Ikan bakar. Hidangan ini sering muncul dalam daftar menu restoran berkelas, diiringi harga yang kadang membuat dahi berkerut. Daging ikan yang lembut, aroma asap kayu, dan bumbu rempah yang meresap menjadi simbol kemewahan kuliner. Namun, siapa sangka, bagi sebagian dari kita, ikan bakar memiliki cerita yang sangat berbeda.
Di masa kecil, di tepi-tepi perairan yang kaya akan hasil laut, ikan bakar adalah ekspresi keterbatasan. Membakar ikan bukanlah pilihan pertama; itu adalah cara bertahan. Minyak goreng terlalu mahal untuk dibeli setiap hari, bahan-bahan masakan lainnya sulit dijangkau. Ikan, yang mudah ditangkap dengan tangan kosong atau jaring sederhana, menjadi penyelamat. Cukup dibersihkan, diberi garam kalau ada, lalu diletakkan di atas bara. Sederhana, cepat, dan mengenyangkan.
Ada rasa malu yang diam-diam menyertai. Anak-anak kecil mungkin bertanya-tanya kenapa teman-teman mereka membawa bekal yang berbeda, sementara mereka hanya makan ikan bakar dengan nasi. Namun, di situlah keindahan tersembunyi. Di balik asap yang mengepul dan bara yang membara, ada kasih sayang orang tua yang tak pernah berhenti mencari cara agar anak-anak mereka tidak kelaparan.
Bagi saya pribadi, sampai sekarang masih sulit menerima ikan bakar. Saya masih ingat masa-masa itu. Ibu saya dengan sedih membakar ikan dan menghidangkannya kepada kami, dan kami pun memakan dengan senyap, tanpa canda tawa.
Fenomena ini tidak hanya berlaku untuk ikan bakar. Genjer, tanaman liar yang tumbuh di rawa, juga pernah menjadi simbol keterbatasan. Diolah menjadi oseng sederhana, genjer adalah penyelamat di masa sulit. Kini, genjer mulai naik pangkat, tampil di restoran dengan nama eksotis dan harga tinggi.
Betapa menariknya perjalanan makanan sederhana ini. Dari simbol keterbatasan menjadi lambang kemewahan. Dari sesuatu yang mungkin dulu ingin kita sembunyikan, menjadi sesuatu yang kini kita banggakan.
Barangkali, ikan bakar dan genjer mengajarkan kita untuk melihat kembali esensi makanan: bukan soal mahal atau murah, tetapi soal cerita dan perjuangan di baliknya. Hidangan yang sederhana sering kali menyimpan kenangan yang paling kaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI