Di era media sosial, pepatah kuno "becik ketitik olo ketoro" seolah kehilangan makna. Penjahat bukan lagi sosok dengan sorot mata licik dan tawa jahat seperti di film-film lama. Mereka kini tampil dengan setelan jas, senyum sempurna, dan jargon motivasi yang menyejukkan hati. Dalam dunia ini, siapa pun bisa menjadi malaikat di depan kamera --- asalkan cukup lihai memainkan citra.
Salah satu malaikat palsu itu adalah Pak Luhur, seorang motivator kondang dengan pengikut jutaan di media sosial. Setiap minggu, ia tampil di televisi dengan acara bertajuk "Langkah Luhur Menuju Sukses". Dengan suaranya yang penuh karisma, ia menebar tips menjadi kaya, bahagia, dan tentu saja, "menjaga hati tetap bersih." Seminar-seminarnya selalu penuh, tiketnya ludes dalam hitungan menit. Tak ada yang meragukan kesuksesannya.
Namun, di balik layar, Pak Luhur adalah dalang sebuah skema investasi bodong yang telah menguras tabungan ribuan orang. Ia memanfaatkan kepercayaan masyarakat yang terpesona oleh citra sempurnanya. Dengan bahasa yang menghipnotis dan janji keuntungan fantastis, ia membuat banyak orang menyerahkan uang mereka tanpa berpikir dua kali.
Di sisi lain, ada MatGaper, seorang mantan badut ulang tahun yang hidupnya hancur karena suatu kejadian tak terduga. Saat bekerja di sebuah acara anak-anak, ia difitnah sebagai penyebab kerusuhan yang sebenarnya adalah hasil sabotase dari pihak lain. Akibatnya, ia kehilangan pekerjaan dan terpaksa hidup serabutan. Penampilannya yang konyol dengan rambut keriting warna-warni dan kostum lusuh sering menjadi bahan olok-olok.
Namun, justru dari keterpurukannya, MatGaper menemukan misi hidupnya: membongkar kebenaran tentang Pak Luhur. Ia mulai menemukan kejanggalan ketika salah satu temannya kehilangan semua tabungan setelah mengikuti program investasi Pak Luhur. MatGaper, dengan instingnya sebagai badut yang biasa membaca ekspresi wajah, melihat sesuatu yang tidak beres dalam senyum Pak Luhur yang terlalu sempurna.
Berbekal rasa ingin tahu dan semangat keadilan, MatGaper memulai penyelidikan amatirnya. Ia mengumpulkan bukti, mendengarkan cerita korban-korban Pak Luhur, dan mencoba mengungkap skema licik itu. Namun, perjuangannya tidak mudah. Penampilannya yang mencolok membuatnya sering dianggap remeh. "Kamu cuma badut gagal! Mana ada orang percaya sama kamu?" begitu cemooh yang sering ia terima.
Pak Luhur, di sisi lain, semakin menikmati kehidupannya sebagai pahlawan palsu. Setiap kritik yang muncul dibungkam dengan satu unggahan Instagram: foto dirinya tersenyum sambil memeluk anak yatim, disertai caption bijak seperti, "Kebencian tidak akan mengalahkan kebaikan." Ribuan komentar pujian pun mengalir, menenggelamkan suara-suara yang mencoba mengungkap kebenaran.
Namun, seperti kata pepatah lain, "kebohongan punya kaki pendek." MatGaper akhirnya menemukan dokumen penting yang menunjukkan aliran dana mencurigakan ke rekening pribadi Pak Luhur. Dengan bantuan komunitas kecilnya, ia memutuskan untuk membawa bukti itu ke publik.
Di titik ini, MatGaper menghadapi dilema besar. Apakah ia akan membeberkan semuanya, meskipun ia tahu masyarakat mungkin lebih suka hidup dalam kebohongan yang nyaman? Ataukah ia memilih diam, karena menyadari kebenaran kadang kalah pamor dibanding pencitraan yang gemerlap?
Cerita ini adalah satire atas realitas kita saat ini. Di dunia yang terlalu sibuk dengan penampilan, sulit membedakan antara kebaikan sejati dan kepalsuan yang dibungkus rapi. Pak Luhur adalah cerminan dari bagaimana pencitraan bisa menipu banyak orang, sementara MatGaper mengingatkan kita bahwa kebenaran sering kali datang dari tempat yang paling tak terduga.
Pada akhirnya, mungkin benar bahwa "becik ketitik olo ketoro" masih berlaku. Hanya saja, ketitik dan ketoro itu membutuhkan waktu, keberanian, dan orang-orang seperti MatGaper --- yang tak peduli meski dunia meremehkannya.