Mohon tunggu...
Priyono Mardisukismo
Priyono Mardisukismo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Redaktur www.fixen.id

Seorang kakek yang telah pensiun dari hiruk pikuk dunia, banyak menulis fiksi di FIXEN (https://fixen.id) Bantu saya dengan komentar dan penilaian atas tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tomb Raider Jaman Now: Membuat Makam Palsu untuk Keuntungan Pribadi

18 Januari 2025   11:15 Diperbarui: 17 Januari 2025   14:12 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era sekarang, konsep Tomb Raider telah bergeser jauh dari penjarahan makam kuno. Alih-alih menggali tanah untuk mencari harta karun sejati, para "raider" modern kini membangun makam palsu, menciptakan tokoh-tokoh spiritual fiktif, dan mengeksploitasi kepercayaan orang sebagai sumber keuntungan. Dengan teknologi canggih dan kecerdikan manipulatif, mereka berhasil menciptakan legenda palsu yang mengundang wisatawan dan investor untuk mengalirkan dana demi kepentingan pribadi. Petualangan tidak lagi melibatkan pencarian artefak kuno, melainkan pencarian laba dalam dunia yang lebih mudah dibentuk dan dieksploitasi.

Kasus di Indonesia

Di Indonesia, fenomena Tomb Raider jaman now semakin marak, di mana berbagai kelompok atau individu memanfaatkan kekuatan mitos dan spiritualitas untuk membangun makam palsu yang menggiurkan. Kasus seperti ini banyak ditemukan di daerah-daerah terpencil, di mana masyarakat sering kali mudah terjebak dalam cerita-cerita mistis yang dipoles dengan teknologi dan media sosial.

Salah satu contoh paling terkenal adalah munculnya situs "makam keramat" yang ternyata adalah hasil rekayasa untuk menarik wisatawan dan calon investor. Di pulau Jawa, sebuah komunitas membangun makam "tokoh spiritual" yang konon katanya pernah mencapai kesaktian luar biasa. Makam tersebut menarik ribuan peziarah yang percaya bahwa mereka dapat mendapatkan berkah atau kekuatan tertentu, sementara yang membangunnya justru meraup keuntungan besar melalui tiket masuk dan penjualan "perlengkapan spiritual."

Kasus lain yang tidak kalah mencengangkan terjadi di Bali, di mana sekelompok orang membangun situs "makam kuno" yang mengklaim sebagai peninggalan dari kerajaan Bali purba. Dengan bantuan influencer lokal, makam palsu ini berhasil viral dan menarik perhatian wisatawan mancanegara yang ingin merasakan "pengalaman mistis" dan membeli berbagai suvenir yang ternyata hanyalah barang buatan massal.

Dengan modal cerita yang kuat dan pemanfaatan media sosial, fenomena makam palsu ini telah berkembang pesat, menunjukkan bagaimana dunia Tomb Raider modern tak lagi tentang mengungkap sejarah, tetapi lebih kepada bagaimana memanipulasi kepercayaan dan mengeksploitasi keinginan orang untuk mencari "keajaiban."

Gerakan Melawan Thom Raider Modern

Namun, baru-baru ini, sebuah gerakan muncul sebagai respons terhadap fenomena Tomb Raider modern yang semakin marak. Kelompok ini terdiri dari para peneliti, sejarawan, dan masyarakat yang peduli dengan pelestarian warisan budaya. Mereka menyadari bahwa makam-makam palsu yang dibangun untuk kepentingan pribadi ini tidak hanya merusak integritas sejarah, tetapi juga mempermainkan kepercayaan masyarakat yang sudah lama mengagungkan mitos dan tradisi lokal.

Dengan pendekatan yang lebih ilmiah dan berbasis riset, kelompok ini mulai melakukan studi mendalam tentang asal-usul makam-makam yang dibangun di lokasi-lokasi yang diduga menjadi tempat wisata spiritual. Melalui penelusuran arsip, teknik deteksi, dan wawancara dengan masyarakat setempat, mereka mampu mengungkap fakta bahwa banyak makam yang diakui sebagai situs keramat sebenarnya tidak memiliki hubungan apapun dengan tokoh sejarah atau spiritual yang diklaim.

Di beberapa tempat, gerakan ini mengambil langkah drastis dengan membongkar makam-makam palsu tersebut. Mereka bekerja sama dengan pihak berwenang untuk melakukan investigasi lebih lanjut, bahkan ada yang melibatkan arkeolog dan tim konservasi untuk membersihkan dan merestorasi area-area yang sebelumnya dieksploitasi. Meskipun tindakan ini kontroversial, mereka menegaskan bahwa ini adalah upaya untuk mengembalikan kejujuran dan penghormatan terhadap budaya dan sejarah asli, yang sering kali terkikis oleh kepentingan komersial.

Gerakan ini, meskipun mendapat perlawanan dari kelompok yang diuntungkan dari eksploitasi makam palsu, semakin mendapatkan dukungan luas dari masyarakat yang sadar akan pentingnya melindungi warisan budaya mereka. Mereka percaya bahwa kebenaran sejarah harus dijaga, dan bahwa pemahaman masyarakat tidak seharusnya dibentuk berdasarkan kebohongan yang hanya menguntungkan segelintir pihak.

Pejuang Walisongo: Membongkar Makam Palsu di Ngawi

Salah satu contoh gerakan yang sedang naik daun dalam melawan fenomena makam palsu ini adalah kelompok Pejuang Walisongo. Kelompok ini terdiri dari sejarawan, aktivis budaya, dan tokoh masyarakat yang memiliki komitmen untuk meluruskan sejarah dan melindungi situs-situs bersejarah. Mereka fokus pada pembongkaran makam-makam yang diklaim sebagai tempat peristirahatan tokoh-tokoh besar, seperti para wali songo, yang ternyata hanya dibuat-buat untuk kepentingan ekonomi.

Beberapa waktu lalu, Pejuang Walisongo melakukan aksi kontroversial di Ngawi, Jawa Timur, di mana mereka membongkar sebuah makam yang selama ini diyakini sebagai makam salah satu wali besar. Setelah melakukan penelitian dan pengujian forensik, kelompok ini mengungkap bahwa makam tersebut bukanlah makam asli, melainkan rekayasa yang dibangun untuk menarik perhatian peziarah dan wisatawan. Proses pembongkaran ini memicu protes dari beberapa pihak yang merasa terikat dengan tradisi dan kepercayaan lokal, namun kelompok ini tetap bersikeras bahwa kebenaran sejarah harus ditegakkan.

Aksi ini mendapat sambutan beragam, dengan sebagian masyarakat mendukung upaya tersebut sebagai langkah untuk mengembalikan keaslian dan menghormati warisan budaya. Namun, ada juga yang melihatnya sebagai tindakan kontroversial, karena bagi mereka, makam tersebut sudah menjadi bagian dari kepercayaan dan tradisi spiritual yang tidak bisa hanya diukur dengan fakta sejarah semata.

Pencapaian kelompok ini semakin memperkuat pentingnya peran masyarakat dalam menjaga integritas sejarah, sekaligus menunjukkan bahwa dalam dunia yang dipenuhi manipulasi informasi dan eksploitasi budaya, ada segelintir orang yang berjuang untuk mengungkap kebenaran.

Menjaga Kejujuran Sejarah, Menjadi Manusia Bermartabat

Fenomena Tomb Raider jaman now, yang mengekploitasi makam palsu demi keuntungan pribadi, menunjukkan betapa mudahnya sejarah dan budaya kita dipelintir demi kepentingan sesaat. Namun, gerakan seperti Pejuang Walisongo mengingatkan kita bahwa ada segelintir orang yang berani berdiri untuk kebenaran, bahkan ketika itu berarti menghadapi tantangan besar. Mereka menunjukkan bahwa menjaga integritas sejarah bukan hanya tanggung jawab sejarawan atau ilmuwan, tetapi juga setiap individu yang mencintai warisan budaya.

Sebagai masyarakat, kita harus menyadari bahwa menghormati sejarah dan tradisi bukanlah sekadar bentuk penghormatan terhadap masa lalu, tetapi juga tentang menghargai nilai-nilai yang membentuk identitas kita sebagai bangsa. Setiap langkah kita harus berlandaskan pada kejujuran, rasa hormat, dan tanggung jawab untuk menjaga apa yang benar dan adil. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi bangsa yang cerdas, tetapi juga bermartabat.

Mari kita jadikan sejarah sebagai pelajaran, bukan sebagai komoditas yang bisa dipermainkan. Melalui pemahaman yang lebih dalam, tindakan yang lebih bijaksana, dan komitmen untuk menjaga kebenaran, kita dapat memastikan bahwa generasi mendatang mewarisi cerita yang autentik dan penuh makna. Inilah saatnya untuk menjadi manusia bermartabat yang tidak hanya menghargai apa yang telah dibangun, tetapi juga bertanggung jawab terhadap masa depan yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun