Mohon tunggu...
Priyono Mardisukismo
Priyono Mardisukismo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Redaktur www.fixen.id

Seorang kakek yang telah pensiun dari hiruk pikuk dunia, banyak menulis fiksi di FIXEN (https://fixen.id) Bantu saya dengan komentar dan penilaian atas tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Penghapusan Presidential Treshold 2029: Harapan atau Ancaman?

7 Januari 2025   12:09 Diperbarui: 20 Januari 2025   16:01 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://bulelengkab.go.id/informasi/detail/

Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam membangun budaya politik yang matang. Polarisasi tajam dalam masyarakat terlihat jelas pada pemilu-pemilu sebelumnya, di mana kelompok pendukung saling mencerca dan menyebarkan narasi negatif. Tanpa presidential threshold, polarisasi ini dikhawatirkan semakin parah karena lebih banyak calon berarti lebih banyak pula potensi konflik antarpendukung.

3. Konflik Antar-Elit Politik

Dengan lebih banyak kandidat, persaingan antar-elit politik akan meningkat. Koalisi yang lebih kecil dan beragam dapat mempersulit pembentukan pemerintahan yang stabil, bahkan setelah hasil pemilu diumumkan. Ketegangan antar-elit ini juga dapat memengaruhi dinamika sosial di tingkat akar rumput.

Harapan Positif yang Bisa Dibawa

Namun, tidak bisa diabaikan bahwa ada potensi positif dari penghapusan ambang batas ini:

  1. Pilihan yang Lebih Beragam
    Penghapusan presidential threshold memungkinkan munculnya calon-calon baru yang selama ini terhambat oleh dominasi partai besar. Hal ini bisa memberikan pilihan lebih luas bagi masyarakat.

  2. Mengurangi Oligarki Politik
    Partai-partai besar sering dikritik karena dianggap sebagai alat oligarki. Dengan lebih banyak kandidat yang bisa maju, dominasi partai besar dapat berkurang, membuka jalan bagi munculnya pemimpin-pemimpin alternatif.

  3. Demokrasi yang Lebih Inklusif
    Dengan lebih banyak calon, representasi kelompok-kelompok minoritas atau daerah dapat meningkat, memperkuat semangat demokrasi.

Tantangan Utama: Masyarakat Belum Siap?

Salah satu argumen utama yang menentang penghapusan ini adalah ketidaksiapan masyarakat. Budaya demokrasi di Indonesia masih menghadapi tantangan besar, mulai dari minimnya literasi politik hingga mudahnya masyarakat terpengaruh oleh hoaks dan ujaran kebencian. Tanpa edukasi politik yang memadai, peningkatan jumlah calon malah berpotensi memperburuk polarisasi.

Sebagai contoh, pada Pemilu 2019 dan 2024, pertarungan politik antara dua kubu besar menciptakan polarisasi tajam yang bahkan memecah keluarga dan komunitas. Dengan lebih banyak calon, situasi ini bisa semakin kompleks dan sulit dikelola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun