di lorong-lorong kereta, mengurangi keruwetan yang dulu sangat khas. Bahkan, jadwal keberangkatan dan kedatangan kini jauh lebih tepat waktu, memberikan rasa kepastian bagi penumpang.

Perjalanan itu benar-benar membuat saya terkesan. Saya bisa menikmati pemandangan indah sepanjang jalur utara Pulau Jawa tanpa gangguan, hanya ditemani deru roda kereta yang stabil dan tenang. Rasa kagum pun muncul ketika melihat bagaimana kereta api telah berkembang begitu pesat. Sistem pelayanannya semakin terorganisir, fasilitasnya semakin memadai, dan yang paling penting, penumpang seperti saya merasa lebih dihargai.

Saya merasa kereta api telah menjawab harapan banyak orang, termasuk saya, yang dulu hanya bisa menikmati perjalanan dengan segala keterbatasannya. Perubahan ini menunjukkan bahwa transportasi publik bisa menjadi pilihan utama jika dikelola dengan baik.

Harapan saya, kereta api terus berkembang dan memberikan layanan yang lebih baik lagi. Semoga kereta api Indonesia tidak hanya menjadi moda transportasi yang nyaman dan efisien, tetapi juga simbol kemajuan yang memberikan pengalaman memuaskan bagi semua penumpang, dari kelas ekonomi hingga eksekutif. Dengan terus berinovasi dan meningkatkan layanan, kereta api bisa menjadi kebanggaan negeri ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun